Di Balik Konferensi Meja Bundar
Sinopsis Singkat: Drama ini berlatar di masa Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, tetapi bukan tentang negosiasi diplomatiknya. Fokus cerita adalah pada para pekerja hotel yang tidak sengaja mendengar percakapan rahasia antara delegasi Indonesia dan Belanda. Dalam kebingungan mereka, muncul komedi situasi dan kekacauan ketika para pekerja ini mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Durasi Waktu: 8 menit
Tujuan: Untuk Umum
Tokoh:
Slamet: Pelayan hotel yang agak cerewet dan penasaran.
Tini: Pembantu hotel yang cerdas namun suka bingung.
Pak Rudi: Manajer hotel yang sangat sibuk dan sering bingung, tetapi berpikir dirinya sangat tahu banyak.
Pak Harto: Seorang tamu misterius yang lebih banyak diam, tapi sebenarnya penting dalam cerita ini.
Lokasi:
Di dalam ruang makan hotel, pada saat delegasi Indonesia dan Belanda sedang bernegosiasi dalam KMB, para pekerja hotel sedang membersihkan dan bekerja di sekitar ruang konferensi.
------
Adegan 1:
(Di ruang makan hotel, Slamet dan Tini sedang mengatur meja, terdengar percakapan dari ruang konferensi yang terpisah tipis.)
Slamet: (berbisik kepada Tini)
Eh, Tini... tadi gue denger kata-kata "kemerdekaan", kayaknya penting banget ya!
Tini: (sambil mengatur piring)
Maksudnya? Apa yang mereka omongin? Kan mereka ngomong dalam bahasa Belanda semua, nggak ngerti juga.
Slamet:
Ya makanya, gue juga bingung. Tapi yang jelas, "kemerdekaan" itu pasti berhubungan sama kita, kan? Jangan-jangan mereka mau kasih kita kemerdekaan, Tini!
Tini: (bingung)
Kemerdekaan? Eh, emangnya kita dikasih kemerdekaan sama siapa, Slamet? Mereka kan cuma ngomong di dalam ruangan itu, kenapa kita yang denger jadi pusing?
(Tiba-tiba Pak Rudi, manajer hotel, masuk dengan tergesa-gesa.)
Pak Rudi:
Slamet! Tini! Apa yang kalian omongin? Jangan buat ribut di sini! Itu penting, tahu! Ada tamu dari Belanda yang sedang membicarakan hal besar. Jangan sampai kalian bocorin, ya!
Slamet: (heran)
Pak Rudi, kami nggak ngomongin apa-apa kok, cuma... dengerin aja.
Tini: (nyengir malu)
Iya, Pak, cuma penasaran aja dengar mereka ngomong tentang kemerdekaan.
Pak Rudi:
Hush! Jangan sembarangan! Dengerin saja baik-baik, siapa tahu nanti bisa jadi ilmu, jangan asal ngomong. Yang penting, kalian jangan ganggu para tamu.
(Pak Rudi pergi, dan Slamet dan Tini kembali bekerja, sambil berbisik satu sama lain.)
Adegan 2:
(Sekitar 15 menit kemudian, Pak Harto, tamu misterius, memasuki ruang makan. Ia mendekati meja tempat Slamet dan Tini berdiri.)
Pak Harto:
Eh, kalian... kalian dengar percakapan tadi? Apa kalian tahu apa yang sedang terjadi?
Slamet: (terkejut)
Wah, Pak Harto, tahu dari mana? Apa yang sedang terjadi? Kami hanya... hanya mendengar sedikit, Pak. Itu soal kemerdekaan kan? Apa memang benar, Pak? Mereka mau memberi kemerdekaan ke kita?
Pak Harto: (tertawa kecil)
Kemerdekaan? Oh, kalian kira mereka mau memberi? Itu bukan cara mereka memberi kemerdekaan. Mereka sedang berpura-pura, tidak ada yang benar-benar ingin memberi apa-apa di sini.
Tini: (bingung)
Lalu, kalau begitu... untuk apa semua perundingan itu?
Pak Harto:
Untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat, siapa yang bisa mengatur segalanya. Tapi jangan khawatir, saya sudah mendengarnya, dan kalian akan melihat sendiri bagaimana kelanjutannya.
Slamet: (kepala penuh tanda tanya)
Tunggu, Pak Harto! Jadi, kalau mereka nggak memberi kemerdekaan, itu artinya kita harus... berperang lagi?
Pak Harto: (tersenyum tipis)
Ah, Slamet, kau terlalu cepat menyimpulkan. Dalam hidup ini, banyak hal yang tidak bisa dilihat dari luar. Nanti kalian akan tahu, pada waktunya.
(Pak Harto meninggalkan mereka, sambil tersenyum penuh arti. Slamet dan Tini saling memandang dengan kebingungan.)
Adegan 3:
(Beberapa jam kemudian, Pak Rudi kembali muncul dengan wajah cemas, mendekati Slamet dan Tini yang sedang membersihkan meja.)
Pak Rudi:
Gimana? Ada yang kalian dengar tadi? Jangan bilang kalian udah tahu semuanya!
Tini: (penuh tanda tanya)
Pak Rudi, Pak Harto ngomong sesuatu yang bikin kami makin bingung. Katanya kita nggak akan dikasih kemerdekaan gitu aja.
Slamet:
Iya, Pak. Jadi gimana nih? Apa yang harus kami lakukan? Apa ini cuma soal politik yang besar dan kami cuma bisa diam?
Pak Rudi: (membetulkan dasinya)
Hati-hati! Yang kalian dengar itu bisa jadi hanya permainan dari mereka. Jangan asal percaya. Tapi kalian harus tahu, kemerdekaan itu bukan hanya soal tanda tangan atau perjanjian. Itu soal perjuangan, kerja keras. Kalian jangan sampai terjebak dalam permainan politik itu. Kalau nggak, bisa-bisa kita cuma jadi penonton sejarah.
Tini: (gelisah)
Jadi, kami harus gimana?
Pak Rudi:
Tunggu saja, semua akan jelas pada waktunya. Jangan terlalu banyak berpikir, kalian masih muda. Tapi jangan sampai kalian jadi bagian dari cerita yang salah. Nanti kalian akan tahu apa yang sebenarnya terjadi!
(Pak Rudi pergi, meninggalkan Slamet dan Tini dengan kebingungan dan rasa penasaran.)
(Akhir Adegan)
(Slamet dan Tini saling pandang, merasa terjebak dalam permainan besar yang tidak mereka pahami sepenuhnya.)
Slamet:
Tini, kita beneran nggak tahu apa yang terjadi, ya? Mungkin kita hanya harus jadi saksi dalam semua ini.
Tini:
Iya, Slamet. Tapi siapa yang tahu, kita bisa jadi bagian dari sejarah tanpa kita sadari.
(Mereka melanjutkan pekerjaan mereka dengan pikiran yang penuh tanda tanya, siap menunggu peristiwa besar yang akan datang.)
[Tamat]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI