BAGIAN 3
 Hari itu telah tiba. Hari dimana Hafidz harus berangkat ke pondok pesantren yang ia inginkan. Barang-barang telah dikemas rapi oleh ibu, segala kebutuhan yang akan dibutuhkan oleh Hafidz sudah disiapkan oleh kedua orang tuanya tanpa ada yang terlewat. Mobil milik saudara sepupu Hafidz telah terparkir di pekarangan dan siap untuk berangkat. Tapi sayang, ayahnya berhalangan hadir karena bertepatan dengan acara penting yang harus ia hadiri.
" Fidz, inget semua pesan Ayah sama Hafidz kan? Hafidz harus betah, turuti semua peraturan disana, yang rajin belajar dan harus semangat menghafalnya. Maaf ayah ngga bisa antar Hafidz kesana. Ini, antarkan bingkisan ini kepada ustadz Rizal teman ayah yang kemarin. Sampaikan salam ayah dan maaf tidak bisa bertemu langsung dengan nya. Yaa, hafidz dengar kan semua pesan ayah." Ucap ayahnya.
Hafidz berkaca-kaca, pasalnya dalam peraturan disana Hafidz hanya boleh pulang disaat waktu lebar idul fitri jika memang tidak ada keperluan yang sangat mendesak. Ia pasti akan rindu kedua orang tuanya, ayahnya, kakaknya karena ini pertama kali bagi Hafidz tinggal jauh dari mereka.
" Iyaa Ayah Hafidz dengar. InsyaAllah nanti Hafidz sampaikan pesan ayah pada ustadz Rizal." Balas Hafidz sambil mendekati ayahnya dan memeluk begitu erat.
"Do'akan Hafidz yaa Ayah. " Tambahnya.
" Iyaa nak pasti, pasti ayah do'akan Hafidz. " Sambil Membalas pelukan Hafidz.
" Ayo nak, bang Sidiq sudah menunggu kamu tuh." Ucap ibunya.
" Sehat-sehat yaa Ayah, semoga segala urusan Ayah dilancarkan Assalamu'alaikum. "
" Iyaa siap, Hafidz jugaa yaa, aamiinn. Wa'alaikumsalam. "
Hafidz pun pergi diantar oleh ibunya dan kaka sepupu juga istrinya menggunakan mobil. Kakaknya, Wihdah pun tidak bisa mengantarnya karena 3 hari yang lalu sudah diantar oleh ayahnya pulang ke pondok pesantren.
Setelah sampai di pondok pesantren yang akan Hafidz tinggali, ibunya segera mengurus segala Administrasi tambahan yang perlu di bayar, membeli buku-buku dan kitab juga seragam yang akan dikenakan Hafidz nantinya. Begitu semuanya selesai, Ibunya menghampiri Hafidz.
" Anak ibu, sudah jadi santri. Hafidz, jaga diri baik-baik ya nak. Makan harus teratur, jangan sampai sakit. Kalau ada apa-apa Hafidz langsung bilang sama kaka-kakanya atau sama ustadz Rizal. Belajar yang rajin, menghafal nya yang semangat. Agar Hafidz jadi jagoan kebanggan ayah sama ibu. Ibu pamit dulu yaa nak." Ucap ibunya sambil meneteskan air mata karena tak mampu membendung nya lagi. Mengingat tak akan hadir kedua anaknya di rumah , Membuat hati sang ibu merasa kehilangan.
"Ibuuu.." Rengek Hafidz sambil memeluk erat ibunya, Hafidz mulai meneteskan air mata. Tak tega melihat air mata sang ibu menetes disana.
"Hafidz akan jadi anak baik bu, ingat semua pesan ayah sama ibu. Ibu ngga usah khawatir sama Hafidz, Hafidz disini akan belajar banyak hal. Ibu disana jaga kesehatan saja. Jangan terlalu memaksakan jika ibu lelah. Jangan sampai sakit ya ibu. Â Hafidz sayang ibu." Ucap Hafidz sambil menangis sesenggukan.
" Iya nak ibu juga sayang sama Hafidz. Ibu pamit yaa. Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikumsalam." Balas Hafidz dengan air mata yang terus mengalir, ditambah wajah yang memerah membuat sang ibu merasa tak tega meninggalkan Hafidz disana.
Tapi, sang ibu harus kuat, ini semua demi kebaikan anaknya. Demi masa depan anaknya untuk bekal di hari tua, untuk bekal di akhirat nanti, juga agar menjadi tabungan untuk dirinya sendiri sebagai orang tua karena memiliki anak yang sholeh dan sholehah.
BAGIAN 4
Awal mula kehidupan Hafidz sebagai seorang santri. Hafidz telah berteman baik dengan teman barunya, yaitu Faisal, dan Faiz. Hafidz juga mencoba berusaha menyesuaikan segala aktifitas barunya walaupun dalam dirinya masih ada rasa rindu kepada kedua orang tuanya.
Hari ini, Hari dimana Pak Kyai yaitu pimpinan pondok pesantren tersebut memberikan wejangan, nasihat, dan dorongan kepada santri-santri barunya di sebuah aula besar yang berada tak jauh dari gedung kamar Hafidz.
" Fidz, ayo kaka-kakanya sudah menghitung untuk segera ke aula katanya." Ajak Faiz.
" Iyaa Fidz, ayo-ayo nanti kalau terlambat kita kena hukuman lagi." Tambah Faisal yang mengomel.
"Aduh iyaa bentar-bentar ini lagi kancing baju, gara-gara tadi sih di kamar mandinya ngantri. " Gerutu Hafidz.
Mereka pun akhirnya ber lari-lari pergi ke aula karena takut dihukum apabila sampai terlambat datang.
Mereka memasuki ruangan dan duduk diantara santri-santri lainnya. Di sebelah kanan terisi penuh oleh santriawan sementara di sebelah kiri terisi penuh oleh santriawati. Mereka duduk dipisahkan oleh sebuah hijab yang diletakkan di tengah-tengah aula.
Pak kyai mulai memasuki ruangan aula.
Dan menaiki panggung kecil yang berada di tengah-tengah aula. Kemudian duduk, dan mic pun diserahkan dari salah seorang ustadz. Pak kyai memulai dengan mengucapkan salam dan pembukaan juga disertai sholawat.
" Bagaimana anak-anakku. Bagaimana kabar kalian? Sehat? Sudah terbiasa dengan rutinitas pondok? " Tanya pak kyai pada santrinya.
Santri yang berada di aula tersebut menjawab dengan berbagai jawaban yang bersahutan, ada yang sudah terbiasa, ada yang masih belum terbiasa dengan semuanya.
Kemudian Pak kyai meneruskan dengan memberi nasihat dan masukan agar para santri nya bisa merasa nyaman dan betah berada di pondok. Dilanjut dengan motivasi tentang menghafal Qur'an yang akan menjadi makanan sehari hari para santri selama berada di pondok tersebut.
"Anak-anakku sekalian, menghafal Al-qur'an adalah impian hidup, cita-cita yang agung, tujuan tertinggi, dan harapan besar yang ingin diraih oleh orang-orang yang mulai membacanya. Al-Qur'an yang berisi 30 juz dengan 144 surat dan 6.666 ayat merupakan pedoman hidup yang sangat penting bagi umat Islam. Banyak umat Islam berlomba menghafalkan Al-qur'an mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Tidak hanya menjadi sebuah prestasi tersendiri, tetapi orang-orang yang mampu menghafalkan Al-qur'an akan mendapatkan berbagai macam keutamaan dari Allah SWT. Kalian tau keutamaan apa saja yang Allah SWT berikan kepada para penghafal Al-qur'an? Banyak sekali itu anak-anakku sekalian. Bahkan sampai membuat orang tersebut pantas untuk dicemburui menurut Rasulullah SAW. MasyaaAllah sekali yaa.
Hamba yang menghadirkan Al-qur'an ke dalam jiwanya hingga terbawa tak hanya sekadar di kehidupan dunia tapi sampai kembali kepada Allah, maka hafalannya itu akan menjadi cahaya yang menerangi kubur dan menjadi syafa'at di saat kembali kepada Allah SWT. Kalian mau kan dalam kuburnya terang benderang tidak sesak kegelapan?" Tanya Pak kyai.
Pak kyai juga menyampaikan, Allah SWT secara langsung bahkan menawarkan keagungan bukan sekadar melimpahnya pahala, bukan sekadar memberikan penjagaan Allah, tapi memberikan kemuliaan sampai ke akhirat.
Dalam tawarannya, Allah SWT memberikan motivasi dan optimisme. Di mana Al-qur'an mudah dibaca dan dihafal, itu adalah garansi dari Allah SWT. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-qur'an untuk pelajaran maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS al-Qamar : 17)
"Allah SWT telah memudahkan Al-qur'an untuk diingat. Anda bisa bayangkan, anak kecil, bisa hafal Al-qur'an. Maka kita yang pernah kecil pasti bisa. Apalagi kita yang diberikan oleh Allah kesempatan sampai sekarang," Ucap pak kyai.
Pak kyai pun menyampaikan bahwa sejatinya, setiap manusia pasti mendambakan kesuksesan dalam hidupnya. Islam pun adalah agama yang menuntun umatnya untuk menjadi orang-orang yang sukses. Untuk meraih kesuksesan dunia akhirat itu, Allah SWT telah memberikan petunjuk yang fenomenal yaitu Al-qur'an. Di dalam Al-qur'an banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang kesuksesan dan orang-orang sukses. Namun ternyata sukses menurut manusia berbeda total dengan sukses menurut Allah SWT.
"Mohon maaf, Â jika kalian mengatakan ingin mendapatkan surga Firdaus, ingin bersama Nabi SAW, ingin mendapat derajat paling tinggi. Pertanyaan saya, bekal kalian apa? Di dunia saja kalia ingin mendapatkan status terhormat, bukankah kalian harus berusaha dengan maksimal dulu?" ucap pak kyai.
"Manusia bekerja sampai kaya luar biasa, banyak yang mereka hasilkan, tapi pada saat wafat apa yang mereka bawa? Tidak ada. Semua status dunia saat wafat hilang, semua diganti satu kalimat, Almarhum. Tapi dengan hafalan Al Qur'an ini, kita akan bawa sampai kembali kepada Allah SWT. Status yang paling terhormat, hamba-hamba pilihannya. Orang yang spesial untuk mendapatkan warisan Al-qur'an langsung dari Allah SWT." Tambah pak kyai.
Namun, konteks pemahaman bahasa "warisan" ini yakni bukanlah bentuk warisan dunia yang saat wafat tak akan dibawa. Melainkan warisan yang dalam arti sesuatu yang sangat berharga. Sebab Allah merupakan zat yang selalu hidup, tidak pernah wafat. Allah yang menghidupkan dan mematikan.