Mohon tunggu...
febri hapsari
febri hapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

HAIIIIIII..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying di Masa Remaja

14 Juni 2024   04:30 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:12 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bullying atau perundungan pada remaja bisa terjadi di mana saja dan pada siapa saja, termasuk anak Anda. Maka dari itu, orangtua perlu mengetahui tanda-tanda bullying pada anak dan hal yang perlu dilakukan jika itu sampai terjadi. 

Masa remaja juga merupakan masa dimana kondisi psikologis individu tidak stabil dan cenderung memiliki tingkat egois lebih tinggi sehingga mereka rentan melakukan tindakan yang menyimpang.

Apa itu bullying?
 istilah bullying merujuk pada arti kata perundungan, intimidasi, atau penindasan.
 Bila didefinisikan, bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok tertentu yang menargetkan orang atau kelompok lain dengan tujuan mengintimidasi.

 Meski bisa terjadi pada semua rentang usia, bullying paling sering terjadi saat anak berada di fase remaja, Perilaku ini biasanya dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat pada yang lebih lemah. Selain itu, kejadian ini umumnya terjadi secara berulang atau terus menerus.Tindakan ini juga mempunyai niat untuk memberikan rasa sakit hati dan tidak nyaman baik secara fisik mapun emosional. Perlu diketahui bahwa perundungan berbeda dengan pertengkaran anak biasa. Perundungan bukan hanya menyerang fisik tetapi juga kejiwaan atau mental seseorang.


 Orang yang menjadi korban bully biasanya memiliki suatu hal yang dirasa tidak umum oleh pelaku bully. Yang menjadi korban bully ialah yang kurang populer mempunyai fisik yang tidak sempurna, preferensi seksual yang berbeda, atau dari kondisi ekonomi bawah. Namun, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang populer di sekolah dan dari kalangan atas terkena bully karena misal ia cenderung arogan sehingga tidak disukai.

Ada beberapa dampak bullying yang perlu diwaspadai karena bisa memengaruhi kesehatan mental korban maupun pelaku, seperti memicu timbulnya gangguan emosi, masalah mental, gangguan tidur, penurunan prestasi, dan lain sebagainya.


 Jenis-jenis bullying pada Remaja


 Ada jenis-jenis bullying yang mungkin dialami anak dan perlu diketahui oleh orangtua, di antaranya adalah sebagai berikut.

 1. Bullying fisik

 Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada remaja yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi  korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar.
jenis perundungan fisik bisa berupa menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga merusak barang.

 Perhatikan apabila pada tubuh anak sering muncul luka atau memar tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik.

 Hal ini disebabkan karena takut dianggap tukang mengadu atau diancam oleh pelaku bullying. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat main basket atau jatuh dari tangga.

 2. Tindakan pengucilan

 Jenis perundungan lainnya yang juga cukup sering terjadi yaitu pengucilan.

Mereka disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya.  akan kesulitan mencari teman, karena biasanya pelaku punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban.Biasanya, anak yang mengalami jenis perundungan ini sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri dan tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah.


 3. Bullying verbal

 Salah satu dari jenis bullying pada remaja lainnya adalah perundungan verbal. Tindakan ini bisa dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan.
Dampak dari perundungan secara verbal mungkin tidak terlihat secara langsung. Maka dari itu, pelakunya tidak akan ragu untuk melontarkan ucapan yang tidak pantas secara terus-menerus.
Biasanya, hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang lain yang lebih tua.
Perundungan jenis ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain.
 Tak jarang satu dari jenis perundungan ini dialami oleh anak yang gemuk, minderan, atau prestasinya di sekolah kurang tampak.


 4. Cyberbullying

 Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyberbullying umum terjadi. Artinya jenis perundungan ini tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung, tetapi di dunia maya melalui internet.
Umumnya media yang digunakan untuk melakukan perundungan di dunia maya yaitu media sosial, aplikasi chatting, atau surat elektronik (e-mail).
Mengingat sifatnya yang bebas, anak Anda mungkin menerima perundungan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran.
Perundungan yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang anak Anda yang disebarkan melalui media sosial.

 Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyberbullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya.

 5. Bullying seksual

 Jika anak Anda sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami.
 Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual.
Dalam beberapa kasus, perundungan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual, yang memungkinkan pelaku ditindak secara hukum.
Kebanyakan korban dari jenis perundungan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalaminya.

Contoh perundungan seksual pada remaja
 Tak hanya itu, perundungan seksual pada remaja adalah jenis bullying dengan cakupan yang cukup luas, seperti:


•menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi

•mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku

•memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi.

Mengapa bullying sering terjadi di usia remaja?


Alasan di balik kasus bullying cukup marak terjadi pada usia remaja seperti kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku, ketidakmampuan mengelola emosi hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.


Biasanya, yang menjadi korban dari tindakan bullying itu adalah anak-anak yang secara fisik atau ekonominya kekurangan karena dilihat lebih lemah dan mudah dijadikan target bullying. Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk melakukan bullying juga banyak, bisa berasal dari pola pendidikan keluarga yang keras atau terlalu dimanja, lingkungan pertemanan, tayangan sosial media maupun televisi dan ingin memiliki kekuatan agar bisa masuk ke dalam kelompok pertemanan yang populer atau ekonominya yang bisa dibilang berkecukupan. Oleh sebab itu, peran orang dewasa seperti guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan tumbuh anak agar tidak melakukan tindakan bullying terhadap orang lain

Tanda-tanda bullying pada remaja
 
 Berikut adalah beberapa tanda-tanda bullying pada remaja yang perlu diperhatikan orangtua.

•Perubahan sikap seperti jadi tidak minat makan, pendiam, dan mudah tersinggung.

Anak tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah atau marah ketika Anda menanyakannya.

•Mengalami gangguan tidur seperti tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali.

•Menarik diri dari pergaulan serta muncul ketakutan terhadap lawan jenis.

•Menjadi sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya seperti ponsel atau komputer.

•Nilai mata pelajaran perlahan menurun.

•Terjadi krisis percaya diri serta gaya berpakaian berubah.

•Timbul luka memar di wajah, tangan, punggung, dan bagian tubuh lainnya secara tiba-tiba.

 Adapun Langkah yang perlu diambil saat bullying terjadi pada anak remaja Anda.

 1. Bantu anak untuk mencari solusi bersama

Bullying yang terjadi pada remaja biasanya membuat anak merasa tidak berdaya, ketakutan, dan putus asa hingga depresi. Penting bagi Anda untuk meyakinkan ia untuk mencari jalan keluarnya bersama-sama.
Jangan memaksa atau mengancam saat menghadapi anak korban bullying untuk menceritakan detail jika ia keberatan atau merasa tersiksa menceritakannya.
Lebih baik mulai dari bagaimana hubungannya dengan teman-teman di sekolah, apakah ia merasa cocok dengan teman-teman, atau apakah ia memiliki keinginan untuk pindah sekolah.

2. Berikan dukungan dan semangat pada anak

 Pastikan bahwa kondisi di rumah cukup tenang, mendukung, dan aman buat anak. Ketika anak bercerita soal pengalamannya yang tidak mengenakkan ini, dengarkan dengan tenang dan sabar.
Berikan keyakinan bahwa Anda akan selalu ada untuk mendukungnya dalam menghadapi masalah ini.

 Sampaikan juga padanya bahwa Anda tidak marah atau kecewa padanya. Jangan lupa yakinkan bahwa ini bukan salahnya.

 3. Kumpulkan bukti untuk pihak berwenang

 Jika bullying yang dilakukan terbukti secara fisik dan seksual, jangan ragu untuk membicarakan masalah ini dengan pihak sekolah.
 Jangan biarkan terus-terusan mendapat perundungan hanya karena Anda merasa tidak enak untuk membicarakannya dengan pihak sekolah.
 Perundungan dapat mengakibatkan berbagai masalah mulai dari gangguan makan, gangguan tidur, hingga depresi jika dibiarkan terlalu lama tanpa penyelesaian.
Ketika anak menghadapi kasus bullying, simpan semua bukti yang ada bahkan lakukan visum jika diperlukan. Kemudian, tunjukkan pada pihak sekolah.
meminta bantuan dari pihak sekolah beserta kepolisian untuk menindak kasus tersebut jika sudah menyangkut fisik dan seksual.

 4. Bangun kembali kepercayaan diri anak
 Sangat wajar jika anak sangat ketakutan, cemas, marah, dan sedih dalam waktu yang bersamaan.

 Sebagai orangtua, peran Anda dibutuhkan untuk membuatnya tenang dan mengembalikan kepercayaan dirinya.

 Ajari anak Anda untuk melawan hinaan atau ejekan dari pelaku dengan cara yang dewasa.
Sebagai contoh, dengan mengatakan, “Jangan mengejekku seperti itu,” atau, “Daripada menghina orang lain, lebih baik cari kegiatan lain saja sana,” sambil menatap mata pelaku.

 Intinya, bullying bukan sekadar “permainan” anak di usia remaja. Ada dampak bullying yang bisa terjadi bahkan dapat berakibat fatal pada kondisi mental korbannya.

 Untuk itu, Mari jangan ragu untuk bertanya pada anak jika sikapnya berubah cukup drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun