"Tunggu! Kurasa kita seumuran, ku anggap kamu teman. Teman, bolehkah kau menemaniku berkeliling tempat ini?", susul wanita itu sambil bertanya.
"Tapi saya rasa saya tidak...", jawabku bermaksud sopan.
"Ini perintah! Harus begitu baru kau mau?", balasnya.
Cath's pov ***
Entah sudah berapa lama kami begini, aku hanya ingat sudah 6 bulan sejak kepindahanku kesini. Sejak itupun kami dekat dan mulai membagikan cerita kami masing-masing. Biasanya aku tak pernah seakrab ini dengan kaum mereka. Tapi entah mengapa, dia berbeda. Dia membuat aku merasakan sesuatu berbeda. Sesuatu yang tidak pernah kurasakan, sesuatu yang kurasa salah untuk kurasakan. Rasanya ingin sekali aku menghabiskan hari-hariku bersamanya. Namun hal itu hanya khayalan belaka, latar belakang keluarga dan ras menciptakan jurang yang tak dapat kami sebrangi.
Malam ini kami bertemu lagi. Ada yang aneh, matanya memancarkan kegelisahan. Apa yang terjadi padanya? Apa yang ingin ia katakan?
"Cath, apakah cinta bisa salah?", tanyanya penuh bimbang.
"Apa maksudmu?", balasku kebingungan.
"Cath, kaumku dan kaumu berbeda bukan? Sebuah kebodohan bila seorang dari kaummu dan kaumku menjalin kasih bukan? Tapi, kurasa kebodohan itu menyelimutiku. Cath, bolehkan aku mencintaimu?", jelasnya dengan tatapan menuh makna.
Entah apa yang merasukiku, sekejap aku menarik tangannya dan mengajaknya menemui ayahku. Aku sudah gila melakukan hal ini. Tapi aku tidak tahan lagi, aku tidak dapat menyembunyikan perasaanku lagi.
 "Vader!vader!", teriaku sambil menahan isakan tangis.