Akhirnya.
Aku mengambil nafas panjang, memperbaiki kerahku dan melangkah ke dalam kantor. Slide demi slide kujelaskan dengan baik mengenai produk APD kami dan program kerjasama jangka panjang yang nantinya akan dijadikan program berkelanjutan. Aku yakin sudah menyampaikan dengan baik, walau aku masih bisa melihat pak pimpinan, yang duduk bertopang dagu, sedang memikirkan hal lain dalam benaknya. Dahinya yang mengernyit, pandangannya yang melihat meja, seolah tidak fokus dalam rapat ini.
Bagaimana tidak. Mengepalai rumah sakit sebesar ini tentu tidak mudah, dengan tenaga kerja yang puluh-ribuan jumlahnya, yang didalamnya ada pelajar dan belum lagi pasien-pasien yang membludak. Komplain dan demand pasti berdatangan dari seluruh penjuru. Di tengah simpatiku, aku mendatangi tempat duduk beliau, menyerahkan lembar kopian dari presentasiku untuk nanti dibaca beliau ketika sudah lebih tenang.
"Mari pak, saya paham kondisi memang sedang susah. Saya yakin orang yang amanat akan dibantu oleh Yang Maha Kuasa. Berikut lembar presentasi saya, apabila bapak sudah ada waktu untuk membacanya, silahkan hubungi kami kembali". Tuturku seraya menenangkannya. Aku paham, yang mereka butuhkan sekarang adalah waktu istirahat, namun kalau mereka istirahat, siapa yang bisa menangani invasi virus ini?Â
Aku harap aku bukan bagian dari orang yang tidak menghargai usaha mereka.
Kondisiku baik-baik saja, hingga 2 hari yang lalu.
Tiba-tiba badanku terasa lemas dan meriang. Tenggorokanku sakit sehingga batuk terus menerus.Â
Aku takut.Â
Ini gejala penyakit itu.
Apa yang salah? Apa aku kurang membersihkan diri? Apakah kurang tebal APD-ku?
Kenapa aku, ya Tuhan?