Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Sayap-sayap yang Patah

9 Desember 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“tentu saja akan aku lakukan.”

Diandra menegadahkan kepalanya ke arah langit, ia sangat gembira dan merasa sangat tidak sabar. “tapi satu lagi, Din.”

“katakanlah, Mila.”

“kamu hanya memiliki waktu selama dua jam. Jika dalam dua jam kau belum merasakan cinta darinya. Maka cara yang sama tidak akan membuatmu menjadi manusia lagi. Kamu akan menjai seekor burung selamanya.”

“tunggu dulu. Jika kamu tahu caranya, mengapa tidak pernah kamu coba, Mila?”

“aku sudah mencobanya, kami semuapun sudah mencoba. Tetapi pria yang aku cintai, ia telah tewas sejak aku berusaha mencarinya.”

“oh, Mila. Maafkan aku. Kemarilah.” Diandra memeluk Mila dengan kedua sayapnya.

“tak apa, Din. Kamu harus berhasil.”

“akan aku coba.” Diandra terdiam. Menjadi burung adalah kebahagian yang ia rasakan, dihargai, berguna, dan dikelilingi oleh mereka yang perduli. Tapi, Diandra hanya ingin mencoba kesempatan ini. Toh, ini hanya satu kali. Namun, bagaimana caranya agar ia mendapatkan balasan cinta dari pria itu sementara ia hanya dapat berubah pada malam hari. Dimana Diandra akan mencari pria itu dalam waktu kurang dari dua jam?

Saat malam menjelang. Hujan telah berhenti, langitpun cerah dan bulan sedang menampakkan wujudnya di atas sana. Seperti menjawab permintaan Diandra, hujan yang mengguyur selama dua jam dengan sangat keras, mendadak berhenti ketika malam menjelang. Dan bulan seolah ikut hadir untuk menyaksikan apa yang akan terjadi pada Diandra malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun