Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kupu-kupu yang Dikutuk Pendekar Datar

3 Maret 2017   11:48 Diperbarui: 4 Maret 2017   04:00 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"O, Kura-kura Tua, kau kan tau, negeri kita sedang diincar alien. Aku sebenarnya sedang mempersiapkan negeri menghadapi alien-alien bermata sipit itu yang hendak menyerbu datang ke negeri kita ini. Tapi aku malah menghadapi masalah dalam negeri. Menghadapi dengan penduduk negeri yang kontra atas keputusanku menghukum Kupu-kupu menjadi tak berwarna dan tak bersayap. Lalu kini, gara-gara Kancil, aku dituduh tak peduli pada penduduk negeri dan sibuk dengan kepentingan sendiri.

"O, Kura-kura Tua, pusing aku. Tambah pusing lagi, kalau-kalau penduduk negeri tahu berita soal Putri Khayangan yang kusita selendangnya. Bakal ramai lagi negeri!"

"Eh, sebentar, Pendekar!" Kura-kura Tua menyela. Kura-kura tua yang sebenarnya sudah pusing mendengar banyak sekali curhat Pendekar Datar, menyala matanya ketika mendengar soal Putri Khayangan. Belum pernah dia dengar kabar itu. Itu berita menarik.

Menarik bagi Kura-kura Tua merena dan nelangsa itu, bukan soal perkara selendang Putri Khayangan disita, melainkan menarik karena ia akan bisa melihat putri cantik yang selama ini hanya cerita-cerita saja terdengar. Sangat sulit melihat apalagi bertemu Putri Khayangan. Putri khayangan yang cantiknya tak bisa digambarkan dengan kata dan lukisan. Begitu bergairah Kura-kura Tua membayangkan akan bertemu Putri Khayangan.

"Kenapa, Kura-kura Tua?" Tanya Pendekar datar.

"Belum pernah saya dengar soal Putri Khayangan yang disita selendangnya, Tuan."

"Ah, itu rupanya kau respon. Sudahlah, itu rahasia negeri. Semoga tak bocor ke penduduk negeri. Bakal gaduh lagi negeri jika berita itu tersebar. Masalah itu beberapa orang sekelilingku saja yang tahu dan Negeri Khayangan. Kau jangan bocorkan ke siapapun!"

"Ya, Tuan. Tapi kenapa selendangnya disita, Tuan?" Begitu penasaran Kura-kura Tua.

"Karena gak pake paspor! Seenaknya aja mereka keluar-masuk negeri kita. ... Eh, aduh, Kura-kura Tua. Kita tadi lagi bicara masalah yang ditimbulkan Kancil. Fokus, fokus, Kura-kura Tua! Cuma kau yang bisa kuminta timbang saran menghadapi masalah ini. Banyak sekali yang kujumpai yang sulit mikir, gagal fokus, mudah terpedaya dan percaya, gak kritis, dan macam-macam. Kau jangan sampai masuk golongan begitu, Kura-kura Tua!"

"Eh, i..iya, Tuan. Hehe. Maafkan saya. Baik, baik. Mari fokus lagi. Tapi sebentar Tuan, saya pipis dulu."

Mata Pendekar menyala kaget datar. Pendekar geleng-geleng datar. Ia tak bisa melarang hajat datar itu. Terpaksa ia duduk menunggu datar sambil berpangku siku di atas batu tua yang dinaungi pohon beringin besar. Sambil menunggu datar karena Kura-kura berjalan lama padahal cuma pipis di belakang pohon beringin itu, Pendekar menghitung datar luruhan daun beringin. Satu..., dua..., tiga... .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun