"Semua sudah saya berikan, silahkan kalian bantu Bima untuk menerbakan kedamaian yang kalian rasakan ini kepada sesama kalian di Negeri kalian berasal". Suruh Dewa Ruci kepada mereka berlima.
Mendengar perintah itu, sontak mereka berlima saling bertatapan bergantian. Menampakkan raut wajah yang seakan sepakat untuk tidak ingin keluar. Akhirnya, Ojan bersuara. Seakan mewakili kondisi hati kelimanya.
"Dewa Ruci. Saya tidak ingin keluar dari sini. Kedamian disini sudah cukup bagi saya untuk menghabiskan waktu disini. Lebih-lebih maianan ini menyempurkan bahwa disinilah hidup saya harus dihabiskan. Saya sangat senang ada disini. " Jawab Ojan melakukan penolakan.
"Benar dewa" Serentak ke empatnya menjawab, memberi penguatan.
"Tidak bisa, diluar Bima sedang menunggu kalian. Dia berharap Kedamain yang kalian rasakan disini dan apa yang Bima rasakan kemarin juga bisa memberikan kedamaian yang lebih luas untuk masyarakat di Negeri kalian" paksa Dewa Ruci.
"Tidak Dewa, Kami memilih untuk tetap disini, dengan kenikmatan yang sudah kami rasakan disini. Titik." Paksa mereka berlima. Dewa Ruci pun kecewa dengan sikap kelimanya.
"Sungguh kalian ini, mencelakakan diri ketika tidak ingin menebarkan kenikmatan yang kalian rasakan kepada orang lain" Jawab Dewa Ruci dengan kecewa.
Seketika itu, Dewa Ruci langsung membuka percakapan dengan Bima yang sedang menunggu di luar raga Dewa Ruci.
"Bima, teman-teman kamu tidak mau keluar dari dalam ragaku, bagaimana ini?" Todong Dewa Ruci kepada Bima.
"Hah?" Bima kebingungan.
"Keluarkan secara paksa saja Dewa, disitu kan anda punya hak untuk mengatur apa saja yang akan anda lakukan kepada mereka berlima". Pinta Bima.