~*~
"Eca! Ada apa sama kamu?! Kenapa baju kamu kotor?!"
Eca menegang mendengar suara itu. Dia berbalik dan mendapati wali kelasnya menghampiri dengan cemas.
Eca memaksakan senyum kaku sembari menyembunyikan rasa panik di matanya. "Eca gak sengaja jatuh di lapangan tadi hehe ..."
Ririn menatap tajam pipinya yang memar. Berkata serius saat mendapati mata Eca yang gemetar. "Jangan bohong sama ibu, Eca."
Ririn membawa Eca ke ruangannya dan membantu membersihkannya. Saat itulah Ririn menyadari banyak sekali luka memar ungu di tubuh muridnya itu yang dengan keras coba Eca tutupi, ia sangat terkejut.
" ... Eca?" Ririn sangat syok dan sempat menyangka bahwa yang melakukan semua itu adalah ayahnya sendiri. Tapi ia salah.
Eca menangis berlinang air mata karena tak bisa menutupi semua luka itu dari gurunya. Ia memegang tangan Ririn dengan memohon. "Bu ... Eca minta tolong untuk enggak kasih tau Bapak ... Eca gak mau bapak khawatir ... Eca gak mau bikin bapak repot lagi ...."
Melihatnya menangis begitu lepas dan memohon, Ririn langsung memeluk dan menenangkannya dengan hati masih terkejut. "Iya, Eca. Ibu gak akan kasih tau Bapak kamu."
Setelah melihat Eca tenang, Ririn menenangkan hatinya yang berdegup kencang. Ia bertanya hati-hati. "Eca? Apa temen-temen kamu yang ngelakuin ini?"
Eca terdiam dengan wajah pucat. Lalu gadis itu menggeleng tanpa berkata apa-apa. Bibir mungilnya yang memutih terkatup rapat, seolah sekuat mungkin mengunci agar tidak bersuara sepatah kata pun.