Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis fiksi ringan sebagai hobi selingan. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memoar si Butut

30 Mei 2024   00:19 Diperbarui: 30 Mei 2024   00:29 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ckk, Papa nggak akan ngerti. Mulai sekarang aku nggak akan pernah mau naik motor ini lagi!"
***

Tok! Tok!

"Li, Papa minta maaf."

Aku mendengkus. Tak berniat menjawab atau bahkan membuka pintu kamar. Biarlah ini sebagai bentuk protes. Selama ini aku sudah lelah mengeluh, tapi tak ditanggapi.

"Buka pintunya dong, Li." Itu suara Mama.

"Aku mau berhenti sekolah aja kalau masih dianter jemput pake rongsokan itu!" seruku. Terdengar helaan napas dari Papa dan suara Mama yang menyemangatinya.

Esoknya aku tak menemukan si butut di depan rumah. Baguslah. Setidaknya teras rumah terlihat lebih cantik. Juga aku tak perlu sakit hati mendengar nyinyiran tetangga tentang si butut. Namun, senyum cerahku mendadak mendung saat terdengar bunyi motor yang khas dari kejauhan. Aku meringis, tapi Papa malah tersenyum senang.

Ckk!

"Li, biarin ini jadi momen terakhir kita naik si butut. Ayo!" Papa tampak bersemangat.

Mama mengangguk-angguk, memintaku menyetujui. Meski tidak mau, terpaksa aku duduk lagi di boncengan. "Pokoknya ini yang terakhir, Pa!" tegasku.

"Iya-iya." Papa tertawa.
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun