Â
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim: 7)
A. Â Â Â Lebih Mendalam Tentang Bersyukur Â
Bersyukur merupakan sebuah kata yang sangat sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam pelaksanaanya cukup sulit untuk melakukan hal ini. Kenapa hal ini bisa terjadi? Mungkin karena kita kurang memahaminya?
1. Â Â Â Syukur = Bahagia
Syukur seringkali diibaratkan layaknya kondisi iman manusia. Kadang naik, lalu turun dan begitu seterusnya terjadi. Hal ini berbeda dengan rasa syukurnya malaikat dan setan. Setan tidak pernah naik turun untuk tidak mau bersyukur. Sedangkan malaikat selalu konsisten dalam menjalankan syukur dan perintah Allah.
Permasalahan bersyukur yang dialami dan dirasakan manusia menjadi perlu dicermati kembali dalam upaya untuk menuju jalan lurus Allah. Allah adalah tujuan hidup setiap ciptaan-Nya. Artinya, ekspresi syukur seperti apa yang telah dilakukan manusia, apakah sejalan dengan perintah-Nya atau belum. Pada dasarnya rasa syukur di sini tentu selalu dimulai sekaligus dipengaruhi oleh epistemologi kesadaran akal pikiran manusia sekaligus hati perasaannya yang berpengaruh dalam praktik bahasa agama setiap pribadi manusia.
Sesungguhnya sesuai dengan firman Allah pada QS. Ibrahim: 7 kita sebagai hamba-Nya memiliki kewajiban untuk bersyukur kepada Sang Pencipta. Selayaknya kita berterima kasih kepada seseorang yang telah membantu kita. Sementara apabila kita tidak berterimakasih atau bersyukur akan mendapatkan suatu akibat yang pedih atau tidak mengenakan.
Dengan melihat ayat tersebut sudah jelas bahwa dengan bersyukur kita akan mendapatkan hal lebih membahagiakan daripada tidak bersyukur. Berapa jumlah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita? Tentu kita tak bakal mampu menghitungnya.