1 tahun berlalu, aku lulus dari sekolahku, pagi itu aku bertemu Pak Yoni, untuk terakhir kalinya, membicarakan banyak hal terutama kenangan ketika aku masih duduk di bangku sekolah, aku bertanya kepadanya perihal apa yang dulu aku alami, dan mulai dengan satu pertanyaan.
"Siapakah wanita yang menggunakan pakaian SMA penuh darah itu?"
Gugup suara Pak Yoni menghirup asap rokoknya, sebagai orang yang sudah bekerja menjadi petugas sekolah selama 20 tahun, sudah pasti dia tahu cerita itu, mengapa wanita itu duduk di bangku kelasku, mengapa dia ada di sana waktu itu.
Mata Pak Yoni mengawang-awang, seakan sedang berusaha membuka satu ingatan lama, kerutan di wajahnya yang sudah mulai muncul saling bertemu dengan keningnya yang mengeras tanda sedang berpikir. Diseruputnya kopi hitam yang dia seduh 1 jam yang lalu, helaan nafasnya kemudian duduknya mengarah kepadaku.
"Entahlah, bapak sudah lupa, mungkin dia murid kami dulu di sini."
Pak Yoni kembali meminum kopi hitamnya yang mulai dingin, memegang pundakku, terus bersiap untuk kembali bekerja.
"Sampai jumpa ya,"katanya, terus mengambil posisi untuk segera bangkit dari kursinya.
Aku kemudian pulang, melihat ke arah kelasku terakhir kalinya, pulang dan tidak pernah kembali lagi ke sekolah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H