Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asal Muasal Oligarki

6 Januari 2021   17:52 Diperbarui: 6 Januari 2021   17:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

tranformasi dari kisah pewayangan Serat Dewa Ruci

Setelah pulang dari mencari air suci, yang berujung bertemunya Bima dengan Dewa Ruci. Bima memutuskan mengambil perintah bahwa dia memang seharusnya menebarkan kenikmatan dan perdamian. Bertemu dan bersemayam ditubuh Dewa Ruci adalah kenikmatan dan kedamaian yang sudah hampir mencapai puncak yang dicari manusia. Hanya saja, jika ujung-ujungnya tidak bisa memberikan kenikmatan itu kepada orang lain, maka yang ada hanyalah ke sia-siaan dan kenikmatan yang fana saja.

Sesampai ditempat kesehariannya, Bima sempat tidak mampu menahan cerita tentang Dewa Ruci. Pengalaman berharga itu, tidak serta merta membuatnya bisa hidup seperti biasanya. Dewa Ruci adalah pengalaman berharga dalam kisah hidupnya. Sehingga bayang-bayang keindahan dan kedamian yang ia temukan disana, tidak pernah dan tidak akan pernah ia dapatkan lagi dikehidupan biasanya.

Sampai pada akhirnya, dengan setengah sadar. Bima tidak bisa menahan ceritra pengalaman itu. Disisi lain, Bima merasa tidak sanggup berjalan sendirian. Kurawa sudah pasti siap sedia, mendengar kabar kalau dirinya sudah lama menghilang.

Latar belakang itu, membuat Bima berfikir untuk mencari kolega untuk bisa menjadi partisipan mempersiapkan persaingannya dengan kurawa.

Dari itu, Bima berencana mengajak teman-temannya untuk juga bisa bertemu dengan Dewa Ruci. Maksudnya agar semakin banyak orang yang bisa mendapat wejangan dan membantu menebar perdamaian. Memperjuangkan kebenaran yang saat itu di perebutkan oleh keluarga pandawa dan kurawa.

Tanpa dengan panjang lebar, Bima mengajak 5 temannya sekaligus. Kelima temannya ini adalah orang-orang yang terkenal dengan perawakan yang bijaksana, arif dan baik. Teman seperjuangan dan bertukar fikiran akan hal-hal idealis di negeri Nusantara. Kelima temannya itu adalah Ojan, Liang, Gamba, Raksa, dan Kian.

Seperti banyak kumpulan anak-anak muda. Enam orang itu sudah seperti teman-teman seperjuangan. Beda  dengan sekeluargaan Bima dengan suadara-saudaranya yang terkenal dengan Keluarga Pandawa.

Bima dan kelima teman-temannya ini memang sering sekali berkumpul. Layaknya perkumpulan teman sejawat  pada umumnya, biasanya warna perkumpulannya di penuhi dengan canda tawa, sesekali membahas hal-hal genting tentang kondisi disekitarnya.

Kembali kepada kegelisahan Bima ketika harus memendam pengalaman bertemu dewa Ruci. Bima saat itu memilih untuk bercerita kepada lima orang temannya itu. Dengan suasana setengah curhat.

Bima menceritakan lengkap, mulai dari perintah mencari air tirta pawitrasari dari sang guru Drona ke gunung, hutan sampai pada akhirnya ketemu dengan makhluk aneh bernama Dewa Ruci di dasar Samudra. Sampai juga Bima bercerita bahwa dia membawa pulang boneka gading sebagi simbol bahwa dia pernah merasakan hal yang tidak pernah ada hal lain yang mengalahkan suasana saat itu. Kedamaian dan sebagainya. Sampai pada akhirnya dia diperintah untuk kembali kepada kehidupan biasa untuk menebarkan apa saja yang dia rasakan ketika bertemu Dewa Ruci itu.

Mendengar cerita tersebut, kelima temannya sontak menyimpan rasa ingin juga bertemu dengan Dewa Ruci. Bima bermaksud demikian, memang ingin mengajak mereka semua untuk bisa bertemu juga Dewa Ruci. Agar tugas menebarkan kedamaian dan perdamaian, Bima terbantu oleh teman-temannya itu.

Akhirnya, tidak butuh waktu pertimbangan yang panjang. Mereka ber-enam bergegas bersiap menapaki jejak, untuk bersama-sama menemui Dewa Ruci ke dasar samudra dimana Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Dengan ajian sakti Bima, teman-temannya di beri bekal kesaktian untuk juga bisa mengarungi samudra, sama persis seperti Bima lakukan. Sampai pada akhirnya, Bima dan kawan-kawan pun bertemu kembali dengan Dewa Ruci.

Dewa Ruci kaget, "Bima, ada apa gerangan?. Mengapa kamu kembali lagi kepadaku?, bukankah sudah aku sarankan agar kamu segera menebarkan perdamian, yang kamu sendiri sudah merakan kenikmatan akan hal itu?". Tanya Dewa Ruci.

"Iya Dewa, saya sudah akan bergegas untuk malakukan apa yang anda sarankan, hanya saja saya merasa  butuh bantuan teman-teman untuk juga bisa membantu saya memperjuangan kedamaian yang sungguh nikmat ketika saya masuk kedalam raga anda,". Jawab Bima.

"Ini maksudnya kamu mau agar teman-temanmu juga bisa merakan apa yang pernah kamu rasakan kala itu?, saat kamu saya perintah masuk kedalam tubuhku?" Lanjut tanya Sang Dewa.

"Betul Dewa" jawab Bima.

Dengan raut muka tidak meyakinkan. Dewa Ruci melihat satu persatu teman-teman Bima. Ojan dan kawan-kawan pun seperti takut dan tidak percaya juga mereka akan diberi kesempatan seperti apa yang Dewa Ruci berikan kepada Bima.

"Bima, apakah kamu yakin semua teman-temanmu ini sama seperti kamu?". Tanya Dewa Ruci.

"Sejauh saya mengenal mereka, saya yakin mereka bisa membantu saya nantinya untuk menebar perdamaian untuk masyarakat banyak, dewa". Jawabnya.

"Baik kalau begitu, apakah kalian siap dan akan bertanggung jawab untuk saya perintah masuk kedalam ragaku?". Tanya Dewa Ruci kepada kelima teman - teman Bima itu.

"SIAP, Dewa". Jawab mereka serentak.

"Baik, kalau begitu silahkan satu persatu kalian masuk semua kedalam ragaku, melalui lubang telinga kananku ini". Suruh Dewa Ruci.

Satu persatu mereka bergantian masuk kedalam raga Dewa Ruci. Bima pun sumeringah melihat prosesi menyatunya mereka berlima kedalam raga Dewa Ruci.

Di luar, Bima dengan tenang menunggu teman-temannya yang sudah masuk kedalam raga Dewa Ruci. Sedangkan didalam kelima teman-temannya benar merasakan apa yang pernah Bima rasakan saat itu. Kedamian yang hakiki, yang membuat mereka seperti tidak ingin keluar dari tempat itu. Sama hal nya Bima dulu. Bahwa di ruang itu, seakan-akan mereka tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya.

Sampai pada akhirnya, suara Dewa Ruci terdengar di ruang yang nikmat itu.

"Bagaimana?, apa yang kalian rasakan disini?" Tanya Dewa Ruci.

"Sungguh benar apa kata Bima, bahwa disini adalah tempat yang membuat saya tidak ingin keluar dari sini" celetup Liang mendahului yang lain.

"Tapi ingat, maksud Bima mengajak kalian kepada saya adalah untuk bisa kalian merasakan kedamaian dan sesegera mungkin bisa membantu Bima menebar perdamian ini untuk umat yang labih luas lagi." Saut Dewa Ruci.

"Iya Dewa". Jawab mereka serentak.

Akhirnya,  Dewa Ruci pun memberikan kepada mereka 5 hadiah sesuai dengan jumlah mereka. Untuk bisa mereka pilih dan dibawa pulang. Lima hadiah itu diantaranya adalah mainan mesin penyedot minyak bumi, main buldoser pengeruk emas, mainan pohon penghasil biofuel, mainan tongkang pengangkut batu bara, mainan Bego Pengeruk Semen, dan mainan cerobong penghasil Listrik.

Serentak mereka berlimapun berebut satu persatu mainan itu. Ojan dapat buldoser pengeruk emas, Liang memilih mesin penyedot minyak, Gamba dapat mainan Pohon Biofuel, Raksa dapat Bego Semen, dan Kian dapat Mainan Cerobong Listrik. Setelah satu semua mendapat maianan itu, kenikmatan yang hakiki mereka seakan menjadi sempurna. Menjadikan mereka semakin betah dan tidak ingin kemana-mana. Cukup ditempat itu saja mereka menghabiskan waktu. Dengan kedamaian yang tidak ada tandingnya, juga kesempurnaan nafsu mereka rasakan.

Tidak lama dari itu, Dewa Ruci langsung memerintahkan. Sama dengan perintah yang dia sampaikan kepada Bima saat itu, ketika Bima diberi Boneka Gading.

"Semua sudah saya berikan, silahkan kalian bantu Bima untuk menerbakan kedamaian yang kalian rasakan ini kepada sesama kalian di Negeri kalian berasal". Suruh Dewa Ruci kepada mereka berlima.

Mendengar perintah itu, sontak mereka berlima saling bertatapan bergantian. Menampakkan raut wajah yang seakan sepakat untuk tidak ingin keluar. Akhirnya, Ojan bersuara. Seakan mewakili kondisi hati kelimanya.

"Dewa Ruci. Saya tidak ingin keluar dari sini. Kedamian disini sudah cukup bagi saya untuk menghabiskan waktu disini. Lebih-lebih maianan ini menyempurkan bahwa disinilah hidup saya harus dihabiskan. Saya sangat senang ada disini. " Jawab Ojan melakukan penolakan.

"Benar dewa" Serentak ke empatnya menjawab, memberi penguatan.

"Tidak bisa, diluar Bima sedang menunggu kalian. Dia berharap Kedamain yang kalian rasakan disini dan apa yang Bima rasakan kemarin juga bisa memberikan kedamaian yang lebih luas untuk masyarakat di Negeri kalian" paksa Dewa Ruci.

"Tidak Dewa, Kami memilih untuk tetap disini, dengan kenikmatan yang sudah kami rasakan disini. Titik." Paksa mereka berlima. Dewa Ruci pun kecewa dengan sikap kelimanya.

"Sungguh kalian ini, mencelakakan diri ketika tidak ingin menebarkan kenikmatan yang kalian rasakan kepada orang lain" Jawab Dewa Ruci dengan kecewa.

Seketika itu, Dewa Ruci langsung membuka percakapan dengan Bima yang sedang menunggu di luar raga Dewa Ruci.

"Bima, teman-teman kamu tidak mau keluar dari dalam ragaku, bagaimana ini?" Todong Dewa Ruci kepada Bima.

"Hah?" Bima kebingungan.

"Keluarkan secara paksa saja Dewa, disitu kan anda punya hak untuk mengatur apa saja yang akan anda lakukan kepada mereka berlima". Pinta Bima.

"Tidak bisa Bima, kalau seandainya mereka saya paksa keluar, maka yang akan terjadi adalah mereka akan menjadi orang-orang yang serakah dan mungkar. Bukan memberikan kedamaian kepada orang lain, malah mereka akan mengejar kedamaian yang mereka rasakan tanpa memperhatikan sekitarnya. Sehingga bisa saja mereka akan berbuat jahat untuk bisa medapatkan kedamaian yang ingin mereka rasakan lagi, mereka bisa sempurna jika secara ikhlas dan tanpa paksaan mau dengan sendirinya keluar dari tubuh saya" jelas Dewa Ruci.

Semakin kebingungan, Bima ingin pejelas.

"Terus bagaimana ini sekarang Dewa?" Gelisah Bima.

"Yasudah mereka tidak bisa keluar, dan mereka sudah nyaman dengan dunia mereka, yang pasti mereka tidak akan bermanfaat. Malah tugasmu akan berat. Karena hal-hal yang seharusnya mereka tangani bersamamu harus mereka lepas. Juga kerugian - kerugian baru akan terjadi dari sikap mereka tidak mau benar-benar bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih dan lakukan" tegas dewa Ruci.

Bima pun merunduk kecewa.

Padahal maksud hati agar mendapat support dari sahabat yang dia kenal sebagai orang-orang bijaksana, arif dan baik. Ternyata mereka tidak kuat untuk diajak menerbarkan kedamian kepada umat manusia. Malah memberi beban baru kepadanya.

"Sudahlah Bima, pulanglah lagi kamu, kembalilah kepada duniamu dan tetap perjuangkan kedamian yang pernah kamu rasakan untuk kamu tebar kepada orang lain. Seperti tekatmu dulu. Hanya saja kamu juga harus menanggung bahwa teman-temanmu sudah meninggalkanmu denga kesenangan pribadinya, bahwa bisa meninggalkan masalah baru yang harus kamu tanggung sendirian" suruh Dewa Ruci kepada Bima.

"Baiklah dewa, kalau begitu. Saya kambali lagi ke duniaku, titip teman-teman semoga benar hakiki kenikmatan yang mereka rasakan" jawab dengan setengah berat.

Akhirnya Bima pulang dan kekecewaan yang mendalam.

Sesampainya di rumah. Bima mendapat sambutan oleh saudaranya. Sambutan-sambutan itu berupa kabar bahwa Kurawa sudah menebar jurus-jurus barunya untuk melawan keluarga Pandawa.

Jurus-jurus yang dimaksud diantaranya adalah jurus Narkob, Seksu, Anar, Radik, Persau. Yang sukses memberikan virus-virus negatif kepada masyarakat dan menjadikan masyarakat menjadi liar dan berada pada peradaban kehancuran.

Mendengar cerita itu, Bima semakin terpukul dan menjadikan dia kebingungan harus bagaimana dia untuk sekarang dan yang akan datang. Sementara, dia memilih diam dan menyendiri memikirkan dirinya dan kedaan yang sedang terjadi.

Dalam hatinya bergumam.

"Mengapa teman-teman yang saya tahu bahwa mereka lagak baik, tidak mampu menahan godaan dan memilih senang dengan dunianya sendiri. Tidak peduli dengan lingkungan. Merugukan banyak orang dan membiarkan kedaan yang rumit semakin rumit. Dasar Ojan, LIang, GAmba, Raksa dan KIan yang jahannam". Hmmm.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun