Mohon tunggu...
Lusi Anggraini
Lusi Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/UIN Imam Bonjol Padang

hobi badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Nurcholish Madjid tentang Sekuralisme dan Pluralisme Agama

23 Juni 2024   19:07 Diperbarui: 23 Juni 2024   19:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dari penegasan tersebut, nampaknya Nurcholish Madjid ingin menjelaskan bahwa antara sekularisasi dan sekularisme merupakan dua hal yang berbeda. "Sekularisasi" cenderung kepada sebuah proses, dan "sekularisme" dengan isme-nyamerupakan bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai padanan agama,seperti yang ada pada dua ideologibesar dunia, sosialisme-komunis dan kapitalisme-sekuler yang dalamprosesnya berusaha melepaskan ketergantungan manusia dari asuhan agama.

 

Dengan mengutip pandapat Talcot Parson, Nurcholish Madjid menunjukkan bahwa sekularisasi sebagai suatu proses sosiologis, lebih banyak mengisyaratkan pengertian pembebasan masyarakat dari belenggu takhayul dalam beberapa aspek kehidupannya,dan tidak berarti penghapusan orientasi keagamaan dalam norma dan nilai kemasyarakatan. Secara konkret, menurut cak Nur sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme dan mengubah kaum Muslimin menjadi sekularis.

 

 a) Pandangan dan Kritikan dari H.M Rasyidi

 

 Dalam pandangan H.M Rasyidi, yang digambarkan Nurcholish Madjid tentang tauhid sebagai sekularisasi besar-besaran, yakni tidak memuja selain Tuhan,dan segala benda di dunia ini harus kita selidiki dan dipergunakan. Seakan-akan menunjukkan bahwa manusia di dalam dunia ini hanya menghadapi dua alternatif yaitu apakah ia harus menyembah Allah saja sebagai orang bertauhid, atau menyembah segala yang ada di dunia ini sebagai animis. Padahal persoalannya tidaklah demikian adanya, manusia pada dasarnya tidak hanya berhadapan dengan Allah dan alam saja, tetapi ia juga berhadapan dengan jiwanya sendiri. Meskipun ia menyelidiki sesuatu dalam alam, sesungguhnya baru sedikit sekali yang diketahui oleh manusia.

 

Dan hal itu juga tidak boleh dilakukan dengan terlepas dari Tuhan atau menjadi sesuatu yang otonom, karena segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah dalam kerangka pengabdian kepada Tuhan. Selain itu, pada zaman teknologi ini sesungguhnya manusia dihadapkan pada satu persoalan pokok, yakni: persoalan mana yang baik aku lakukan dan mana yang tidak baik untuk dilakukan. Disinilah letaknya kepentingan agama di dunia ini. Agama bukan hanya untuk akhirat, tetapi juga untuk dunia. Akhirat hanya merupakan akibat dari hukum agama didunia ini.

 

b) Pandangan Dan Kritikan Faisal Ismail 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun