Mohon tunggu...
Febriansya Basta
Febriansya Basta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Agribisnis - Faperta

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kandungan Gizi Dua Jenis Varietas Singkong (Manihot Esculenta) Berdasarkan Umur Panen

7 Oktober 2020   08:05 Diperbarui: 7 Oktober 2020   08:16 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendahuluan

Komoditi singkong menjadi salah satu objek pertanian yang harus ditingkatkan produksinya, baik sebagai farietas pangan berbsis sumber daya lokal selain dari padi dan jagung maupun sebagai produk olahan yang dapat dikembangkan menjadi bermacam jenis produk olahan. 

Peningkatan produksi singkong menjadi sumbangsih ketahanan pangan nasional, di mana singkong telah menjadi salah satu farietas pangan yang berbasis pada sumber daya lokal. Singkong (Manihot esculenta) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. 

Singkong tidak memiliki periode matang yang jelas, akibatnya periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan singkong yang memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda – beda. Tingkat produksi, sifat fisik dan kimia singkong akan bervariasi menurut tingkat kesuburan yang ditinjau dari lokasi penanaman singkong (Anonim, 2014).

Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung. Singkong, pada awalnya ditanam untuk diambil umbinya dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan, namun seiring berjalannya waktu singkong dimanfaatkan sebagai bahan pakan dan industri. 

Selain dapat dikonsumsi langsung dalam berbagai jenis makanan, yakni singkong rebus, singkong bakar, singkong goreng, kolak, keripik, opak, dan tape, singkong juga dapat diolah menjadi produk antara (intermediate product), seperti gaplek dan tepung tapioka (Rukmana, 1997).

Kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten penghasil singkong di Jawa Timur, dituntut untuk selalu meningkatkan produksi singkong, mengingat singkong telah menjadi salah satu jenis pangan yang mendukung ketahanan pangan nasional, dan telah menjadi bahan utama dari beberapa jenis makanan olahan.

Tututan untuk meningkatkan produksi singkong harus disertai dengan kebijakan regulasi yang mengarah pada perlindungan petani singkong. Kebijakan regulasi inilah yang nantinya akan menjamin terwujudnya kesejahteraan petani singkong di Kabupaten Jember.

Kabupaten Jember memiliki berbagai komoditas potensial di sektor pertanian, salah satunya adalah singkong (Tanuwijaya, 2013). Hal tersebut tampak dari produktivitas dan jumlah produksi singkong di Kabupaten Jember yang cukup tinggi. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember diketahui bahwa produktivitas dan jumlah produksi singkong pada tahun 2012 berturut-turut sebesar 174,40 kw/ha dan 478.030 kw dengan total luas panen sebesar 2.471 ha (Badan Pusat Statistik, 2013). Sebaran potensi singkong di Kabupaten Jember cukup merata, yakni terdapat pada 28 kecamatan dari 31 kecamatan pada kabupaten tersebut, antara lain: kecamatan Kencong, Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Silo, Mayang, Mumbulsari, Ajung, Rambipuji, Balung, Semboro, Jombang, Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Pakusari, Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, Sukowono, Jelbuk, Kaliwates, Sumbersari dan Patrang (Badan Pusat Statistik, 2013; Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2013).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian kandungan gizi dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta) berdasarkan umur panen diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Protein dalam 0,5 gram bahan yakni:

Sampel

Berat sampel (g)

Titrasi

blangko (ml)

Titrasi

sampel (ml)

N. HCl

Kadar

Protein

(%)

Singkong varietas

Adira

0,5179

0,14

0,94

0,01

2,45

 

 

0,80

 

 

Singkong varietas

Bogor

0,5111

0,14

0,68

0,01

1,88

 

 

0,70

 

 

Pada tabel di atas, hasil analisis kadar protein untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang berbeda yakni kadar protein singkong varietas adira cukup tinggi dibandingkan dengan varietas bogor. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut.

Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Lemak dalam 5 gram Bahan.

Sampel

Berat sampel

(gram)

Berat labu

lemak kosong

(gram)

Berat labu

lemak setelah

oven (gram)

Kadar

Lemak

(%)

Singkong varietas

Adira

5,0632

158,3083

158,3505

0,83%

Singkong varietas

bogor

5,0404

162,8406

162,8914

1,00%

Pada tabel di atas, hasil analisis kadar lemak untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang berbeda yakni kadar lemak singkong varietas bogor cukup tinggi dibandingkan dengan varietas adira. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut.

Tabel 3. Hasil Analisis Kadar Abu Singkong (Manihot esculenta)

Sampel

Berat Sampel

(gram)

Berat cawan

setelah tanur

(gram)

Berat cawan

kosong (gram)

Kadar abu

(%)

Singkong varietas

Adira

2,5849

20,3241

20,3068

0,66%

2,5230

23,3023

23,3189

Singkong varietas

Bogor

2,6019

20,3241

20,6961

0,69%

3.1670

21.9689

23,3189

Pada tabel di atas, hasil analisis kadar abu untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yakni kadar abu singkong varietas bogor sebesar 0,69%, sedangkan varietas adira sebesar 066%. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut.

Tabel 4. Hasil Analisis Serat Kasar Singkong (Manihot esculenta)

Sampel

Berat

Sampel (gram)

Berat

Kertas saring (gram)

Berat

Setelah oven

Berat

Cawan kosong

Berat

setelah

tanur

Kadar

Serat

Kasar

Singkong varietas

Adira

0,4115

1,1820

1,1850

22,9543

22,9558

0,73%

Singkong varietas

Bogor

0,4026

1,4223

1,4246

22,2463

22,2484

0,57%

Pada tabel di atas, hasil analisis serat kasar untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang berbeda yakni kadar serat kasar singkong varietas adira cukup tinggi dibandingkan dengan varietas bogor. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut.

Tabel 5. Hasil Analisis kadar air singkong (Manihot esculenta)

Sampel

Berat sampel (gram)

Berat kering (gram)

Berat cawan (gram)

Kadar air (%)

Singkong varietas

Adira

2,5849

21,1135

20,3068

66,20%

2,5230

24,2216

23,3023

Singkong varietas

Bogor

3,1670

23,4047

21,9478

53,99%

2,6019

21,8910

20,6961

Pada tabel di atas, hasil analisis kadar air untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang berbeda yakni kadar air singkong varietas adira cukup tinggi dibandingkan dengan varietas bogor. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Proximat % Karbohidrat

Sampel

% Protein

% Lemak

% Abu

% Air

% Serat Kasar

Karbohidrat

Singkong varietas

Adira

2.45

0.83

0.66

66,20%

0,73

29.17

Singkong varietas

Bogor

1.88

1.00

0.69

53.99

0.57

46.87

Pada tabel di atas, hasil analisis perhitungan proximat karbohidrat untuk dua jenis varietas singkong (Manihot esculenta), didapatkan hasil yang berbeda yakni kadar karbohidrat singkong varietas bogor cukup tinggi dibandingkan dengan varietas adira. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan umur panen dan varietas singkong tersebut

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan, bahwa kandungan gizi pada singkong (Manihot esculenta) dengan berdasarkan umur panen dalam 40 gram bahan. Singkong varietas Adira dengan umur panen pendek (7 bulan) mengandung kadar Protein 2,45%, Lemak 0,83%, Abu 0,66%, Air 66,20%, Serat Kasar 0,73, dan Karbohidrat 29,13%. Sedangkan singkong varietas Bogor dengan umur panen panjang (12 bulan) mengandung kadar Protein 1,88%, Lemak 1,00%, Abu 0,69%, Air 53,99%, Serat Kasar 0,57% dan Karbohidrat 41,87%. Varietas Adira memiliki kandungan gizi yang relatif berbeda dari varietas Bogor. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan adalah perbedaan varietas, lingkungan tempat tumbuh (tanah, iklim), umur panen dan penanganan pasca panen.

Waktu panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat mencapai tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya umur panen, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukan bahwa umur panen singkong fleksibel. Singkong yang berumur pendek berarti usia sejak mulai tanam sampai musim panen relatif lebih singkat yakni berumur antara 5-8 bulan. 

Dalam seusia itu singkong dapat dipanen dengan hasil maksimal. Andaikata panennya ditunda atau diperpanjang dari usia sebenarnya akan timbul masalah yakni umbinya banyak berkayu. Jenis kedua yakni singkong yang berumur panjang antara 9-10 bulan. Bila dipanen sebelum usia tersebut, hasilnya mengecawakan karena umbinya kecil-kecil dan kandungan patinya sedikit. Jadi, paling tepat dipanen setelah berumur 12-18 bulan. Melebihi usia ini, hasilnya akan berkurang dan umbinya banyak yang berkayu (Roja, 2009).

Singkong tidak memiliki periode matang yang jelas karena ubinya terus membesar. Akibatnya, periode panen dapat beragam sehingga dihasilkan ubi kayu yang memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan ukuran granula, kandungan amilosa dan kandungan komponen non pati sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi tempat tumbuh dan umur tanaman (Rubatzky, 1998). Hasil analisis kandungan gizi pada dua jenis varietas singkong (Adira dan Bogor) terlihat hasil yang berbeda. Pada singkong varietas Adira memiliki kandungan gizi tertinggi yakni pada kadar air (66,20%), protein (2,45%) dan kadar serat (0,73%). Sedangkan pada varietas bogor memilki kandungan tertinggi pada kadar lemak (1,00%), kadar abu (0,69%) dan kadar karbohidrat (46,87%).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Singkong varietas Adira dengan umur panen 7 bulan diperoleh analisis kadar air 66,20%, lemak kasar 0,83%, protein kasar 2,45%, serat kasar 0,73%, kadar abu 0,66%, dan karbohidrat 29,17%. Sedangkan singkong varietas Bogor dengan umur panen 10 bulan diperoleh analisis kadar air 53,99%, lemak kasar 1,00%, protein kasar 1,88%, serat kasar 0,57%, kadar abu 0,69%, dan karbohidrat 46,87%.

SARAN

  1. Diharapkan agar masyarakat dapat mengkonsumsi singkong beradasarkan kandungan gizi dari setiap varietas dan dapat mengetahui waktu panen yang tepat.
  2. Diharapkan Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengaplikasi produk yang cocok berdasarkan kandungan gizi dari dua varietas singkong tersebut.

 

Daftar Pustaka

  1. Angipora, M. P. (2002). Pengembangan Produk Pangan Fungsional Berbasis Ubi Kayu dalam Menunjang Ketahanan Pangan. MANAJEMEN PEMASARAN,Dasar-Dasar Pemasaran / Marius P. Angipora, 2002(2002), 1–99.
  2. Feliana, F., Laenggeng, A. H., & Dhafir, F. (2014). Kandungan Gizi Dua Jenis Varietas Singkong (Manihot esculenta) Berdasarkan Umur Panen Di Desa Siney Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal E-Jipbiol, 2(3), 1–14.
  3. Ii, B. A. B., & Singkong, A. (2017). Pengaruh Konsentrasi Ragi …, Ilham Putra Kholiq, Fakultas Pertanian UMP, 2017. 7–27.
  4. Nasir, M. A., & Wardhono, A. (2018). Studi Kelembagaan Perdagangan Singkong Di Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Bisma, 12(3), 361.
  5. Purnomo, B. H., Subayri, A., Kuswardhani, N., Teknologi, J., Pertanian, H., Pertanian, F. T., & Jember, U. (2015). MODEL SISTEM DINAMIK KETERSEDIAAN SINGKONG BAGI INDUSTRI TAPE DI KABUPATEN JEMBER System Dynamic Model of Cassava Supply for Fermented Cassava Industries in Jember Regency. 09(02).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun