PENDAHULUAN
Halo para pembaca sekalian.
Pada awal penulisan makalah ini, akan diterangkan pemahaman mengenai manajemen dan manajemen secara umum. Setelah itu, di bagian selanjutnya akan digambarkan apa saja persoalan-persoalan yang dihadapi gereja khususnya pada gereja penulis (POUK Pelita Cimanggis), tentunya sesuai dengan hasil pengamatan, tentang program kegiatan pengembangan SDM nya.
- Sekilas Tentang Manajemen dan Manajemen SDM
Berikut ini akan diterangkan hal-hal manajemen secara universal, baik berkaitan dengan pengertiannya, fungsi-fungsinya, unsur-unsurnya, dasar-dasarnya dan sejarah perkembangannya.
- Definisi
Menurut Malayu Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[1] Dengan usaha memahami apa sebenarnya manajemen, adalah lebih baik memahami hubungannya dengan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu proses terencana yang dinamis melalui suatu periode waktu dalam situasi yang di dalamnya pemimpin menggunakan perilaku (gaya/pola) kepemimpinan yang khusus dan sarana serta prasarana kepemimpinan untuk memimpin (menggerakkan/mempengaruhi) bawahan (pengikut) guna melaksanakan tugas ke arah (dalam upaya pencapaian) tujuan yang saling menguntungkan (timbal balik) bagi pemimpin dan bawahan.[2]
Dengan demikian dalam pengertian manajemen ini terdapat beberapa penekanan diantaranya[3] :
- Harus ada tujuan, yang menjelaskan tentang mengapa dan untuk apa suatu institusi atau organisasi itu berada yang merupakan dasar penetapan tujuan atau sasaran operasional bagi setiap upaya kerja
- Untuk mencapai tujuan tersebut maka yang harus dimanajemeni adalah
Manajemen kerja yang mengatur pengelolaan tugas dalam suatu organisasi
Manajemen orang-orang, yang menempatkan orientasi kepada orang, dan orang yang tepat bagi tugas yang tepat
Manajemen keputusan, yang menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan yang disepakati dalam upaya mencapai tujuan organisasi
Manajemen organisasi yang berhubungan dengan pengkoordinasian tugas, orang, sapras, sumber, waktu, prosedur dan lainnya, dalam suatu sistem dan mekanisme yang bergerak secara harmonis sebagai upaya pengerjaan pencapaian tujuan secara keseluruhan
Manajemen informasi yang menetapkan dan memutuskan sistem komunikasi suatu organisasi bagi kelancaran hubungan antar orang, sektor kerja dan sebagainya untuk memperlancar kinerja
Manajemen sumber dana, sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja dalam seluruh proses kepemimpinan
Manajemen waktu bagi individu dan usaha yang sedang dilaksanakan
- Fungsi
Untuk fungsi-fungsi manajemen, hal ini bergantung dari sudut pandang pemimpin (manajer) di dalam mengelola organisasinya. Berikut ini merupakan macam-macam fungsi manajemen menurut para tokoh [4]:
G.R.Terry : planning, organizing, actuating, controlling
John F.Mee : planning, organizing, motivating, controlling
Louis A.Allen : leading, planning, organizing, controlling
Henry Fayol : planning, organizing, commanding, coordinating, controlling
Harold Koontz : planning, organizing, staffing, directing, controlling
Lyndall F. Urwick : forecasting, planning, organizing, commanding, coordinating, controlling
Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, terdapat satu tokoh lagi yaitu Dr.Yakob Tomatala yang menjelaskan macam-macam fungsi manajemen yakni : pengkoordinasian, perencanaan, pengorganisasian, memimpin, pengawasan (mengawasi).
Untuk bahan ajar ini akan dijelaskan secara singkat pengertian dari fungsi-fungsi manajemen menurut Dr.Yakob Tomatala di dalam bukunya (kepemimpinan yang dinamis). Pengkoordinasian adalah tindakan inisiasi, penetapan, pendorongan, dan dukungan dalam upaya penggalangan dan penyelarasan motivasi dan tindakan kerja dari suatu organisasi yang bertujuan untuk mencegah tumpeng tindih tugas atau bidang kerja, kewenangan, tanggung jawab hak dan kewajiban. Perencanaan ialah upaya yang merangkum seperangkat kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian adalah penataan tugas dari orang yang tepat bagi setiap tugas pada suatu struktur dalam suatu organisasi. Memimpin adalah proses pelaksanaan kerja atau aktualisasi kerja kinerja kerja yang dilakukan oleh pemimpin bersama dan melalui orang yang dipimpin. Memimpin berhubungan erat dengan kinerja organisasi yaitu bagaimana pemimpin menerapkan upaya memimpin dalam organisasi yang dipimpinnya. Pengawasan adalah tindakan pemastian kerja yang memberikan keyakinan serta kepastian kepada pemimpin tentang apakah pelaksanaan kerja dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kinerja organisasi berjalan dengan lancar dan koordinasi dari semua aspek keorganisasian berjalan lancar sehingga setiap tugas terlaksana dengan baik.
- Sejarah[5]
Pada permulaan abad 20, seorang masinis bernama Frederick Winslow Taylor dalam pengalamanya berkerja pada beberapa perusahaan menemukan beberapa ketidakefisienan manajemen dalam perusahaan-perusahaan tersebut. Taylor kemudian mengatasi ketidakefisienan ini dengan mengembangkan suatu sistem manajemen pertokoan yang terkoordinasi, dan upaya ini dikenal dengan sebutan scientific management.
Henry Gantt mengembangkan pendekatan humanistik dalam lingkungan kerja, lalu Mary Pecker Follet menerapkan usaha manajemen dengan memahami individu dan kelompok dalam manajemen struktur organisasi. Saat ini para ahli manajemen menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengembangkan usaha formulasi dan konstruksi masalah ke dalam suatu model sistematis dalam manajemen. Tokoh manajemen Peter Drucker adalah pakar manajemen yang popular masa kini dalam pengembangan ilmu manajemen modern.
Selanjutnya, penulis akan menjelaskan persoalan-persoalan dalam gereja mengenai pengembangan SDM.
- Persoalan-persoalan Dalam Gereja Mengenai Pengembangan SDM
Pada bagian ini penulis akan menggambarkan beberapa hal yang menjadi persoalan atau permasalahan tentang pengembangan SDM sesuai pengamatan selama ini, yang terjadi dalam gereja masa kini khususnya pada gereja POUK Pelita Cimanggis. Beberapa persoalan yang dimaksud antara lain :
- Ditinjau dari segi kuantitas perencanaan program pengembangan SDM, gereja POUK Pelita masih belum menerapkan program pengembangan yang bersifat sistematis dan berkelanjutan. Program yang berjalan hanyalah bersifat insidental (dadakan), artinya program pengembangan SDM hanya dikonsenterasikan kepada mereka yang akan diteguhkan menjadi pengurus komisi dan majelis jemaat. Jika tidak ada peneguhan pengurus komisi dan majelis jemaat, maka tidak ada pula program pengembangan SDM. Berkaitan dengan hal tersebut, jika dilihat dari sisi intensitasnya, maka program pengembangan SDM hanya dilaksanakan 3 sampai 4 tahun sekali pada saat pergantian pengurus kategorial dan majelis jemaatnya.
- Ditinjau dari segi kualitas perencanaan program pengembangan SDM, hanya membahas dan melatih secara umum teknis pelayanan di gereja seperti mengatur jadwal pengkhotbah, mengatur keuangan gereja, surat-menyurat, teknik menafsir Alkitab dan teknik berkhotbah, pengenalan pedoman kerja (tata gereja) serta manajemen gereja secara umum. Pengembangan SDM belum menyentuh aspek-aspek karakter, ketrampilan dan kompetensi setiap peserta program pengembangan, dan materi yang disajikan, juga sangat minim dan sekedarnya, oleh karena itu, hasilnya pun sekedarnya.
- Hal berikutnya dilihat dari segi instruktur atau pelatih yang dipilih untuk memimpin program pengembangannya. Seringkali instruktur yang memimpin jalannya program pengembangan bukan seorang yang mengerti tentang manajemen pengembangan SDM, mereka memang mempunyai latar belakang teologi, namun untuk masalah manajemen gereja dan manajemen SDM, para instruktur itu tidak mengetahui sama sekali. Oleh sebab itu materi dan pelajaran yang diberikan, hanya sekilas dan sambil lalu, serta tidak mendalam dan tidak menyentuh inti yang sebenarnya dari pengembangan SDM. Oleh karena para instruktur yang diundang tidak memiliki keahlian dan kemampuan pada bidang SDM, maka sudah dipastikan, hasilnya pun jauh dari harapan.
Melalui penjelasan dan gambaran tentang persoalan-persoalan yang dihadapi pada gereja POUK Pelita itulah, penulis ingin memperbaiki hal-hal tersebut. Sudah seharusnya, gereja mengembangkan SDM nya agar sesuai dengan perkembangan jaman sekarang, baik secara kuantitas maupun kualitas. Program-program pengembangan jangan hanya berlangsung pada saat proses pergantian kepemimpinan, jika demikian akan sangat terlambat membina dan membimbing mereka yang akan menduduki kursi kepemimpinan. Program pengembangan harus terus berjalan, sasarannya adalah mereka yang ingin mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan organisasi gereja, sebab melalui mereka yang terpanggil untuk melaksanakan hal tersebut, nasib gereja dipertaruhkan.
Program pengembangan juga sebaiknya tidak hanya berfokus kepada hal-hal yang bersifat praktis dan teknis, namun juga masuk sampai bagaimana mensosialisasikan dan mempraktekkan nilai-nilai Alkitab, pembentukan karakter, moral dan meningkatkan kompetensi dari seluruh peserta program pengembangan. Dengan demikian, hasil yang dicapai akan lebih maksimal.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai instrukturnya. Dengan memilih dan mendatangkan instruktur yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, program pengembangan SDM akan berjalan secara optimal. Dengan begitu hasil yang diharapkan pun dapat tercapai maksimal. Pada bagian hasil pembahasan, akan dijelaskan ciri khas seorang pemimpin yang mempunyai visi, integritas dan daya saing dalam rangka menghadapi era digital, serta contoh dari tokoh Alkitab yang dapat menjadi teladan.
METODE
Pada tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, fenomenologis dan deskriptif. Penelitian kualitatif artinya berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan dan menganalisis data yang bersifat naratif, terutama digunakan untuk memperoleh data yang kaya, serta informasi mendalam tentang masalah yang akan dipecahkan.[6] Fenomenologis maksudnya, peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial partisipam dalam pengalaman hidupnya.[7] Penelitian ini juga bersifat deskriptif berarti data yang terkumpul berbentuk kata-kata sehingga tidak menekankan pada angka, data tersebut dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami orang lain.[8]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber Daya Manusia Kristen yang Visioner, Berintegritas, dan Berdaya Saing Tinggi
Bagian ini akan memaparkan ciri khas seorang pemimpin Kristen, sesuai dengan penekanan dari judul artikel ini yaitu mengembangkan SDM Kristen yang visioner, berintegritas dan berdaya saing tinggi, serta contoh tokoh dari Alkitab.
Visioner
Ciri khas yang pertama seorang pemimpin adalah visioner. Namun sebelumnya akan dijelaskan sedikit tentang apa sebenarnya visi itu. Visi adalah kemampuan melihat lebih dari keadaan normal, yaitu suatu kemampuan mental untuk mengimajinasi dan kemampuan untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan.[9] Jika dihubungkan dengan visi pemimpin Kristen, maka visi juga berarti kemampuan untuk melihat keinginan suci yang ditulis oleh Sang Pencipta di dalam batin (guna menjawab kebutuhan) yang berkaitan erat dengan pemenuhan hidup seseorang atau setiap individu bagi diri maupun organisasi yang dipimpinnya.[10]
Selain itu, seorang pemimpin juga harus memahami tentang karakteristik visi tersebut. Beberapa karakteristik visi adalah sebagai berikut :[11]
- Visi bersifat ilahiah, berasal dari Allah yang menuliskan keinginan suci di dalam batin setiap individu dan mendorong individu dimaksud untuk mencari isi hatiNya
- Visi menjelaskan tentang mengapa kita berada dan apa tujuan keberadaan kita, serta ke arah mana hidup kita tertuju
- Visi bersifat dulu, kini, dan besok, untuk itu kita harus menggali, memimpikannya dan melihatnya dengan jelas serta mengambilnya sebagai dasar bagi hidup dan kepemimpinan kita
- Visi berkenaan dengan kebutuhan dasar dari kehidupan yang berhubungan dengan kepentingan pribadi serta kepemimpinan dalam suatu organisasi. Visi yang sejati juga harus bersifat obyektif, profitable dan pragmatis bagi banyak orang sekalipun visi dimaksud adalah visi pribadi untuk pribadi. Dengan demikian sesuatu yang disebut sebagai visi itu harus selalu membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi banyak pihak, karena visi yang benar memiliki unsur altruistic, artinya visi tersebut membawa keuntungan bagi pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi kepemimpinan
- Visi membuka mata untuk melihat kekuatan saat ini dan hal-hal yang mungkin dicapai di masa depan, serta memberanikan untuk melompat ke air yang dalam. Visi yang sejati akan menolong setiap orang untuk memahami bahwa ia memiliki kekuatan dalam dirinya untuk melaksanakannya, dan ada kepastian tentang suatu yang akan terjadi karena ia dapat melakukannya dan ada keberanian untuk bertindak maju untuk memasuki masa depan
Dengan mengetahui dan memahami pengertian serta karakteristik visi tersebut, maka seorang pemimpin yang visioner harus menerapkan seluruh aspek tersebut di dalam proses kepemimpinannya. Pemimpin yang visioner itulah yang mengarahkan serta mempengaruhi para pengikutnya untuk bersama-sama mencapai visi yang telah dirumuskan, digumulkan dan diperjuangkan. Melalui seni komunikasi yang baik, diharapkan seorang pemimpin yang memiliki penglihatan yang jauh dan mendalam terhadap prospek organisasinya dapat mengupayakan supaya orang-orang yang dipimpinnya berkeinginan dan bersedia secara sukarela dan sukacita untuk menyukseskan visi sang pemimpin.
Berintegritas
Ciri khas selanjutnya adalah berintegritas. Menjadi seorang yang berintegritas sangat sulit dan jarang ditemukan. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mempertahankan integritasnya dalam situasi apapun. Menjadi pemimpin yang berintegritas, dasarnya adalah meniru pribadi Allah. Dia adalah Allah yang berjanji dan menepati semua janjiNya, sehingga Dia bisa dipercayai (Mzm 105 : 8). Integritas Alkitabiah bukan semata-mata masalah melakukan hal yang benar, masalahnya adalah memiliki hati yang benar dan mengizinkan pribadi yang ada di dalam untuk mencocokan perbuatannya dengan pribadi yang ada di luar.[12] Karena Allah tidak mungkin berbohong (Ibr. 6 : 18), Dia adalah sumber pengharapan tertinggi, kata ya yang diucapkan Allah adalah tetap ya, tidak Nya selamanya tidak (Yak 5 : 12). Keterpercayaan Allah ini mengandung sisi negatif dan positif. Negatifnya adalah Allah tidak akan berubah pikiran karena disuap atau karena rengekan, sedangkan positifnya kalau Allah berjanji Dia pasti menepati janjiNya.[13] Allah adalah integritas, Dia tidak semata-mata bertindak dengan integritas, integritas adalah karakterNya. Kebajikan integritas alkitabiah menunjuk kepada konsistensi antara yang di dalam dan yang di luar, antara apa yang dipercaya dan perilaku antara ucapan-ucapan dan cara-cara kita, sikap dan nilai yang kita lakukan.[14]
Apa yang kita lakukan pada saat kita merasa bahwa perbuatan kita tidak diketahui orang lain menunjukkan level integritas kita. Integritas diukur dari apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan pada saat kita benar-benar sendirian. Orang yang memiliki integritas tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Jalan menuju integritas begitu sulit dan berliku, begitu banyak pemimpin Kristen yang jatuh dalam area integritas, berkompromi dalam area kuasa, uang dan seks. Jangan berlaku seperti orang Farisi yang merasa diri lebih baik dari pemungut cukai, karena sikap tersebut dikutuk oleh Yesus. Jika sebagai seorang pemimpin kita merasa bahwa kita berdiri teguh, berhati-hatilah agar tidak jatuh.[15]
Menjadi pemimpin yang berintegritas adalah ciri khas yang sangat langka, sulit untuk ditemukan, ketika berhasil ditemukan seringkali usianya sudah memasuki usia lanjut, mengapa demikian?. Hal itu karena untuk memiliki integritas yang otentik memerlukan suatu perjuangan yang tidak main-main, seluruh hidup kita merupakan perjuangan dalam mencapai otentisitas suatu intergritas. Banyak pemimpin di luar sana, yang memiliki integritas bergantung pada tempat di mana ia bekerja, situasi tertentu, jabatan tertentu, bahkan peranan tertentu. Hal-hal itu sering terjadi bahkan di gereja sekalipun. Ketika ia menjabat sebagai pendeta jemaat dan menjabat sebagai pendeta wilayah maupun menjabat sebagai pendeta sinode pusat, pasti otentisitas integritasnya akan berbeda. Artinya, sikap yang disebut sebagai “fleksibilitas” atau “kompromistis” terhadap berbagai hal akan semakin meninggi seiring dengan naiknya jabatan yang diembannya (pendeta aras lokal / jemaat sampai pendeta aras sinode pusat). Hal tersebut tidak dapat disangkal. Namun persoalannya adalah sampai berapa lama kondisi tersebut bertahan?. Dengan demikian, pada tulisan ini, ditegaskan apabila ingin menjadi seorang pemimpin, faktor integritaslah yang harus dipegang teguh dan terus dikembangkan sampai kepada posisi tertinggi seorang pemimpin. Semakin tinggi posisi kepemimpinan seharusnya semakin kuat dan kokoh pula integritasnya.
Berdaya Saing Tinggi
Ciri khas berikutnya adalah berdaya saing tinggi. Hampir sama dengan integritas, ciri khas ini pun tidak banyak orang memilikinya. Kebanyakan orang berkata : tidak usah dapat nilai tinggi, yang penting memenuhi syarat minimal sudah cukup. Ada lain yang berkata : tidak perlu bagus-bagus amatlah yang penting pekerjaannya selesai. Perlu kita sadari, bahwa menjadi seorang pemimpin, apalagi di era yang berkembang sangat pesat ini, kita tidak boleh hanya memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, sebab pasti kita akan tertinggal dari mereka yang memang berjuang untuk mendapatkan kemampuan dan keahlian yang lebih dari standar.
Seorang pemimpin yang berdaya saing tinggi adalah seorang yang sistematis, dengan menetapkan tujuan yang jelas dan merencanakan bermacam tugas, bersikap tenang dan terkendali namun tetap energik dan penuh semangat.[16] Berikut beberapa hal yang merupakan pekerjaan seorang pemimpin (manajer) yang efektif (berdaya saing tinggi) :[17]
Menetapkan, mengkomunikasikan dan menjaga tujuan yang jelas dan relevan
Membuat keputusan dan menjelaskannya serta memantau efektivitasnya
Mengangkat, mengendalikan dan mengembangkan sumber daya manusia, keuangan dan peralatan
Mengantisipasi akan timbulnya suatu masalah dan mengatasinya
Tetap memelihara standar kerja yang prima
Mampu mengantisipasi dan mengatasi perubahan
Maksudnya adalah seorang pemimpin tidak hanya memerintah dan menilai kinerja bawahannya, tetapi selalu berada dimana-mana untuk memastikan bahwa bawahannya bekerja sesuai panduan yang jelas serta mereka memperoleh perangkat penunjang, pelatihan dan dukungan untuk melaksanakan tugasnya.
Dengan begitu, hasil yang akan diterima atau dicapai pasti akan jauh lebih tinggi (maksimal) atau bukan hanya sekedar memenuhi standar minimal. Inilah yang diperlukan gereja masa kini, yaitu seorang pemimpin yang mampu berdaya saing, berkompetisi dan bertarung dalam pertandingan melawan iblis dan nafsu dunia. Pemimpin yang mampu bersaing juga merupakan pemimpin yang tidak mudah menyerah dan putus asa pada saat krisis dan kesukaran menghampirinya. Akan tetapi seorang pemimpin yang mempunyai daya saing akan menghadapi serta melewatinya dengan teguh, kuat dan sukacita karena memang itulah resiko yang harus dihadapinya. Melalui pertolongan dan penyertaan Tuhan Yesus Kristus, seorang pemimpin harus berserah penuh kepadaNya tidak berusaha dari pengertiannya sendiri dan meletakkan seluruh persoalan kehidupannya kepada Tuhan Allah (Ams. 3 : 5 ; 1 Ptr 5 : 7). Bahasan berikutnya akan dijelaskan tentang contoh kehidupan yang visioner, berintegritas dan berdaya saing tinggi dari tokoh Alkitab yaitu Paulus dan Petrus.
Contoh Tokoh Dalam Alkitab
Setelah dibahas tentang ciri khas seorang pemimpin Kristen dalam rangka menghadapi era digital yaitu visioner, berintegritas dan berdaya saing tinggi, sekarang akan dijelaskan mengenai tokoh Alkitab yang semasa pelayanannya mencerminkan ketiga ciri khas tersebut.
- Paulus
Belajar dari keteladanan Paulus, dalam pelayanannya ia adalah seorang pekabar Injil yang tangguh. Hal ini terbukti dari proses perjalanan pekabaran Injil yang dilakukannya. Berikut akan dijelaskan beberapa hal yang dapat dicontoh oleh kita sebagai seorang pemimpin Kristen yang sedang mengembangkan kualitas kepemimpinan. Pertama, seorang pemimpin haruslah orang yang tidak bercacat cela, sifatnya haruslah demikian sehingga tidak memberi kesempatan kepada orang untuk menyerang atau mencelanya. Kedua, haruslah memiliki nama baik di antara orang-orang yang ada di luar gereja. Sifat seorang penatua (pemimpin) seharusnya sedemikian rupa sehingga orang-orang di luar menghormatinya, memiliki kepercayaan kepadanya dan terbangkitkan kerinduan mereka, karena teladan jauh lebih kuat daripada pengajaran.[18] Ketiga, seorang pemimpin harus menjadi suami dari satu istri, ia harus menetapkan satu ukuran yang tinggi dalam hubungan pernikahan, dalam kesetiaannya kepada satu teman hidup. Keempat, seorang pemimpin haruslah yang cakap dalam mengajar, maksudnya adalah bukan sekedar kemampuan mengajar, melainkan juga kesediaan untuk mengajar, sebuah keinginan dan dorongan untuk membagikan kebenaran kepada orang lain yang telah diajarkan oleh Roh Kudus dari Alkitab. Oleh karenanya, adapun pengajarannya harus didukung oleh suatu kehidupan yang tidak bercacat cela.[19]
- Petrus
Selanjutnya, belajar dari keteladanan Petrus. Menurutnya, seorang pemimpin harus berperan sebagai teman sekerja, yaitu orang yang memikul tanggung jawab yang sama. Ia berbicara bukan dari atas, melainkan dari samping, yaitu tempat yang baik untuk melaksanakan kepemimpinan.[20] Teladan berikutnya adalah seorang pemimpin harus mempunyai motivasi. Pemimpin rohani harus menerima dan melaksanakan tanggung jawabnya bukan karena terpaksa melainkan dengan sukarela.[21] Seorang pemimpin rohani juga tidak boleh mencari keuntungan dalam pelayanannya. Seorang pemimpin hendaknya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keuangan atau keuntungan yang lain dalam pelayanan atau keputusan-keputusannya.[22] Kemudian teladan selanjutnya yang disampaikan Petrus adalah seorang pemimpin rohani tidak boleh bersikap diktator (1 Ptr. 5 : 3a). Seorang pemimpin yang ambisius dapat dengan mudah merosot menjadi seorang tiran picik dengan kegemaran memerintah, serta kekuasaan paling kecil sekalipun dapat dengan mudah mengubah seseorang menjadi sombong.[23]
Hal-hal tersebut yang disampaikan oleh rasul Paulus dan Petrus mengenai keteladanannya sebagai pemimpin umat Kristen mula-mula, yaitu seorang pemimpin yang tidak bercacat cela, memiliki nama baik di luar gereja, hanya mempunyai satu istri (suami), serta cakap mengajar. Selain itu seorang pemimpin juga mampu menjadi teman sekerja (bukan hubungan sub ordinatif / atasan - bawahan), mempunyai motivasi tinggi, tidak hamba uang atau tidak berorientasi keuntungan, dan tidak bersikap otoriter / diktator. Dengan mengetahui keteladanan itu semua, diharapkan para pemimpin Kristen apabila tidak sesuai, hendaklah memperbaikinya, namun apabila telah sesuai, maka sudah sepatutnya untuk terus menerus ditingkatkan ke level yang maksimal dalam proses kepemimpinannya.
Peranan Gereja Untuk Mengembangkan SDM-nya Untuk Menghadapi Era Digital
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai peranan gereja dalam upaya mengembangkan SDM nya agar mampu bersaing di dalam era digital saat ini. Segala usaha yang dilakukan oleh gereja harus dilandasi dengan suatu komitmen yang kuat, terarah dan bersinambung, dan disertai dengan program-program pengembangan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan.
Komitmen Gereja Pada Pengembangan SDM
Berbicara komitmen, berarti berbicara juga tentang konsistensi untuk menjalani seluruh kegiatan pengembangan, mulai dari awalnya sampai pada akhirnya. Permasalahannya adalah kepada siapa kita akan berkomitmen, tentunya kita berkomitmen kepada Allah. Semua komitmen yang dibuat harus mengalir dari komitmen awal yang dibuat Allah untuk kita, sebab Allah mengatakan bahwa Ia berkomitmen kepada semua orang yang berada di dalam Kristus dan supaya hubungan kita denganNya akan berlangsung terus menerus sampai selama-lamanya.[24] Dalam Injil Matius pasal 16 ayat 24 sampai 26, Yesus mengatakan kepada murid-muridNya mengenai komitmen yang sungguh-sungguh. Melalui kata-kata yang hidup ini, Yesus memperjelas kalau Dia menuntut komitmen total dari para pengikutNya, Yesus berkata kalau seseorang tidak melakukan apapun maka dia akan kehilangan segalanya, maka dari itu sebagai pemimpin Kristen, komitmen itu harus tetap kuat sampai akhir hidup kita di dunia ini.[25]
Dengan adanya komitmen pada proses pengembangan SDM, maka seluruh program yang dilaksanakan pasti akan berjalan dengan baik dan optimal. Penting sekali sebagai pemimpin Kristen untuk memelihara komitmennya supaya dapat terus melaksanakan program-program pengembangan SDM sampai batas tertentu seorang pemimpin. Selain itu mengingat pula keberlangsungan organisasi gereja dan tantangan masa depan yang semakin sulit, tentunya diperlukan pemimpin-pemimpin baru yang lebih tangguh, lebih profesional dan lebih berdaya saing dalam bidang pelayanan gereja. Karenanya, suatu komitmen yang teguh di dalam pelaksanaan program pengembangan SDM sangat dibutuhkan.
Program-program Pengembangan SDM
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa program pengembangan SDM dalam gereja sangat penting dilakukan secara terus-menerus agar menghasilkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik lagi. Akan tetapi, hal yang menjadi tantangannya adalah soal biaya, soal waktu yang terbatas, soal kualitas programnya bahkan sampai soal instruktur yang tidak ahli dalam mengajar atau melatih para peserta. Hal-hal tersebut merupakan kendala yang harus diminimalisir bahkan ditiadakan. Pada bagian ini, penulis ingin memberikan beberapa usulan program inti pengembangan SDM kepada gereja POUK Pelita, menurut pandangan atau pendapatnya. Program-program yang dimaksud antara lain :
- Program untuk pembinaan Majelis Jemaat terdiri dari :
Pelatihan tata cara liturgi. Tujuannya supaya, para majelis mampu melayankan seluruh liturgi dengan baik dan teratur sesuai urutan yang telah disepakati
Pelatihan ilmu teologi dan kepemimpinan. Tujuannya bagi para majelis harian, yaitu ketua, wakil, sekretaris dan bendahara, agar dalam proses pengambilan keputusan, pemecahan masalah, fungsi-fungsi manajemen, pembentukan karakter seorang pemimpin pelayan, mengelola rekan kerja dan pengetahuan ilmu teologi khususnya Alkitab dan dogmatika, dapat diperdalam atau dipelajari secara terfokus
Pelatihan menafsir dan berkhotbah. Melalui pelatihan ini diharapkan, para majelis lebih berani, menyukai serta tergerak hatinya untuk mengabarkan berita kebenaran berdasarkan firmanNya. Baik kepada diri sendiri, keluarga, rekan sepelayanan dan kepada seluruh jemaat di gereja
- Program pembinaan untuk jemaat terdiri dari :
Seminar Alkitab. Melalui program pembinaan ini diharapkan seluruh jemaat dapat mengerti isi Alkitab, baik sejarahnya, tujuannya, tafsirannya, maknanya dan aplikasinya terhadap kehidupan masa kini. Pembinaan ini juga bertujuan untuk lebih memperdalam pengetahuan jemaat di masing-masing kitab
Pembinaan doktrin (dogma) agama Kristen. Sudah bukan rahasia lagi kalau saat ini sangat banyak doktrin tentang agama Kristen yang berkembang. Doktrin-doktrin tersebut ada yang memiliki kesamaan, tetapi banyak juga yang menyimpang bahkan jauh berbeda. Melalui pembinaan inilah, gereja membentengi jemaatnya agar tidak terpengaruh oleh dogma-dogma yang tidak sehat, salah, dan cenderung menyesatkan
Semoga, program-program yang penulis usulkan dapat diterima dengan baik serta dilaksanakan dengan komitmen yang mantap, agar pengembangan SDM di gereja POUK Pelita dapat terwujud dan berkelanjutan. Bagian berikutnya penulis akan memberikan kesimpulan dari tulisan artikel ini.
KESIMPULAN
Setelah membahas dan menguraikan tentang mengembangkan SDM Kristen yang visioner, berintegritas dan berdaya saing tinggi, maka penulis menarik beberapa kesimpulan di antaranya Pertama, pengembangan SDM dalam gereja wajib dilakukan, sebab hanya melalui program-program pengembanganlah, gereja mampu mencetak atau melahirkan pemimpin-pemimpin yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Kedua, Dalam melaksankan program pengembangan SDM, sangat penting mengembangkan calon pemimpin yang bersifat visioner, berintegritas dan berdaya saing tinggi pada konteks pelayanan gereja.
Ketiga, pada upaya pengembangan SDM, keteladanan para tokoh Alkitab merupakan landasan terbaik bagi pembentukan karakter calon pemimpin gereja. Terakhir, program pengembangan yang ada, tidak hanya membina para pejabat gereja (pendeta dan penatua), tetapi juga membina jemaat secara umum, terutama persoalan dogma agama Kristen yang saat ini semakin melenceng dan cenderung aneh.
SUMBER :
Boa,Kenneth, 2006, The Perfect Leader, Malang : Gandum Mas
Hasibuan,Malayu, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara,
Lockett,John, 2011, Manajer Paling Efektif Dalam Bisnis Anda, Tangerang : Binarupa Aksara
Sanders,Oswald, 2019, Kepemimpinan Rohani, Bandung : Kalam Hidup
Sendjaya, 2004, Kepemimpinan Kristen, Yogyakarta : Kairos
Sugiono, 2017 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Tomatala,Yakob, 2005, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, Jakarta : YT Leadership Foundation
Tomatala,Yakob, 2012, Kepemimpinan yang Dinamis, Jakarta : YT Leadership Foundation
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H