Pelacuran, dalam banyak aliran Buddhisme, dianggap sebagai perilaku yang bertentangan dengan ajaran moral, khususnya dalam hal penghindaran Kama (keinginan duniawi yang tidak terkendali).
Ajaran Buddha menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup dan menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Pelacuran dianggap sebagai tindakan yang bisa membawa penderitaan bagi individu yang terlibat, baik secara fisik maupun mental, dan bisa menghalangi pencapaian Nirvana (keberhasilan spiritual).
Namun, ajaran Buddha juga mengajarkan belas kasih dan pemahaman terhadap mereka yang terjebak dalam pelacuran, mengingat bahwa banyak dari mereka mungkin dipaksa oleh keadaan sosial atau ekonomi.
Secara umum, tokoh agama dari berbagai tradisi menganggap pelacuran sebagai tindakan yang bertentangan dengan ajaran moral mereka.
Namun, hampir semua agama juga menekankan pentingnya kasih sayang, belas kasihan, dan kesempatan untuk bertobat bagi mereka yang terjebak dalam dunia pelacuran.
Banyak tokoh agama yang menyerukan pendekatan yang lebih humanis, seperti memberikan dukungan sosial, kesempatan pendidikan, dan solusi ekonomi, untuk membantu mereka keluar dari kondisi tersebut.
#6. Konghucu
Dalam agama Konghucu, pandangan tentang moralitas dan perilaku manusia didasarkan pada ajaran Konfusius (Kongzi) yang menekankan etika, keharmonisan sosial, dan kebajikan pribadi.
Meski teks-teks klasik Konghucu tidak membahas secara eksplisit dunia pelacuran, prinsip-prinsip umum ajaran Konghucu memberikan panduan tentang bagaimana seseorang seharusnya menjalani kehidupan yang bermoral.
Berikut adalah beberapa poin yang relevan: