Mohon tunggu...
Fahmi Aziz
Fahmi Aziz Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat kata

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menjiwai Gotong Royong Warga Korea 1998, Kalau di Indonesia Bagaimana?

30 Juni 2020   21:26 Diperbarui: 1 Juli 2020   13:08 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, kesadaran. Dimulai dari urgensi tiap individu turut serta mengatas krisis ini bersama. Mungkin karena belum melihat dengan mata kepala sendiri baru, banyak orang masih meremehkan. Sadarnya nanti kalau sudah parah, tentu ya sudah terlambat. Oleh karena itu butuh "sosialisasi" yang masif.

Kedua, kemauan untuk berkorban. Memunculkan kemauan ini tidak mudah. Tidak bisa dipungkiri  banyak orang berpikir barang impor lebih murah, atau lebih berkualitas. Bahkan menganggap beli barang 'harus branded'. 

Kita belum memiliki rasa bangga terhadap identitias kita sebagai orang Indonesia, justru merasa malu. Salah satu buktinya, kita tentu pernah mendengar guyonan di medsos 'negara +62'. Mungkin terlihat remeh, tapi cukup mencerminkan kurangnya rasa nasionalisme di generasi muda kita. 

Bertolak belakang dengan orang Korea. Percaya atau tidak, orang Korea sangat patriotik bahkan sampai ke hal paling sepele. 

Sebagai contoh, jika ada antrean, petugas Korea akan menomorsatukan orang Korea. Atau lainnya, kalau ada barang buatan Korea, orang Korea tidak berpikir dua kali, ya dipilihnya. Itulah salah satu faktor, masyhurnya Samsung saat ini, bercokolnya Lotte Mart  di mana-mana dan masih banyak lagi.

Sebenarnya dua poin di atas ini bisa diselesaikan sekaligus selama ada poin ketiga, yaitu "keteladanan". Percaya atau tidak, keteladanan ini penting. 

Seperti yang bisa dilihat ketika krisis di Korsel, seorang pemain bisbol ternama rela menyumbangkan piala dan medali emasnya. Inilah yang sangat dibutuhkan masyarakat kita. 

Di Indonesia, pengaruh 'keteladanan' ini juga sudah terbukti. Ambil contoh TikTok. Setelah beberapa tahun diluncurkan, baru booming ketika banyak artis dan influencer turut serta dalam berbagai challenge di platform TikTok. Dimulai dari penyanyi Rizky Febian yang ikutan #EntahApaYangMerasukimu Challenge. 

Diikuti Dian Sastro, Luna Maya, Gisella Anastasia, Ayu Ting-Ting dan sejumlah seleb lainnya. Mereka tidak mau ketinggalan. Bahkan dianggap sebagai sarana baru mengangkat pamor mereka.

Bisa dibayangkan kalau rumus ini juga diaplikasikan untuk mengkampanyekan 'Gerakan Bangga Buatan Indonesia' ini. 

Misalnya, Syahrini yang selalu menenteng tas Hermes ke mana-mana. Koleksinya dari yang harganya ratusan juta hingga edisi terbatas senilai Rp 2 miliar. Suatu ketika, Syahrini diketahui membawa tas dengan brand 'Bacgteria'. Ini akan menjadi berita sensasional. Seperti diketahui brand ini, merupakan salah satu brand tas lokal yang telah go internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun