aku pernah hidup, di dalam hurufÂ
dalam kalimat yang tajam dan lembut.Â
Namun kini, aku perlahan redup
tersesat di antara makna yang lumpuh.Â
Kata-kata ini dulu menggema
membangkitkan mimpi, menghidupkan jiwa.Â
Sekarang mereka membisu, tanpa daya
mati perlahan di ruang tak bernama.Â
Setiap halaman, saksi kepergian
cerita yang hancur oleh kesunyian.Â
Tak ada pembaca yang membawa kehidupanÂ
hanya debu yang menulis keabadian.Â
Aku mati di antara kata-kata
terkubur di bawah makna yang terlupa.Â
Namun jika kau membukaku lagi
mungkin aku bisa bangkit, walau hanya sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H