Mohon tunggu...
Felix Yohanes Andaria
Felix Yohanes Andaria Mohon Tunggu... Guru - Pendeta dan Guru Pendidikan Agama Kristen

Integrity, Respect, Discipline

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan SDM Kristen yang Visioner, Berintegritas, dan Berdaya Saing Tinggi dalam Gereja Untuk Menghadapi Era Digital

16 April 2024   12:15 Diperbarui: 16 April 2024   12:59 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Untuk bahan ajar ini akan dijelaskan secara singkat pengertian dari fungsi-fungsi manajemen menurut Dr.Yakob Tomatala di dalam bukunya (kepemimpinan yang dinamis). Pengkoordinasian adalah tindakan inisiasi, penetapan, pendorongan, dan dukungan dalam upaya penggalangan dan penyelarasan motivasi dan tindakan kerja dari suatu organisasi yang bertujuan untuk mencegah tumpeng tindih tugas atau bidang kerja, kewenangan, tanggung jawab hak dan kewajiban. Perencanaan ialah upaya yang merangkum seperangkat kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian adalah penataan tugas dari orang yang tepat bagi setiap tugas pada suatu struktur dalam suatu organisasi. Memimpin adalah proses pelaksanaan kerja atau aktualisasi kerja kinerja kerja yang dilakukan oleh pemimpin bersama dan melalui orang yang dipimpin. Memimpin berhubungan erat dengan kinerja organisasi yaitu bagaimana pemimpin menerapkan upaya memimpin dalam organisasi yang dipimpinnya. Pengawasan adalah tindakan pemastian kerja yang memberikan keyakinan serta kepastian kepada pemimpin tentang apakah pelaksanaan kerja dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kinerja organisasi berjalan dengan lancar dan koordinasi dari semua aspek keorganisasian berjalan lancar sehingga setiap tugas terlaksana dengan baik.   

  1. Sejarah[5]

            Pada permulaan abad 20, seorang masinis bernama Frederick Winslow Taylor dalam pengalamanya berkerja pada beberapa perusahaan menemukan beberapa ketidakefisienan manajemen dalam perusahaan-perusahaan tersebut. Taylor kemudian mengatasi ketidakefisienan ini dengan mengembangkan suatu sistem manajemen pertokoan yang terkoordinasi, dan upaya ini dikenal dengan sebutan scientific management.

            Henry Gantt mengembangkan pendekatan humanistik dalam lingkungan kerja, lalu Mary Pecker Follet menerapkan usaha manajemen dengan memahami individu dan kelompok dalam manajemen struktur organisasi. Saat ini para ahli manajemen menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengembangkan usaha formulasi dan konstruksi masalah ke dalam suatu model sistematis dalam manajemen. Tokoh manajemen Peter Drucker adalah pakar manajemen yang popular masa kini dalam pengembangan ilmu manajemen modern. 

            Selanjutnya, penulis akan menjelaskan persoalan-persoalan dalam gereja mengenai pengembangan SDM. 

  1. Persoalan-persoalan Dalam Gereja Mengenai Pengembangan SDM

            Pada bagian ini penulis akan menggambarkan beberapa hal yang menjadi persoalan atau permasalahan tentang pengembangan SDM sesuai pengamatan selama ini, yang terjadi dalam gereja masa kini khususnya pada gereja POUK Pelita Cimanggis. Beberapa persoalan yang dimaksud antara lain :

  1. Ditinjau dari segi kuantitas perencanaan program pengembangan SDM, gereja POUK Pelita masih belum menerapkan program pengembangan yang bersifat sistematis dan berkelanjutan. Program yang berjalan hanyalah bersifat insidental (dadakan), artinya program pengembangan SDM hanya dikonsenterasikan kepada mereka yang akan diteguhkan menjadi pengurus komisi dan majelis jemaat. Jika tidak ada peneguhan pengurus komisi dan majelis jemaat, maka tidak ada pula program pengembangan SDM. Berkaitan dengan hal tersebut, jika dilihat dari sisi intensitasnya, maka program pengembangan SDM hanya dilaksanakan 3 sampai 4 tahun sekali pada saat pergantian pengurus kategorial dan majelis jemaatnya.
  2. Ditinjau dari segi kualitas perencanaan program pengembangan SDM, hanya membahas dan melatih secara umum teknis pelayanan di gereja seperti mengatur jadwal pengkhotbah, mengatur keuangan gereja, surat-menyurat, teknik menafsir Alkitab dan teknik berkhotbah, pengenalan pedoman kerja (tata gereja) serta manajemen gereja secara umum. Pengembangan SDM belum menyentuh aspek-aspek karakter, ketrampilan dan kompetensi setiap peserta program pengembangan, dan materi yang disajikan, juga sangat minim dan sekedarnya, oleh karena itu, hasilnya pun sekedarnya.
  3. Hal berikutnya dilihat dari segi instruktur atau pelatih yang dipilih untuk memimpin program pengembangannya. Seringkali instruktur yang memimpin jalannya program pengembangan bukan seorang yang mengerti tentang manajemen pengembangan SDM, mereka memang mempunyai latar belakang teologi, namun untuk masalah manajemen gereja dan manajemen SDM, para instruktur itu tidak mengetahui sama sekali. Oleh sebab itu materi dan pelajaran yang diberikan, hanya sekilas dan sambil lalu, serta tidak mendalam dan tidak menyentuh inti yang sebenarnya dari pengembangan SDM. Oleh karena para instruktur yang diundang tidak memiliki keahlian dan kemampuan pada bidang SDM, maka sudah dipastikan, hasilnya pun jauh dari harapan.

            Melalui penjelasan dan gambaran tentang persoalan-persoalan yang dihadapi pada gereja POUK Pelita itulah, penulis ingin memperbaiki hal-hal tersebut. Sudah seharusnya, gereja mengembangkan SDM nya agar sesuai dengan perkembangan jaman sekarang, baik secara kuantitas maupun kualitas. Program-program pengembangan jangan hanya berlangsung pada saat proses pergantian kepemimpinan, jika demikian akan sangat terlambat membina dan membimbing mereka yang akan menduduki kursi kepemimpinan. Program pengembangan harus terus berjalan, sasarannya adalah mereka yang ingin mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan organisasi gereja, sebab melalui mereka yang terpanggil untuk melaksanakan hal tersebut, nasib gereja dipertaruhkan.

            Program pengembangan juga sebaiknya tidak hanya berfokus kepada hal-hal yang bersifat praktis dan teknis, namun juga masuk sampai bagaimana mensosialisasikan dan mempraktekkan nilai-nilai Alkitab, pembentukan karakter, moral dan meningkatkan kompetensi dari seluruh peserta program pengembangan. Dengan demikian, hasil yang dicapai akan lebih maksimal. 

            Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai instrukturnya. Dengan memilih dan mendatangkan instruktur yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, program pengembangan SDM akan berjalan secara optimal. Dengan begitu hasil yang diharapkan pun dapat tercapai maksimal. Pada bagian hasil pembahasan, akan dijelaskan ciri khas seorang pemimpin yang mempunyai visi, integritas dan daya saing dalam rangka menghadapi era digital, serta contoh dari tokoh Alkitab yang dapat menjadi teladan.

METODE 

Pada tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, fenomenologis dan deskriptif. Penelitian kualitatif artinya berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan dan menganalisis data yang bersifat naratif, terutama digunakan untuk memperoleh data yang kaya, serta informasi mendalam tentang masalah yang akan dipecahkan.[6] Fenomenologis maksudnya, peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipam dalam pengalaman hidupnya.[7] Penelitian ini juga bersifat deskriptif berarti data yang terkumpul berbentuk kata-kata sehingga tidak menekankan pada angka, data tersebut dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami orang lain.[8]

HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun