Mohon tunggu...
By
By Mohon Tunggu... Penulis - Merakit jadi cerpenis

Ini adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria dari Mars

25 Desember 2023   10:18 Diperbarui: 25 Desember 2023   10:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gue anak baru disini, baru pindahan kemaren siang, di sebelah rumah lo" ucapnya tanpa diminta.

Dan pergi begitu saja?????

Laki-laki aneh mana lagi yang aku temui hari ini, aku bahkan terlalu malas untuk memikirkannya. Dengan tergesa-gesa aku berjalan, kemudian setengah berlari menuju jalan raya, tempat angkutan umum biasa untuk singgah. 

Tidak ada kesempatan memikirkan hal lain, aku harus sampai di depan gerbang sekolah sebelum pukul tujuh dan itu dua puluh menit lagi. 

Waktu semakin dikejar semakin mendekat, tak mau memberikan kesempatan untuk bernafas barang sejenak. Segera kunaiki angkot itu, dan melesat meninggalkan gerbang perumahan dengan satpam yang sedang meneguk secangkir kopi di pos sana. 

***

Aku tahu nama laki-laki itu sekarang. Angkasa namanya, indah bukan? Seindah paras dan kepribadiannya. Masih aku ingat bagaimana ia tiba-tiba muncul di hadapanku pada pagi hari itu, dan yah dia memang seaneh itu. Kehadiran dia yang tiba-tiba, membuat hidupku berubah seketika. 

Jiwaku yang sebelumnya terasa hangus, dalam sekejap terasa hidup kembali. Senyum yang dulu terasa berat tercetak di bibirku, sekarang terasa lebih ringan. 

Meski di dalam rumah suara gaduh selalu saja terdengar, entah apa yang selalu diributkan orang tuaku. Bahkan dari kesalahan kecil saja, bisa menjadi sesuatu yang besar di hadapan mereka. 

Aku tidak bisa meredam dendam yang terasa di antara mereka, karena jiwaku telah terburu terbakar. Sampai kapan mereka akan bertahan? Aku bahkan hampir mati, namun Angkasa menyelamatkanku.

Di depan gerbang rumah, ku dapati Angkasa di sana, tersenyum manis ke arahku. Segera aku berlari kecil ke arahnya. Dengan sepeda yang dikayuhnya kami membelah jalanan, dan aku bertengger manis di belakang punggungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun