Banyak wisatawan yang berduyun-duyun datang ke Bali, dengan harga berapapun mereka sanggup asal bisa mendapatkan kepuasan berwisata, hal ini adalah wajar karena kebanyakan wisatawan lebih memilih yang pasti-pasti saja. Cukup membayar mahal asal yang di dapat pun mewah.
Namun apakah pembaca pernah mendengar Kabupaten Kepulauan Anambas, salah satu kabupaten terluar di utara Indonesia?
Keindahan alam Kabupaten Kepulauan Anambas pernah dinobatkan oleh CNN sebagai pulau tropis terindah se-Asia tenggara.
Keindahan alam bahari dan pesisir yang menawan dan berbagai macam jenis biota laut ada di sini, pantai-pantai perawan yang benar-benar masih belum terjamah seakan memanggil untuk kita kunjungi.
Bulan Juni tahun 2017, menjadi tahun bahagia saya bersama kawan-kawan perantauan, sibuknya kota Jakarta kami lupakan sejenak dan memutuskan untuk menjelajah Pulau Telaga di Kabupaten Kepulauan Anambas, perjalanan kala itu di sponsori oleh Bapak, atau Atok saya memanggilnya Atok Johannes Karundeng, mulai dari transportasi hingga makan semua Ia tanggung. Walaupun beliau bukanlah penduduk asli setempat, namun keinginannya untuk mengenal pulau-pulau di Anambas sangat tinggi.
Bermula di akhir lebaran tahun 2017, setelah mengemas perlengkapan yang diperlukan, tepat pukul 7 pagi berjalan menuju pelabuhan desa Matak, Kecamatan Palmatak.
Menunggu kawan-kawan yang masih dalam perjalanan, kami sempatkan untuk berbincang singkat dengan kawan yang baru saya kenal.
Setelah anggota semua lengkap termasuk tim sponsor, kami pun mulau bertolak dari pelabuhan desa Matak pada pukul 9 menggunakan kapal kayu yang sekiranya cukup untuk menggangkut 50 orang.Â
Selama perjalanan menuju pulau yang di tuju, di awali dengan berfoto bersama seluruh anggota. Lanjut kami berbincang sembari menikmati kopi hangat menjelang sejuk yang sedari rumah kami siapkan. Beberapa ada yang memilih tidur dan beberapa menyibukkan diri dengan mengambil foto pemandangan laut yang tiada kata sanggup mewakili.
Tak lama menjelang kapal bersandar di pelabuhan desa Telaga Kecil, dilanjutkan dengan bongkar muat peralatan yang kemudian kami berjalan sekitar 200 meter menuju rumah salah satu saudara di pulau Telaga, Aki Sam kami memanggilnya.
Sesampainya di rumah Aki Sam, kami disuguhkan makanan yang sungguh menggugah selera, kenyang, alhamdulillah, sebab kami dipersilahkan untuk menambah jika masih belum kenyang.
Setelah melaksanakan salat zuhur kami kembali ke rumah Aki Sam untuk mempersiapkan diri dan barang bawaan, lengkap barang dan anggota mengantarkan kami pada tepat waktu untuk menaiki kapal yang sama menuju Pulau Telaga Besar untuk mencari spot pantai yang diinginkan.Â
Setelah diputuskan, kami memilih untuk berkemah di Pantai Kian Lume. Pantai indah dengan pasir putih menjurus ke air biru kehijauan memang pantas untuk dikatakan sebagai surga tersembunyi di Kabupaten Kepulauan Anambas, bersandarlah kapal kami di pelabuhan kecilnya kemudian merayu untuk kami nikmati sejenak angin yeng berhembus perlahan menenangkan.
Jelas pula kami terpaku dengan airnya yang bening seolah memperlihatkan keindahan terumbu karang diselimuti lumut.
Khusyunya doa dilanjutkan mendirikan kemah. Mencari spot yang terlindungan matahari siang itu yang ternyata saat sore semuanya teduh sebab mentari perlahan bersembunyi diufuk barat.
Beberapa kawan menyibukkan diri dengan menikmati hangatnya air laut dan berselimut pasir putih nan halus, beberapa mencari ikan-ikan kecil dan kerang untuk dijadikan menu makan sore, tentunya dengan cara di bakar, beberapa mencari spot berfoto dan ber selfie ria.
Pukul 5 sore, waktu itu matahari semakin tergelincir, membuat warna langit yang jingga kehitaman semakin menambah kekaguman kami akan cipataan Tuhan.
Satu-satunya rumah warga yang ada di pantai Kian Lume menjadi objek foto kami yang berlatar belakang siluet pulau Telaga Kecil.
Cita rasa ikan bakar dan ikan goreng khas Kabupaten Kepulauan Anambas membuat lidah berdendang kenikmatan.
Setelah membilas badan kami kembali ke pantai Kian Lume, kali ini kami kembali kesana menggunakan kapal kayu berukuran lebih kecil karena air laut surut saat malam sehingga kapal kayu besar tadi tidak bisa menempuh air dangkal. Selama perjalanan singkat menuju pantai Kian Lume, kami kembali dibuat kagum oleh bintang-bintang yang bertaburan di langit Pulau Telaga, tanpa awan hanya ada langit cerah berbintang yang menemani perjalanan.
Setiba di pelabuhan kecil pantai Kian Lume, sejenak kami merebahkan diri menikmati pemandangan malam yang sungguh, indah tiada dapat diungkap kata. Atok Johannes Karundeng mengajak kami untuk mengambil gambar bintang-bintang yang membentuk galaksi atau dengan kata lain, milky way. Berlatar pepohonan kelapa seakan foto pun memperlihatkan keindahan alam pantai Kian Lume walau dalam keadaan gelap malam.
Setelah selesai membilas diri, kami kembali ke tenda untuk mengemas perlengkapan dan mempersiap kan diri selagi kapal yang kami tumpangi siap untuk menjemput.
Satu jam sudah kami berkemas, kapalpun bersandar di pelabuhan kecil pantai Kian Lume. Setelah semuanya lengkap, barang dan anggota, kami kembali berkumpul untuk berdo'a syukur atas perlindungan Allah selama kami berada disini.
Pukul 10 pagi kami bertolak dari pelabuhan Telaga Kecil, perlahan Pulau Telaga kecil luput dari pandangan kami dan berharap semoga Allah memberikan kami kesempatan untuk kembali berkunjung kesana, bersama dengan keindahan alam Kabupaten Kepulauan Anambas, harapan untuk masa depan yang cerah kami dambakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H