Mohon tunggu...
P.Aulia Rochman
P.Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Brain Rot" di Era Digital: Bagaimana Kita Kehilangan Fokus dan Kritis?

1 Januari 2025   18:30 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:35 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar orang dengan otak berbentuk awan digital penuh notifikasi. Sumber: buatan chatgpt

3. Kecanduan Dopamin

Interaksi media sosial melepaskan dopamin, neurotransmitter yang membuat kita merasa senang. Namun, pencarian stimulasi instan ini tidak memberikan manfaat jangka panjang, melainkan menciptakan lingkaran kecanduan. Sebuah studi di Journal of Behavioral Addictions menemukan bahwa "penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otak di area prefrontal cortex, yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan kontrol diri."

Sebuah artikel di Kompas.com menyebutkan bahwa "brain rot atau kemerosotan kemampuan otak menjadi kekhawatiran baru akibat konsumsi berlebihan konten online yang tidak berbobot." Hal ini semakin menegaskan bahwa pola konsumsi digital yang tidak terkontrol dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap daya pikir.

Dampak pada Kehidupan Sehari-hari

"Brain rot" memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari produktivitas hingga kesehatan mental. Berikut adalah beberapa dampak nyata yang dapat dirasakan:

1. Penurunan Kualitas Kerja

Konsumsi informasi dangkal mengurangi kemampuan memecahkan masalah. Seorang pekerja yang terus-menerus terganggu oleh notifikasi cenderung kehilangan fokus lebih cepat. Penelitian oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa "multitasking digital dapat menurunkan produktivitas hingga 40%."

2. Kesehatan Mental Terganggu

Paparan konten negatif atau tidak bermutu meningkatkan stres dan kecemasan. Menurut jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, "waktu layar yang berlebihan berhubungan dengan tingkat depresi yang lebih tinggi." Efek ini diperburuk oleh kebiasaan membandingkan diri dengan kehidupan "sempurna" yang dipamerkan di media sosial.

3. Isolasi Sosial

Waktu yang dihabiskan di dunia maya sering kali mengurangi interaksi tatap muka yang bermakna. Hal ini dapat memperburuk rasa kesepian. Sebuah survei oleh Pew Research Center menemukan bahwa "generasi muda merasa lebih kesepian dibandingkan generasi sebelumnya, meskipun lebih terkoneksi secara digital."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun