Mohon tunggu...
febri yanto
febri yanto Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyimpangan dan Norma Baru

22 Agustus 2020   10:01 Diperbarui: 22 Agustus 2020   10:47 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyimpangan Dan Norma Baru

Norma-norma kemasyarakatan terbentuk sabagai hasil dari proses-proses social, yaitu dalam proses interaksi social terjadi pola-pola aksi dan interaksi didalam kehidupan social. 

Dengan demikian hanya melalui proses social saja norma social bias tercipta. Akan tetapi tidak semua norma sebagai hasil atau produk interaksi social tersebut mesti ideal sesuai dengan norma-norma yang bersifat umum (general). 

Artinya dalam proses interaksi social tidak selalu menghasilkan norma yang positif, sebab aksi interaksi yang bersifat negative juga akan menghasilkan produk norma yang negative pula. 

Misalnya di system pemerintahan Orde Baru yang otoriter, kemudian beberapa golongan yang dimotori oleh kalangan intelektual menghendaki adanya perubahan, yaitu mengubah pola-pola otoriteristik menjadi pola yang demokrasi. 

Dengan demikian sekelompok orang yang menghendaki perubahan tersebut dapat dikatakan menyimpang dari otoriter. Akan tetapi bentuk penyimpanan ini justru diikuti oleh masyarakat banyak, sehingga kelompok yang kemudian berhasil merubah struktur social yang ada.

Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa suatu perbuatan yang semula dianggap menyimpang, akan tetapi karena bentuk penyimpangan tersebut didukung oleh banyak pihak dan berhasil merubah tatanan yang ada, maka akhirnya penyimpangan justru menjadi norma social yang baru. Keberadaannya justru dijadikan sebagai pedoman baru untuk mengatur tingkah laku social dalam masyarakat[1]. 

 Sebab Musabab Terjadinya Perilaku Menyimpang

 Sikap Mental yang Tidak Sehat

Mental yang tidak sehat berarti yang tidak sehat berarti keadaan jiwa seseorang yang tidak stabil sehingga berprilaku di luar batas manusia pada umumnya. Ukuran normal atau tidak normalnya perilaku tersebut adalah tatanan nilai-nilai dan norma-norma ideal yang digolongkan ke dalam kelompok nilai dan norma yang seharusnya ada, bukan yang senyatanya ada. 

Ada beberapa perilaku seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan sebagai kelompok orang yang tidak sehat mentalnya . Beberapa perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh depresi, deprivasi social, psikopat.

Ketidakharmonisan dalam Keluarga

Ketidakharmonisan keluarga muncul ketika keluarga tidak dapat menjaga kebutuhannya, sehingga keluarga yang bersangkutan akan mengalami broken home. Dalam keluarga yang broken home, dimana sering terjadi percekcokan di antara dua orang tua dan sikap saling bermusuhan serta bersikap agresif.

Pelampiasan Rasa Kecewa

 Kekecewaan biasanya muncul tatkala seseorang atau sekelompok orang tidak terpenuhi keinginan dan harapannya. Bentuk kekecewaan sering di lampiaskan melalui perilaku menyimpang.

Dorongan Kebutuhan Ekonomi

Yang dimaksud dengan dorongan kebutuhan ekonomi adalah dorongan seseorang atau sekelompok orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan tersebut tidaklah mudah. Akibatnya seseorang atau sekelompok orang akan melakukan tindakan menyimpang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pengaruh Lingkungan dan Media Massa

Lingkungan yang tidak sehat, seperti lingkungan dengan banyak anggota masyarakat yang menyimpang akan sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak. Selain itu pengaruh media massa terutama televise yang hamper dimiliki oleh setiap rumah juga sangat efesien mempengaruhi penyimpangan social.

 Keinginan untuk di Puji

Keinginan untuk dipuji terutama di kalangan anak-anak merupakan suatu hal yang wajar. Akan tetapi, jika keinginan tersebut tidak terpenuhi, maka anak-anak akan mencari langkah lain yang berupa penyimpangan.

Proses Belajar yang Menyimpang

Proses belajar yang menyimpang adalah proses dimana anak-anak mengindentifikasi perilaku dilingkungannya yang menyimpang, terutama dari teman sebaya.

Ketidaksanggupan  Menyerap Norma

Seseorang yang memiliki kebiasaan berprilaku menyimpang merupakan kelompok orang yang tidak sanggup menyerap norma-norma yang konformis. Suatu kenyataan bahwa orang-orang yang terjerumus ke lembah hitam tersebut adalah akobat dari frekuensi mengindentifikasi nilai dan norma yang antisosial lebih besar di banding ketika ia menerima nilai dan norma yang konformis.

Proses Sosialisasi Nilai-nilai Subkultur Menyimpang

Perilaku menyimpang tidak saja dilakukan secara perorangan tetapi tak jarang juga di lakukan secara berkelompok. Kejadian ini disebut juga subkultur menyimpang.

Kegagalan dalam Proses Sosialisasi

 Sosialisasi merupakan proses mengenalkan anak-anak akan kebiasaan orang-orang yang ada dilingkungan tempat tinggal. Tidak mesti sosialisasi itu merupakan proses mengindentifikasi tatanan nilai-nilai yang konfirmis saja, tetapi bisa juga pengindentifikasian nilai anti social.

Adanya Ikatan Sosial yang Berlainan

 Perbedaan ikatan social antarkelompok dengan perbedaan nilai dan norma yang ada akan menimbulkan perbedaan tentang perilaku masing-masing anggota masyarakatnya.

Anti Sosial.

Kelompok anti social biasanya tidak memiliki kepedulian dengan orang lain atau masyarakat disekitarnya. Mereka merupakan kelompok yang hanya memiliki kesenangan menurut pribadinya tanpa mengindahkan orang lain disekitarnya. Kelompok ini bersifat cuek dengan apa yang ada disekelilingnya. 

Komunitas anti social dikatakan sebagai bentuk kelompok anak-anak atau orang-orang yang memiliki gaya hidup sesuai dengan selera mereka, tanpa disadari apakah selera tersebut sejalan dengan nilai norma social atau tidak. 

Dengan kata lain, kelompok antisosial dapat dikatakan kelompok yang bebas dari nilai-nilai da norma-norma social. Bagi mereka nilai-nilai dan norma-norma social dianggap sebagai bentuk kekangan yang mengikat kebebasannya. Mereka dapat melakukan apa pun tanpa peduli apa yang dikatakan oleh orang-orang atau masyarakat disekililingnya.

Diantara kelompok ini dapat dijumpai dijalanan dengan mengenakan pakaian yang berbeda dari kelompok lain yang "Normal". Sebagian orang berpendapat bahwa kelompok anak-anak jalanan adalah kelompok anak-anak yang tidak layak hidupnya, menderita dan tidak mampu memenuhi hak-haknya sebagai anak, seperti belajar,kasih sayang, dan sebagainya.

Dengan demikian, prilaku antisosial adalah kepribadian seseorang yang menunjukkan keacuhan, ketidakpedulian, dan/atau permusuhan yang seronok kepada orang lain,terutama yang berkaitan dengan norma social dan budaya.

Orang yang antisosial biasanya blak-blakan dan tidak memedulikan hak dan perasaan orang lain. Istilah antisosial secara formal disebut penyimpangan kepribadian yang antisosial (antisocial personality disorder). 

Orang dengan penyimpangan ini, kebanyakan laki-laki, memiliki rasa pengendalian emosi negative yang rendah, rasa empatinya sedikit, dan biasanya merasa kosong atau hampa. Bahkan ada sebagian orang dari kelompok ini sendiri seringkali dicap sebagai kelompok "Raja tega", dikarenakan kelompok ini kebanyakan tidak memiliki rasa belas kasihan kepada orang lain.

 Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya prilaku antisosial, antara lain:

 Adanya gangguan mental.

 Faktor keturunan.

 Stres dan sosiokultural.

 Faktor lingkungan.

 Kegagalan belajar mengenai moral dan etika dalm kehidupan awal mereka.

 Pada awalnya para ahli tidak menggolongkan prilaku antisosial sebagai bentuk dari gangguan mental, hal ini karena mereka tidak melihat adanya gejala-gejala yang mengarah kearah tersebut. Satu hal yang bersifat paradoksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami ini secra intelektual adalah normal, namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. 

Jangka waktu dan kondisi paradox ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dan penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.

 Dalam hal ini ada beberapa kemungkinan dan hal yang penting bukan terletak pada proses pembelajaran prilaku antisosial, namun lebih kepada kegagalan untuk belajar secara tepat mengenai moral dan etika dalam kehidupan awal mereka. Kegagalan ditahap awal kehidupan ini (kanak-kanak) akan menjelaskan mengapa prilaku delikuen dan criminal dapat terus berkembang. 

Hal ini juga mungkin terjadi karena adanya distorsi sikap dan terkait dengan pengalaman masa lalu dimana mereka pernah menjadi korban dari orang-orang yang sebetulnya begitu dekat dengan diri mereka (disia-siakan,sisakiti).

 

BAB III

 PENUTUP

 Kesimpulan

Norma-norma kemasyarakat terbentuk sebagai hasil dari proses-proses social, yaitu dalam proses interaksi social terjadi pola-pola aksi dan interaksi di dalam kehidupan social. Dengan demikian, hanya melalui proses social saja norma social bisa tercipta. Akan tetapi tidak semua norma sebagai hasil atau produk interaksi social tersebut menjadi ideal sesuai dengan norma yang bersifat general. 

Dengan demikian sekelompok orang yang menghendaki perubahan tersebut dapat dikatakan menyimpang dari otoriter. Akan tetapi bentuk penyimpanan ini justru diikuti oleh masyarakat banyak, sehingga kelompok yang kemudian berhasil merubah struktur social yang ada.

DAFTAR PUSTAKA 

Notthingham K.E, 1985, Agama dan Masyarakat, Jakarta, CV. RAJAWALI

Setiadi M. E. dan Kolip, U.,2011, Pengantar Sosiologi,  Jakarta, PRENADAMEDIA GROUP

Hasibuan S.P.M,2007,  Organisasi dan Motivasi, Jakarta, PT.Bumi Aksara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun