Mohon tunggu...
felix satrio
felix satrio Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pecinta Pendidikan, kebudayaan, kesenian, kemanusiaan dan Katolisitas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melatih Peneliti Belia Melalui P5

12 Mei 2023   11:37 Diperbarui: 23 Agustus 2023   10:42 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melatih Peneliti Belia Melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Urgensi Skills Meneliti Bagi Peserta Didik

Kemampuan meneliti adalah keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh siswa SMP dan SMA. Meneliti memungkinkan siswa untuk memperoleh informasi yang lebih dalam dan akurat tentang suatu topik atau masalah, dan membantu mereka untuk memahami dunia di sekitar mereka secara lebih baik. Selain itu, kemampuan meneliti juga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreatif, dan mandiri yang sangat penting dalam kehidupan mereka di masa depan.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kemampuan meneliti sangat penting bagi siswa SMP dan SMA:

  • P5 menggunakan pendekatan inquiry-based yang mana merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada eksplorasi dan pemecahan masalah oleh siswa. Melalui proses meneliti, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang topik yang sedang dipelajari. Meneliti memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi topik secara lebih mendalam, memperoleh informasi baru, dan memperluas pemahaman mereka. Bucy, M. T., & Craft, M. A. (2010)

Contoh kongkert; Siswa dapat melakukan penelitian tentang kearifan lokal yang ada di daerah mereka, seperti sistem pengobatan tradisional, teknik pertanian lokal, atau pengolahan makanan tradisional. Siswa dapat melakukan wawancara dengan para ahli atau praktisi kearifan lokal untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang topik yang sedang dipelajari.

  • Mengembangkan keterampilan kritis: Meneliti membutuhkan kemampuan kritis dan analitis yang tinggi. Siswa harus mampu mengevaluasi sumber informasi, membandingkan informasi yang berbeda, dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Kemampuan ini sangat penting bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan kritis yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka. Halpern, D. F. (1998)

Contoh kongkret: Siswa dapat meneliti tentang berbagai jenis sampah yang dihasilkan di lingkungan mereka, cara pengelolaan sampah yang berkelanjutan, dan dampak dari pengelolaan sampah yang tidak tepat terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam proses penelitian, siswa dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti buku, jurnal ilmiah, artikel online, atau melakukan wawancara dengan ahli atau praktisi di bidang pengelolaan sampah.Setelah itu, siswa dapat membandingkan informasi dari berbagai sumber, mengevaluasi keandalan informasi yang diperoleh, dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Kemudian, siswa dapat merancang program atau kegiatan yang dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, misalnya dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai atau melakukan daur ulang sampah.

  • Mempersiapkan untuk kuliah: Meneliti merupakan keterampilan yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan meneliti yang baik akan lebih siap untuk menghadapi tugas-tugas yang rumit dan lebih siap untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang sedang dipelajari.

Contoh kongkret, saat kuliah; tugas-tugas berupa makalah dan penulisan karya ilmiah akan sangat sering dan juga di termin akhir kuliah akan ada tugas akhir betupa skripsi, tesis dan disertasi. Semua hal tersebut akan sangat terbantu dengan kemampuan meneliti yang dibangun sejak sekolah.

  • Menumbuhkan kepercayaan diri: Siswa yang mampu meneliti secara efektif akan merasa lebih percaya diri dan lebih siap untuk menghadapi tantangan akademik dan kehidupan. Kemampuan untuk memecahkan masalah dan mencari informasi secara mandiri akan membuat siswa merasa lebih mampu dan berdaya dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks. Stansbury, K., & Zimmerman, B. J. (2020).

Contoh kongkret; Seorang siswa mengikuti sebuah proyek penelitian yang membutuhkan pengumpulan data secara mandiri. Dalam proses ini, siswa belajar bagaimana mencari informasi yang dibutuhkan, memilih metode pengumpulan data yang tepat, serta menganalisis dan mengevaluasi data tersebut. Kemampuan untuk melakukan tugas ini secara mandiri dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan tugas akademik yang kompleks di masa depan.

Integrasi skills meneliti dengan P5

Ada 9 Skills Meneliti yang akan diintegrasikan dengan P5:

1. Menumbuhan kepekaan pada masalah

2. Penulisan ilmiah

3. Merumuskan masalah penelitian

4. Merumuskan hipotesis

5. Menguji Hipotesis

6. Prosedur/langkah-langkah penelitian

7. Menyusun alat ukur penelitian

8. Olah data hasil penelitian

9. Publikasi dan Diseminasi  hasil Penelitian

Berikut penjelasan tentang 9 skills meneliti tersebut:

1. Menumbuhkan kepekaan pada masalah.

Sebagai seorang peneliti, penting untuk memiliki kepekaan terhadap masalah sekitar karena hal tersebut dapat membantu untuk mengidentifikasi gap antara kondisi ideal dan faktual yang sedang terjadi. Dengan mengamati dan memahami masalah sekitar, seorang peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai situasi yang sedang dihadapi dan memformulasikan solusi yang tepat. Selain itu, dengan memiliki kepekaan terhadap masalah sekitar, seorang peneliti juga dapat menghindari kesalahan dalam merumuskan masalah penelitian dan memastikan bahwa penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Nurhadi, A., & Widiyanto, A. (2022)

Contoh Kongkret dalam menumbuhkan kepekaan pada masalah.

Untuk menumbuhkan kepekaan yang kuat terhadap masalah, peserta didik perlu mendapatkan exposure masalah secara kongkret yang akan dirasa mengganggu pikiran mereka. Misalnya pada topik Gaya hidup berkelanjutan peserta didik diajak untuk melihat situasi di TPA. Disini penting untuk memilih expoure yang paling tepat dan sesuai dengan topik, sehingga dapat membuat peserta didik sadar dan terdorong untuk melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Penulisan ilmiah

Kemampuan gaya penulisan ilmiah sangat penting karena dengan gaya penulisan yang tepat, tulisan dapat disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Gaya penulisan ilmiah juga dapat meningkatkan kredibilitas penulis dan tulisannya, serta membantu pembaca memahami argumen dan data yang disajikan secara sistematis. Selain itu, gaya penulisan ilmiah yang baik dapat membantu penulis dalam memperoleh publikasi dan pengakuan dalam bidang akademik. Oleh karena itu, kemampuan gaya penulisan ilmiah merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki oleh peneliti untuk sukses dalam dunia akademik.

Contoh Kongkret penulisan ilmiah dalam proses P5

Setelah mendapatkan exposere nyata masalah di lapangan siswa diminta untuk mencari solusi masalah dari ragam jurnal ilmiah yang ada, kemudian peserta didik diminta untuk membuat resume solusi-solusi yang ada dengan mencantumkan sitasi. sitasi merupakan proses mengutip sumber atau referensi dalam sebuah tulisan akademik atau ilmiah. Sitasi dilakukan untuk memberikan kredit pada penulis asli yang memberikan kontribusi pada topik yang sedang dibahas, menghindari plagiat, serta membantu pembaca dalam menemukan sumber asli dan memeriksa keabsahan informasi yang disajikan.

3. Merumuskan masalah penelitian

Dalam merumuskan masalah harus ada justifikasi teoritis. Justifikasi teoritis merupakan tahap awal dalam penelitian di mana peneliti menjelaskan mengapa masalah penelitian yang sedang diteliti penting untuk diinvestigasi, dan bagaimana penelitian tersebut dapat menyumbang pada perkembangan teori atau pengetahuan yang sudah ada. Justifikasi teoritis juga mencakup penjelasan bagaimana penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi masalah yang sama atau serupa, dan apa yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan mempertimbangkan teori dan penelitian sebelumnya, peneliti dapat mengembangkan kerangka teoritis dan hipotesis yang tepat, dan menunjukkan relevansi dan kebaruan penelitian mereka. Justifikasi teoritis menjadi dasar dan alasan kuat bagi peneliti untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya dalam penelitian.Yin, R. K. (2018)

Contoh Kongkret Merumuskan masalah penelitian

Setelah mendapatkan exposure nyata masalah di lapangan dan melakukan justifikasi teoritis, misalnya bahwa memilah sampah dapat mengurangi konstribusi sampah buangan ke TPA, siswa membuat rumusan masalah dengan justifikasi teoritis tadi.

*    Apa saja kendala dan solusi yang ditemukan dalam pelaksanaan program pemilahan sampah di sekolah, dan bagaimana rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas program tersebut?

*    Apakah dengan melakukan pemilahan sampah, sampah akan lebih mudah dimanfaatkan?

*    Apakah melakukan pilah sampah di kantin dapat mengurangi jumlah sampah buangan yang harus di buang ke TPA?

4. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan yang didasarkan pada pengetahuan dan pengamatan awal tentang suatu fenomena atau masalah tertentu. Hipotesis digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan menguji kebenaran pernyataan atau dugaan tersebut. Dalam penelitian, hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan. Hipotesis dapat membantu peneliti untuk mempersempit fokus penelitian, memahami hubungan antara variabel, dan memberikan arahan untuk metode penelitian yang digunakan.

Contoh Kongkret Merumuskan Hipotesis

Setelah melakukan tahapan menumbuhan kepekaan pada masalah, belajar dan praktek penulisan ilmiah, serta merumuskan masalah penelitian,  dengan justifikasi teoritis peserta didik mulai merumuskan hipotesi. Menyambung dari contoh kongkret masalah yang tadi.

Hipotesis ;

Dengan melakukan pilah sampah dikantin, sampah disekolah akan bisa lebih dimanfaatkan dan otomatis akan mengurangi buangan sampah dari sekolah ke TPA

5. Menguji Hipotesis

Dengan melakukan uji coba hipotesis, peneliti dapat mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan dapat diterima atau tidak. Jika hipotesis diterima, maka peneliti dapat menggunakan hasil uji coba tersebut untuk menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan rekomendasi atau implikasi bagi penelitian selanjutnya atau dalam konteks aplikasi praktis. Jika Hipotesis diterima maka peserta didik dapat melanjutkan ke tahapan P5 hingga ke tahapan aksi dan panen karya.

Contoh Kongkret Menguji Hipotesis

Dengan Hipotesis ; Dengan melakukan pilah sampah dikantin, sampah disekolah akan bisa lebih dimanfaatkan dan otomatis akan mengurangi buangan sampah dari sekolah ke TPA.

Maka peserta didik bisa merancang suatu eksperimen dengan menggunakan metode pre-test dan post-test. Pada tahap pre-test, peneliti akan mengumpulkan data tentang jumlah sampah yang dihasilkan oleh kantin dan jumlah sampah yang dibuang dari sekolah ke TPA dalam waktu tertentu sebelum program pemilahan sampah diterapkan. Kemudian, pada tahap post-test, peneliti akan melakukan pengumpulan data yang sama setelah program pemilahan sampah di kantin diterapkan. Data yang dikumpulkan dapat dianalisis dan dibandingkan menggunakan teknik statistik yang tepat. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara data pre-test dan post-test, maka hipotesis dapat diterima. Namun, jika tidak ada perbedaan yang signifikan, maka hipotesis harus direvisi atau ditolak.

6. Prosedur/Langkah-Langkah Penelitian

Keterampilan menuliskan proses penelitian sangat penting karena hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengomunikasikan ide, hipotesis, metodologi, hasil, dan kesimpulan penelitian mereka secara efektif dan efisien kepada audiens yang berbeda-beda. Dengan menulis secara jelas dan terstruktur, para peneliti dapat memudahkan pembaca untuk memahami tujuan dan relevansi penelitian mereka, serta memvalidasi klaim dan temuan yang diperoleh. Selain itu, kemampuan menulis yang baik juga membantu peneliti untuk meningkatkan visibilitas dan reputasi mereka di kalangan akademik, dan memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan penelitian mereka di konferensi dan seminar ilmiah.

Contoh Kongkret Prosedur/Langkah-Langkah Penelitian

Setelah menguji hipotesis, Peserta didik (PD) melalui penulisan hasil uji coba yang telah di approve oleh guru pendamping, barulah  PD bisa menginisiasi proses aksi dengan sebelumnya belajar menuliskan prosedur atau langkah-langkah penelitian, minimal dari latar belakang yang akan mengantar pada rumusan masalah dengan justifikasi teoritis yang akan mengantar pada hipotesis dan pengujian hipotesis. Tentunya penulisan prosedur atau langkah-langkah penelitian harus dengan kaidah-kaidah penulisan Ilmiah yang dipelajari sebelumnya. Dalam tahap ini PD juga bisa belajar penulisan jurnal ilmiah yang diawali dengan resume proses penelitian atau dikenal dengan istilah Abstract.

7. Menyusun alat ukur penelitian

Penyusunan alat ukur dalam penelitian adalah proses untuk mengembangkan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti secara sistematis dan akurat. Alat ukur yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, sehingga dapat memberikan data yang akurat dan dapat diandalkan, alat ukur penelitian dan pengujian hipotesis saling terkait. Alat ukur yang baik dapat mendukung pengujian hipotesis yang tepat, sehingga hasil penelitian yang didapatkan dapat diandalkan dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Contoh Kongkret Menyusun alat ukur penelitian dalam P5

Menyusun alat ukur penelitian dalam proses P5 tentunya dilaksanakan saat tahapan pengujian hipotesis, semisal dengan contoh hipotesis; dengan melakukan pilah sampah dikantin, sampah disekolah akan bisa lebih dimanfaatkan dan otomatis akan mengurangi buangan sampah dari sekolah ke TPA

Maka PD bisa mengarahkan pada variabel penelitiannya. Variabel X atau variabel independen adalah "pilah sampah dilakukan di kantin". Variabel ini adalah faktor yang dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat pengaruhnya terhadap variabel dependen atau hasil.  Variabel Y atau variabel dependen adalah "sampah di sekolah dapat lebih dimanfaatkan dan secara otomatis dapat mengurangi buangan sampah dari sekolah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)". Variabel ini merupakan hasil atau efek dari variabel independen atau faktor yang dimanipulasi.

Contoh Kongkret Menyusun alat ukur penelitian dalam P5

Alat ukur penelitian dalam P5 tersebut tinggal mengukur jumlah/bobot sampah buangan dengan skema pembanding pra dan paska aksi, dalam satu termin waktu yang sama misalnya selama durasi satu minggu. Sehingga kemudian dapat melihat signifikansi pengurangan jumlah/bobot sampah buangan ke TPA. Dengan aksi melakukan pemilahan sampah di Kantin.

8. Mengolah data hasil penelitian

Kemampuan olah data sangat penting dalam penelitian karena data merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk menguji hipotesis dan membuat kesimpulan yang akurat. Dengan kemampuan olah data yang baik, peneliti dapat mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data dengan tepat sehingga dapat memberikan informasi yang berguna dan valid untuk penelitian. Kemampuan olah data juga dapat membantu peneliti untuk menemukan pola dan tren yang tersembunyi dalam data dan menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti. Oleh karena itu, kemampuan olah data menjadi salah satu keterampilan kunci yang harus dimiliki oleh peneliti untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas dan dapat dipercaya.

Contoh Olah data Penelitian

9. Publikasi dan Diseminasi  hasil Penelitian                      

Diseminasi hasil penelitian adalah proses menyebarkan atau mempublikasikan hasil penelitian kepada khalayak luas. Tujuan dari diseminasi hasil penelitian adalah agar penelitian yang telah dilakukan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh para akademisi, praktisi, atau masyarakat umum untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka mengenai topik yang diteliti. Diseminasi hasil penelitian dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti publikasi di jurnal ilmiah, presentasi di seminar atau konferensi, posting di media sosial, dan sebagainya. Dengan diseminasi hasil penelitian yang tepat, peneliti dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan ilmu pengetahuan secara luas.

Contoh Kongkret Publikasi dan Diseminasi  hasil Penelitian dalam P5

Untuk melakukan diseminasi hasil penelitian, seorang peneliti memerlukan beberapa keterampilan, di antaranya:

1. Kemampuan komunikasi: Peneliti harus dapat berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan, agar dapat menjelaskan temuan penelitiannya dengan jelas dan mudah dipahami oleh audiens.

2. Kemampuan menulis: Peneliti harus dapat menulis laporan penelitian yang jelas, sistematis, dan mudah dimengerti. Selain itu, peneliti juga harus mampu menulis publikasi ilmiah seperti jurnal dan buku

3. Kemampuan presentasi: Peneliti harus dapat membuat presentasi yang efektif dan menarik, serta mampu menyampaikan temuan penelitiannya dengan baik di depan audiens.

4. Kemampuan interpersonal: Peneliti harus dapat menjalin hubungan baik dengan rekan peneliti dan masyarakat luas untuk mendapatkan dukungan dalam menyebarkan hasil penelitian.

5. Kemampuan manajemen proyek: Peneliti harus dapat mengelola waktu, sumber daya, dan anggaran proyek penelitiannya dengan efektif.

6. Kemampuan mengadaptasi: Peneliti harus dapat mengadaptasi diri dengan cepat dan fleksibel terhadap perubahan dan tantangan yang muncul selama proses diseminasi hasil penelitian.

6 Ketrampilan tersebut yang akan dilatihkan dan dipraktekan siswa saat panen karya P5 di penghujung tiap termin P5, yang nantinya ketika karya Ilmiah di kelas XII akan menjadi syarat kelulusan, ketrampilan-ketrampilan tersebut sudah akan terlatih kurang lebih dalam 9 topik P5 di level SMA.

Reference

Bucy, M. T., & Craft, M. A. (2010). High school students' information seeking and long-term retention in Inquiry-based science classrooms. Journal of Research in Science Teaching, 47(3), 276-292.

Halpern, D. F. (1998). Teaching critical thinking for transfer     across domains: Disposition, skills, structure     training, and metacognitive monitoring. American  Psychologist, 53(4), 449-455.

Stansbury, K., & Zimmerman, B. J. (2020). Increasing self-efficacy and motivation through inquiry-based learning i n  high school science. Journal of Educational Psychology, 112(1), 137-152.

Nurhadi, A., & Widiyanto, A. (2022). Identifying Research Gap  on Sustainable Development Goals in Developing  Countries: A Systematic Literature Review. Journal     of Environmental Management, 311, 114362.

Yin, R. K. (2018). Case study research and applications: Design  and methods. Sage publications.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun