Mohon tunggu...
Felicia Ivana
Felicia Ivana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM: 46124010014 // S1 Psikologi // Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

23 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:54 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah dan lembaga internasional juga bisa berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kebajikan melalui kebijakan dan regulasi. Salah satu contohnya adalah penerapan kebijakan lingkungan yang ketat untuk memastikan bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan tetapi juga pada tanggung jawab ekologis.

Sebagai contoh, perjanjian internasional seperti Paris Agreement mengharuskan negara-negara dan perusahaan-perusahaan besar untuk mengambil tindakan yang signifikan dalam mengurangi emisi karbon dan memperlambat perubahan iklim. 

Peraturan seperti ini mencerminkan nilai kebajikan keadilan, di mana negara-negara maju yang lebih bertanggung jawab atas perubahan iklim diharapkan untuk melakukan lebih banyak dalam hal mitigasi. Ini menunjukkan bagaimana kebajikan dapat dipromosikan melalui kebijakan publik yang tepat.

Studi Kasus: Pemimpin Modern yang Berhasil Menerapkan Prinsip Aristoteles

1. Angela Merkel: Kepemimpinan yang Didukung oleh Kebijaksanaan dan Keadilan

Selama dua dekade kepemimpinannya sebagai Kanselir Jerman, Angela Merkel menjadi contoh pemimpin yang menerapkan prinsip-prinsip Aristotelian dalam kepemimpinannya. Merkel dikenal karena pendekatan yang berkebajikan dan berbasis kebijaksanaan dalam mengelola krisis, baik dalam menangani krisis keuangan Eropa, krisis migran, maupun dalam kebijakan iklim.

Merkel dikenal dengan sifatnya yang berhati-hati dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Misalnya, selama krisis utang Yunani, Merkel memilih pendekatan yang hati-hati dan diplomatik, memastikan bahwa negara-negara Eropa tetap bersatu sambil tetap menuntut tanggung jawab fiskal dari negara-negara yang membutuhkan bantuan. 

Ini mencerminkan kebijaksanaan praktis (phronesis), di mana ia tidak mengambil langkah yang mudah atau populer, tetapi langkah yang terbaik untuk stabilitas jangka panjang.

2. Satya Nadella: Kepemimpinan yang Berbasis Empati dan Inovasi

Satya Nadella, CEO Microsoft sejak tahun 2014, adalah contoh modern dari seorang pemimpin yang menekankan kebajikan moral, empati, dan phronesis dalam pengambilan keputusan. Nadella dikenal karena pendekatannya yang transformatif dalam membawa Microsoft dari perusahaan teknologi besar yang stagnan menjadi salah satu pemimpin inovasi dunia.

a. Empati sebagai Nilai Inti Kepemimpinan

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun