Diandra melihat kawanan burung itu mengangkat sangkar yang telah mereka buat. Diandra memang tidak ikut dalam hal yang berat-berat, karena di anatara mereka, hanya Diandra lah burung yang memiliki tubuh sangat kecil. “terimakasih Din. Kamu memang dapat diandalkan. Kemari, jangan berdiri di tepi seperti itu.”
Diandra mendekat kebawah sangkar yang telah mereka buat. Meskipun kini Diandra hidup sebagai seekor burung, namun ia merasa sangat bahagia karena dapat hidup berguna demi yang lain dan merasa sangat dihargai. Ayolah, bukankah itu yang sangat dibutuhkan dalam hidup?
“Mil, aku takut.”
“ada apa, Din?” Mila terbang mendekat menuju Diandra.
“sepuluh hari aku telah menjadi seekor burung, tapi aku masih tidak bisa melupakan kehidupanku sejak aku masih menjadi seorang manusia. Apakah aku salah, telah mengubah diriku menjadi seekor burung saat itu? Apakah aku bodoh, Mil?”
Setitik air mulai berjatuhan dari atas langit. Disusul beberapa tetes lainnya. “oh, Diandra. Bukan kamu yang membuat dirimu berubah saat itu.”
“lantas siapa?” Tetesan air yang berjatuhan itu semakin cepat diiringi angin yang bertiup dengan kencang.
“seseorang yang telah menyakitimu sejak itu. Pria itu, yang tempo hari telah kau ceritakan padaku.”
Burung-burung yang lain mulai berterbangan masuk kedalam sangkar. “aku menyesal telah mengenalnya.”
“berarti kamu tidak menyukai berada di sini sekarang.”
“Mila, kau tidak mengerti.”