Malaka menjalin hubungan baik dengan jawa, juga menjalin hubungan dengan pasai. Dengan kedatangan jawa dan pasai perdagangan di Malaka menjadi ramai.
Kesultanan Malaka merupakan pusat [erdagangan internasioal antara Barat dan Timur. Maka dengan didudukinyakesultanan Malaka oleh portugis tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat Malaka tidak digunakan lagi oleh pedagang muslim sebab telah diduduki oleh portugis.[7]
Dengan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan Malaka jika kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan tertentu, yang memberi jaminan lumayan kepada keamanan perdagangan. Disamping aturan yang diterapkan juga system pemerintahannya sangat baik dan teratur.[8]
Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), Aceh menerima islam dari pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke 14.
Pada abad ke 16, Aceh mulai memeganng peranan penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara higga sebelah selatan di daerah Indrapura.
Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal dengan kebupaten Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya.
Aceh mengalami kemajuan ketika sudagar-saudagar muslim yang sebelumnya datang di Malaka kemudian memindahkan perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun 1511.
Ketika Malaka dikuasai portugis, maka daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka. Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang.
Di bawah kekuasaan Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitar.
Kejayaan krajaan Aceh ada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda, ia mampu menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh kebawah kekuasaannya kembali.[9]