Model evaluasi Michael Scriven tidak sama dengan model Tyler sebelumnya karena evaluator melacak tujuan sejak awal proses. Model evaluasi tanpa tujuan, atau evaluasi bebas tujuan, justru menjauh dari tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan telah dicapai. Michael Scriven menyatakan bahwa orang yang melakukan evaluasi program tidak perlu memperhatikan tujuan program. Program harus melihat cara kerjanya dengan mengidentifikasi penampilan positif (yang diharapkan) dan negatif. Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena penilai dapat melihat setiap tujuan secara rinci. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, itu menunjukkan bahwa semuanya tujuan telah dicapai. Penampilan ini mendukung jumlah penampilan unik yang diharapkan untuk tujuan umum.
8. Model Robert Glaser
Glaser membuat model ini untuk memberikan rincian yang lebih baik tentang penilaian yang dilakukan selama pendidikan. Menurut Glaser, evaluasi pengajaran dan pembeljaran dapat dilakukan dalam enam tahap, yaitu:
a. Menentukan hasil belajar: Glaser mengusulkan bahwa tujuan kegiatan harus dikomunikasikan dengan cara yang menunjukkan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam konteks ini. Sesuai dengan persyaratan kurikulum, keterampilan tersebut serta ukuran keberhasilan harus disebutkan dengan jelas.
b. Mengidentifikasi kemampuan awal: Glaser berpendapat bahwa Guru harus mengetahui kemampuan awal siswa. Keterampilan awal adalah kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mendapatkan keterampilan atau pengetahuan yang akan dipelajari, sedangkan itu jelas berbeda dengan kemampuan dasar atau bakat. Meskipun kemampuan dasar lebih umum, mereka lebih khusus.
c. Mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan. Ini harus dilakukan melalui evaluasi kemampuan siswa, khususnya kecepatan belajar.
d. Memerhatikan bagaimana siswa terlihat setelah metode pengajaran diterapkan, pengawasan harus dilakukan.
e. Pikirkan tentang instruksi lain. Dalam situasi seperti ini, model pembelajaran dann pengajaran harus dievaluasi untuk mengetahui seberapa efektif mereka membantu pertumbuhan siswa. Penilaian ini menekankan dua aspek penting: penciptaan dan pelaksanaan standar.
f. Evaluasi dan pengembangan instruksi: Glaser berharap Evaluasi yang mengumpulkan informasi, juga dikenal sebagai evaluasi formatif, dapat dilakukan untuk memastikan bahwa program pembelajaran dijalankan dengan baik. Ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari tindakan pengamat Glaser.
9. Model Iluminatif
Malcolm Palmer adalah salah satu tokoh paling signifikan dalam pengembangan model ini. Tidak seperti model pengukuran dan kesesuaian, model ini lebih menekankan evaluasi kualitatif-terbuka (terbuka) yang berfokus pada evaluasi kuantitatif terstruktur. Kegiatan evaluasi terkait dengan lingkungan belajar karena sekolah adalah tempat interaksi material dan psikososial antara guru dan murid. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan teknik pelaksanaan pembelajaran, elemen yang memengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan dampaknya terhadap pembelajaran siswa. Hasil pengukuran dan prediksi lebih mirip dengan hasil evaluasi daripada deskripsi dan interpretasi. Dalam model ini, penilaian fungsi evaluasi lebih banyak digunakan sebagai penjelasan tentang betapa pentingnya membuat keputusan mengenai perunahan dan peningkatan sistem pembelajaran yang sedang dibuat.