"Bunga itu bunga ajaib dan langka. Siapa yang menyentuh dan mengaromainya apalagi ngisap sarinya bisa bikin awet muda selamanya. Yang cantik akan cantik selamanya. Yang ganteng akan kaya selamanya."
"Waaaaaaaaw..... Gue mau bunga itu. Biar gue jadi kerbau ganteng dan gak jones lagi," kerbau gagal fokus.
"Hus! Lu mah ganteng jelek sama aja tetap kebo! Kagak bisa diapa-apain. Udah takdir. Terima nasibmu. Kagak usah mimpi."
"Hooaaaam....." kerbau patah semangat. Malasan lagi dia. Sore masih terik. Hijau sabana di sekelilingnya tak membahagiakannya. Dia hanya mengharap lumpur kini, mengharap pasangan idaman untuk melepas ke jombloannya. Cerita kupu-kupu dikutuk dan bunga terlarang, tak lagi menarik minatnya lagi. Ia kini memikirkan nasibnya.
Kancil melihat perubahan raut muka kerbau. Kata-katanya telah mengecilkan hati kerbau. Ia menghibur kerbau.
"Sudah, gak usah sedih. Ayo kubawa kamu ke sungai sono. Ada lumpur biar lu bisa berkubang ria. Ntar kutunjukin bunga ajaib itu juga. Cuma aku yang tau. Pendekar datar pun kagak tau ada bunga ajaib itu di tepi sungai."
"Waaaaaaaah, benerkah?"
"Bener! Suer samber gledek! Ayo buruan jangan malasan gitu. Ayo gerak-gerak!"
Kerbau itu bangkit. Semangat dia. Dalam hati si kancil ngedumel, "Dasar kebo! Sukanya mimpi dan males2an. Ya iyalah jones. Suka mimpi muluk2 dan malas gitu. Yang malas-malas dan suka mimpi, emang dibuang ke sungai," kancil cekikikan licik.
"Napa lu?" Kerbau melihat senyum Kancil saat mereka berjalan.
"Aku lagi bayangin kamu sehabis kamu nyentuh bunga ajaib itu nanti. Lalu, dalam kubangan lumpur, gimana gantengnya kamu."