"Hohoho. Makasih udah gak makan gue. Tenang aja. Kunci serep sama si pendekar penjaga kunci."
"Lha dia kan amnesia. Belum tentu kuncinya ketemu cepat. Trus mati deh kami kelaparan."
"Aduh buaya datar, gak usah dipikiran kali lah. Udeh ya, gue dah nyampe seberang. Bye...."
Kancil melompat ke pinggir sungai. Saat naiki pinggiran sungai sampai ke tanggul sungai, kancil diteriaki buaya datar.
"Ncil! Jangan lupa bawa kebo. Awas kalo gak bawa. Gak boleh lewat sungai ini lagi, trus lu pun gue embat juga ntar!"
"Bereees!" Ucap kancil sambil nyengir
"BEGITULAH, KURA-KURA; KANCIL ITU CERDIK"
"Begitulah, Kura-kura tua. Kancil itu benar-benar cerdik; cerdas tapi licik." Pendekar Datar mengakhiri curhatannya soal Kancil.
Telah tumpah semua curhat Pendekar Datar kepada Kura-kura Tua tentang kancil yang lolos dari hukuman. Hukuman karena perbuatan Kancil mengorbankan kerbau ke sungai yang menjadi santapan buaya-buaya datar. Alih-alih mendapat hukuman, Kancil malah dielu-elu sebagai pahlawan Negeri Cilukba; pahlawan bagi yang merasa selama ini diabaikan, dicurangi, melarat, bahkan tertindas.
Pendekar Datar menceritakan dengan datar, tapi raut mukanya mengkerut bagai kertas sehabis dilipat-lipat.
"Lolosnya Kancil dari hukuman membuat reputasi kepemimpinanku jatuh. Harga diriku ikut terkoyak-koyak. Kepercayaandiriku pun merapuh. Perkara ini benar-benar menekan lahir batinku padahal saat-saat ini aku lagi butuh kekuatan karena situasi negeri sedang sulit.