Oleh : Fathul Bari, M.Pd
Â
Abstrak
Pembangunan Kalimantan Baru sebagai ibu kota negara Indonesia yang baru menghadirkan tantangan dan peluang dalam konteks ketahanan iklim dan transisi ekonomi hijau. Artikel ini membahas strategi ketahanan iklim melalui hilirisasi sumber daya alam yang diimplementasikan untuk mendukung pembangunan Kalimantan Baru. Hilirisasi sumber daya alam berperan penting dalam mendiversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada eksploitasi sumber daya primer. Pada konteks ini, artikel ini mengkaji berbagai pendekatan dan kebijakan yang diperlukan untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di Kalimantan Baru.
PENDAHULUANÂ
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dalam pembangunan berkelanjutan dan ketahanan iklim. Kelangkaan sumberdaya air untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan indsurtri merupakan dampak yang diakibatkan dari perubahan iklim bahkan menyebabkan kerusakan infrastrukutur seperti jalan, jembatan yang diakibatkan oleh banjir, erosi dan penurunan permukaan tanah. Salah satu langkah signifikan yang diambil adalah pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, yang dikenal sebagai Kalimantan Baru. Pembangunan Kalimantan Baru dirancang dengan visi menjadi kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang mampu beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dan mendukung transisi ekonomi hijau (Bappenas, 2020).
Pembangunan Kalimantan Baru sebagai ibu kota negara baru Indonesia menghadirkan tantangan besar terkait perubahan iklim dan kebutuhan akan transisi ekonomi hijau. Ketahanan iklim mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengurangi dampak negatifnya. Akibat peningkatan penggunaan alat teknologi serta penambahan jumlah jalur transportasi yang dirancang untuk kesejahteraan rakyat menjadi efek bertambahnya bahan pencemar pada lingkungan. Sementara itu, hilirisasi sumber daya alam adalah proses meningkatkan nilai tambah sumber daya alam melalui pengolahan dan pemanfaatan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Ketahanan iklim merujuk pada kemampuan suatu sistem, komunitas, atau ekonomi untuk menghadapi, beradaptasi, dan pulih dari dampak perubahan iklim dengan cara yang meminimalkan kerusakan dan memaksimalkan manfaat. Pada konteks pembangunan Kalimantan Baru, ketahanan iklim menjadi sangat penting karena wilayah ini rentan terhadap perubahan iklim, seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan kenaikan permukaan air laut (Gupta & Van Asselt, 2019). Hilirisasi sumber daya alam merupakan salah satu strategi utama dalam mendukung ketahanan iklim dan transisi ekonomi hijau.
Hilirisasi melibatkan proses pengolahan sumber daya alam mentah menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi dari sumber daya alam tetapi juga mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan meningkatkan kemandirian ekonomi lokal (Markard, Raven, & Truffer, 2012). Pembangunan Kalimantan Baru juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan jangka panjang dan memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan mendukung praktik-praktik keberlanjutan.
Hal ini mencakup pembangunan infrastruktur hijau, penggunaan teknologi ramah lingkungan, dan penerapan kebijakan yang mendukung industri hijau. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk sektor swasta dan komunitas internasional, sangat penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (World Bank, 2019). Mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan aturan yang mampu mengarahkan pelaksanaan pembangunan yang bisa bersinergi sehingga pembangunan dapat berjalan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan dan berdaya guna.
Rumusan Masalah
Bagaimana skema hilirisasi sumber daya alam dapat diterapkan secara efektif dalam pembangunan Kalimantan Baru untuk mendukung transisi ekonomi hijau?
Apa dampak hilirisasi sumber daya alam terhadap ketahanan iklim di Kalimantan Baru?
Bagaimana strategi ketahanan iklim dapat diintegrasikan dalam kebijakan pembangunan Kalimantan Baru melalui skema hilirisasi sumber daya alam?
Apa tantangan dan hambatan dalam penerapan skema hilirisasi sumber daya alam untuk mendukung ketahanan iklim dan transisi ekonomi hijau di Kalimantan Baru?
Apa manfaat sosial-ekonomi dari penerapan hilirisasi sumber daya alam bagi masyarakat lokal di Kalimantan Baru?
Tujuan PenelitianÂ
Secara umum penelitian itu bertujuan untuk menemukan jalan guna menghadapi tantangan perubahan iklim di tengah pembangunan Ibu Kota Nusantara di Pulau Kalimantan. Melalui strategi dan skema hilirisasi sumberdaya alam dirasa mampu menjadi jawaban untuk dapat mendukung transisi ekonomi hijau. Adapun tujuan khusus diantaranya adalah :
Mengidentifikasi dan Menganalisis Skema Hilirisasi Sumber Daya Alam yang Efektif untuk Pembangunan Kalimantan Baru.
Mengevaluasi Dampak Hilirisasi Sumber Daya Alam terhadap Ketahanan Iklim.
Mengembangkan Strategi Ketahanan Iklim yang Terintegrasi dalam Kebijakan Pembangunan Kalimantan Baru melalui Hilirisasi Sumber Daya Alam.
Mengidentifikasi Tantangan dan Hambatan dalam Penerapan Skema Hilirisasi Sumber Daya Alam.
Menilai Manfaat Sosial-Ekonomi dari Penerapan Hilirisasi Sumber Daya Alam bagi Masyarakat Lokal.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data dari literatur yang relevan, kebijakan pemerintah dan studi kasus di wilayah lain yang memiliki karakteristik serupa. Analisis dilakukan dengan mengkaji strategi-strategi yang telah diterapkan di berbagai negara dan relevansinya bagi Kalimantan Baru. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam periode lima tahun terakhir (2019-2024) untuk memastikan relevansi dan keterbaruan data. Proyeksi ke depan akan mempertimbangkan target hingga tahun 2030 sesuai dengan rencana pembangunan berkelanjutan dan transisi energi hijau.
Batasan PenelitianÂ
Lokasi penelitian dibatasi pada wilayah pembangunan Kalimantan Baru, mencakup provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Fokus penelitian diarahkan pada daerah dengan potensi sumber daya alam yang besar dan rencana pembangunan infrastruktur baru. Penelitian ini fokus pada strategi ketahanan iklim yang mencakup mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Ini termasuk upaya pengurangan emisi karbon, peningkatan efisiensi energi, pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Selain itu, memfokuskan pada sumber daya alam yang memiliki potensi untuk hilirisasi di Kalimantan, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, kayu, dan mineral lainnya. Pemilihan jenis sumber daya alam ini didasarkan pada kontribusinya terhadap perekonomian daerah dan potensinya dalam mendukung ekonomi hijau. Ekonomi hijau yang dikaji merupakan aspek yang relevan dengan hilirisasi sumber daya alam, termasuk peningkatan nilai tambah produk, penciptaan lapangan kerja hijau, dan pengurangan dampak lingkungan dari kegiatan industri.
Â
PEMBAHASAN
Ketahanan IklimÂ
Memitigasi perubahan iklim dapat dimulai dari diri sendiri dalam artian menjadi contoh sehingga dapat menggerakkan masyarakat secara luas. Tindakan tersebut dimulai dari saat ini karena waktu yang terbaik untuk memulai adalah sekarang. Beberapa langkah yang dapat dilakukan menurut Prayudha & Naim (2019) adalah sebagai berikut :
- Menanam pohon sebanyak mungkin dan penyerapan karbon dioksidanya baru akan maksimal setelah puluhan tahun. Gunakan pagar dari tanaman, menambah keindahan dan bermanfaat bagi lingkungan.
- Penggunaan transportasi perlu membisakan diri berjalan kaki atau dengan bersepeda untuk jarak dekat. Apabila menggunakan mobil usahakan menerapkan car poling sehingga bisa bergantian diantara anda dan tetangga. Selain hemat bensin, juga jejak karbonnya lebih kecil. Sepanjang jalan juga bisa ngobrol, berbagi semangat tentang perubahan iklim. Apabila jarak jauh dan anda hanya sendiri, lebih hemat naik kendaraan umum agar hemat uang juga jejak karbonnya lebih kecil.
- Menerapkan pola hidup hemat listrik, tidak membiarkan komputer atau laptop yang menggunakan animasi pada kondisi tidak digunakan stanby, tidak membiarkan pintu kulkas terbuka telalu lama, tidak mengisi kulkas terlalu penuh, tidak memasukkan makanan panas kedalam kulkas, menggunakan sakelar listrik yang ada tombol on-off di setiap lubang, mencabut listrik rice cooker anda segera setelah nasinya masak serta tidak membiarkan kabel pengisi daya pada sumber listrik. Selain itu menggunakan lamput hemat energi dan mematikan apabila tidak digunakan. Semua hal ini agar tidak memakan energi listrik yang besar.
- Pola hemat energi dengan mengatur suhu penyejuk ruangan pada 24-26oC, lebih baik lagi jika memungkinkan tidak menggunakan penyejuk ruangan sama sekali. Serta televisi maupun peralatan elektronik lainnya di rumah tidak perlu berjaga dalam keadaan stanby.
Perubahan iklim menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir, kenaikan muka laut, intrusi air laut gelombang tinggi dan abrasi. Hal ini karena adanya pemanasan global akibat Efek Gas Rumah Kaca sehingga menyebabkan mencairnya es di kutub sehingga menambah jumlah air laut maka terjadilah bencana. Menurut Justianto dkk, (2019) langkah-langkah peningkatan ketahanan iklim yang telah dan tengah dilakukan di berbagai wilayah Indoneisa meliputi tindakan berikut di bawah ini :
- Menata, memperbaiki, dan memperluas sistem pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah;
- Menata dan membangun perluasan saluran air atau terowongan air bawah tanah;
- Menata dan membangun bangunan konstruksi pencegah banjir;
- Memperluas, membersihkan dan merawat secara regular fasilitas drainase
- Memperluas, membangun dan memeligara Ruang Terbuka Hijau
- Meningkatkan intensitas reboisasi dan penghijauan khususnya di Daerah Aliran Sungai yang kondisinya kritis;
- Membuat dan memperluas lubang biopori;
- Membangun tanggul laut di tempat-tempat strategis untuk mengenalikan risiko kenaikan muka laut dan rob;
- Membangun sabuk hijau di sepanjang garis pantai dengan vegetasi mangrove;
- Melakukan dampak kajian resiko dan kerentanan perubahan iklim yang akan timbul akibat kekeringan, banjir rob dan kenaikan permukaan laut.
- Memperkuat kapasitas institusi pengelolaan sumberdaya air di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tergolong kritis.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan ketahanan iklim telah diterapkan jasa layanan iklim. Menurut Winarto dkk (2019) ada tujuh jasa layanan iklim telah dikembangkan dalam WIL, termasuk panduan diantaranya :
- Pengukuran curah hujan harian dilakukan oleh semua pengukur curah hujan di petak pertanian mereka sendiri;
- Pengamatan agroekosistem dilakukan setiap hari;
- Perhitungan hasil panen dan memahami perbedaan hasi panen antarpetak, musim dan tahun;
- Pengorganisasian WIL;
- Pengembangan dan pertukaran informasi prakiraan cuaca bulanan terkini dalam format skenarion curah hujan musiman;
- Pertukaran pengetahuan baru terkait dengan kelima hal yang telah disebutkan;
- Melakukan eksperimen lapangan untuk mengembangkan praktik-praktik budidaya tanaman yang terbaik dan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan urgen yang muncul di tingkat lokal.
Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim terutama di pulau-pulau kecil perlu memperhatikan kondisi berikut :
- Iklim telah berubah dan pulau-pulau kecil telah merasakan dampaknya.
- Perubahan iklim tidak dapat terhindarkan dalam dekade-dekade mendatang.
- Perubahan iklim memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan pulau-pulau kecil.
- Adaptasi dapat mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi terdapat batasan dan risiko di dalamnya.
- Biaya ekonomi adaptasi terhadap perubahan iklim pada pulau-pulau kecil relatif tinggi terhadap kemampuan ekonominya. Adaptasi perubahan iklim perlu melibatkan 5 komponen penting yaitu persiapan, pemahaman kondisi iklim, identifikasi pilihan tindakan adaptasi, permberdayaan proses adaptasi, dan implementasi adaptasi yang disertai monitoring dan evaluasi (Susandi dkk, 2019).
Hilirisasi Sumber Daya Alam
Hilirisasi sumber daya alam di Kalimantan Baru dapat menjadi pendorong utama dalam mendukung ekonomi hijau. Ini melibatkan pengolahan bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Misalnya, pengolahan kelapa sawit menjadi produk turunan seperti minyak nabati, biodiesel dan produk oleokimia lainnya. Selian itu dari sisi energi terbarukan minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber energi biomassa untuk menghasilkan biofuel, seperti biodiesel. Biofuel ini kemudian bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil dalam beberapa aplikasi, seperti kendaraan dan pembangkit listrik.
Hilirisasi sumber daya alam di Kalimantan Baru dapat menjadi pendorong utama dalam mendukung ekonomi hijau. Ini melibatkan pengolahan bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Misalnya, pengolahan kelapa sawit menjadi produk turunan seperti minyak nabati, biodiesel, dan produk oleokimia lainnya. Menurut Bappenas (2020), hilirisasi dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan lapangan kerja baru.
Pembangunan Infrastruktur Hijau
Pembangunan infrastruktur hijau, seperti fasilitas energi terbarukan, sistem transportasi yang berkelanjutan dan bangunan ramah lingkungan, sangat penting untuk mendukung ketahanan iklim. Implementasi teknologi canggih dan ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur akan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan efisiensi energi. Pembangunan infrastruktur hijau, seperti fasilitas energi terbarukan, sistem transportasi yang berkelanjutan dan bangunan ramah lingkungan, sangat penting untuk mendukung ketahanan iklim.
Implementasi teknologi canggih dan ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur akan mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan efisiensi energi (Gupta & Van Asselt, 2019). Sebagai contoh, pembangunan sistem transportasi massal berbasis listrik dapat mengurangi polusi udara dan konsumsi bahan bakar fosil. Terdapat delapan atribut pembangunan kota hijau yang dapat penulis sampaikan diantaranya adalah sebagai berikut :
- Green Planning and Design yakni perencanaan dan perancangan kota yang merupakan suatu upaya guna meningkatkan kualitas rencana tata ruang dan lebih sensitif terhadap lingkungan serta mitigasi terhadap perubahan iklim.
- Green Open Space yaitu membangun ruang terbuka hijau guna meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau (RTH) sesuai dengan karakteristik kabupaten/kota dengan target 30% dari luas kota. Peningkatan ini diperlukan agar membuat daerah perkotaan menjadi lingkungan yang lebih nyaman untuk ditinggali.
- Green Community atau Komunitas Hijau adalah kelompok masyarakat yang menerapkan berbagai kegiatan secara ekologis dengan menjaga kelestarian sumber daya serta meningkatkan proses ekologi alami. Komunitas memiliki peran penting dala pembangunan kota hijau serta melibatkan stakeholder dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Tujuan dari green community agar para stakeholder bertindak secara nyata serta membangun masyarakat berkarakter peduli lingkungan.
- Green Waste sebuah cara pengelolaan sampah yang mengutamakan pencegahan produksi sampah serta limbah rumah tangga dan industri. Pengelolaan sampah saat ini yang banyak diterapkan adalah dengan konsep 3R yaitu mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mengdaur ulang (recyle). Metode pengelolaan sampah ini perlu dukungan keberadaan teknologi pengolahan dan pembuangan sampah yang ramah lingkungan.
- Green Transportation adalah transportasi berkelanjutan untuk mendukungan kelestarian lingkungan termasuk meminimalisir pemanasan global. Metode ini juga termasuk transportasi umum pada pembangunan transportasi massal yang berkualitasyang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan infrastruktur jalan, mengurangi emisi kendaraan, serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.
- Green Water yakni meningkatkan kualitas air dengan konsep ekodrainase dan zero runoff merupakan pengelolaan sumber daya air dan efisiensi penggunaan air. Kebutuhan air bersih di berbagai daerah di Indonesia umumnya didominasi oleh sektor pertanian, namun seiring berkembangnya sektor industri serta kawasan perumahan, air bersih lebih banyak dikonsumsi oleh kedua sektor tersebut. Hal tersebut menyebabkan sering terjadi krisis air bersih di musim kemarau. Terdapat 3 indikator dalam pengembangan konsep Green water, yaitu kualitas, kuantitas, serta kontinuitas.
- Green Energy atau Energi Hijau yakni strategi yang meminimalisir penggunaan energi dengan cara menghemat dan meningkatkan penggunaan energi terbaharukan, seperti listrik tenaga surya, listrik tenaga angin dan listrik dari emisi methana.
- Green Building atau Bangunan Hijau yakni perancangan bangunan yang efisien meliputi  konstruksi, perawatan, renovasi bahkan dalam perubuhan. Metode ini dirancang agar dampak negatif bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat dicegah serta menjaga kesehatan penghuni dan tidak kerusakan lingkungan
Kebijakan dan Regulasi
Terdapat beberapa intervensi kebijakan yang dapat dilakukan pembangunan rendah karbon. Pertama, meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Kedua, meningkatkan produktivitas pertanian, intensifikasi pertanian dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam. Ketiga, meningkatkan kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT) pada bauran energi, efisiensi energi, konservasi energi, biofuel untuk transport dan penghapusan subsidi BBM. Keempat, memastikan upaya reforestasi, pencegahan deforestasi, restorasi lahan dan gambut, implementasi RTRW, memoratorium kelapa sawit dan hutan primer dapat berhasil dan berkelanjutan (Brojonegoro & Rudiyanto, 2019).
Pemerintah memiliki peran krusial dalam mengarahkan pembangunan melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung hilirisasi dan keberlanjutan lingkungan. Insentif bagi industri hijau, perlindungan lingkungan yang ketat, dan dukungan terhadap penelitian dan pengembangan teknologi hijau adalah beberapa langkah yang dapat diambil. Peran krusial pemerintah dalam mengarahkan pembangunan melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung hilirisasi dan keberlanjutan lingkungan. Insentif bagi industri hijau, perlindungan lingkungan yang ketat, dan dukungan terhadap penelitian dan pengembangan teknologi hijau adalah beberapa langkah yang dapat diambil. Menurut Markard, Raven, dan Truffer (2012), kebijakan yang mendukung inovasi teknologi hijau dapat mempercepat transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Peran Masyarakat dan Stakeholder
Masyarakat perlu terlibat aktif dalam perencanaan dan implementasi strategi ini. Mereka dapat memberikan masukan, mendukung kebijakan yang berkelanjutan, serta berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekonomi lokal. Pemberdayaan masyarakat lokal dan keterlibatan stakeholder dalam proses pembangunan adalah faktor kunci keberhasilan. Edukasi mengenai pentingnya ketahanan iklim dan ekonomi hijau, serta partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, akan meningkatkan dukungan dan implementasi strategi yang efektif.
Masyarakat dapat melakukan advokasi untuk kebijakan yang berkelanjutan dan melakukan edukasi terkait pentingnya perlindungan lingkungan dan perubahan iklim. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau di Kalimantan Baru. Stakeholder, termasuk pemerintah daerah, industri, akademisi, dan organisasi non-pemerintah, memiliki peran krusial dalam menentukan keberhasilan strategi ini. Mereka dapat mengoordinasikan upaya bersama, menyediakan sumber daya, dan memastikan kebijakan dan praktik yang mendukung transisi ekonomi hijau terimplementasi dengan baik.
Pemberdayaan masyarakat lokal dan keterlibatan stakeholder dalam proses pembangunan adalah faktor kunci keberhasilan. Edukasi mengenai pentingnya ketahanan iklim dan ekonomi hijau, serta partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, akan meningkatkan dukungan dan implementasi strategi yang efektif (World Bank, 2019). Contoh nyata dari keberhasilan ini adalah proyek-proyek komunitas yang menggabungkan pengetahuan lokal dengan praktik keberlanjutan modern. Masyarakat dan stakeholder dapat berperan sebagai penyedia solusi inovatif dalam penerapan teknologi dan praktik berkelanjutan. Misalnya, mengembangkan teknologi hijau, mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan, atau mengurangi jejak karbon dalam operasi industri.
Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan
Penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan (surya, angin, dan biomassa) dan teknologi pengelolaan limbah yang efisien, sangat penting dalam mendukung pembangunan hijau. Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2020), peningkatan penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menurunkan emisi karbon. Teknologi ini juga mencakup sistem irigasi yang hemat air dan teknologi pertanian yang mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Penerapan teknologi ramah lingkungan ini penting untuk memastikan bahwa pembangunan di Kalimantan dapat berlangsung secara berkelanjutan, melindungi sumber daya alam dan mendukung kualitas hidup masyarakat lokal dalam jangka panjang. Beeberapa diantaranya penerapan teknologi ramah lingkungan adalah :
Teknologi Pertanian Berkelanjutan: Penggunaan teknik pertanian yang ramah lingkungan, seperti pertanian organik, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan air secara efisien untuk mengurangi dampak polusi dan degradasi tanah.
Energi Terbarukan: Pengembangan dan penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, energi biomassa dari limbah pertanian, dan mikrohidro untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan emisi gas rumah kaca.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan: Praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, mengurangi deforestasi, dan mengelola cadangan karbon hutan secara efektif.
Teknologi Pengolahan Limbah: Penerapan teknologi untuk pengelolaan limbah yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti pengolahan limbah industri, pengolahan air limbah, dan pengurangan limbah plastik.
Monitoring Lingkungan: Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk monitoring lingkungan secara real-time, memungkinkan deteksi dini terhadap perubahan lingkungan dan perubahan iklim.
Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional dalam bentuk transfer teknologi, pendanaan, dan bantuan teknis dapat mempercepat transisi ekonomi hijau di Kalimantan Baru. Negara-negara maju dapat membantu dengan berbagi pengetahuan dan teknologi hijau yang telah terbukti efektif (Gupta & Van Asselt, 2019). Selain itu, partisipasi dalam program-program global, seperti Protokol Kyoto dan Paris Agreement, dapat memberikan kerangka kerja yang lebih kuat untuk implementasi kebijakan iklim yang efektif. Kerjasama internasional memiliki peran krusial dalam strategi ketahanan iklim dan pembangunan ekonomi hijau di Kalimantan Baru melalui skema hilirisasi sumber daya alam.
Pertama, kerjasama internasional memungkinkan pertukaran teknologi dan pengetahuan terkini dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini mendukung implementasi teknologi hijau dan praktik terbaik dalam industri hilir yang dapat mengurangi jejak karbon dan dampak lingkungan negatif lainnya. Kedua, kolaborasi internasional memfasilitasi akses terhadap sumber daya finansial dan investasi global yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur hijau serta meningkatkan kapasitas lokal dalam mengelola proyek-proyek berkelanjutan yang lebih besar dan kompleks. Dengan demikian, kerjasama internasional tidak hanya memperkuat resiliensi terhadap perubahan iklim tetapi juga mendukung transisi Kalimantan Baru menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
PENUTUPÂ
KesimpulanÂ
Strategi ketahanan iklim melalui hilirisasi sumber daya alam di Kalimantan Baru merupakan langkah penting dalam mendukung transisi ekonomi hijau. Keberhasilan strategi ini memerlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan stakeholder lainnya. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, Kalimantan Baru dapat menjadi model pembangunan hijau yang tahan terhadap perubahan iklim dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Strategi ketahanan iklim melalui hilirisasi sumber daya alam dalam pembangunan Kalimantan Baru memiliki potensi besar untuk mendukung transisi ekonomi hijau. Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan pada eksploitasi sumber daya primer. Pembangunan infrastruktur hijau dan penerapan kebijakan serta regulasi yang mendukung keberlanjutan lingkungan adalah langkah-langkah krusial dalam mencapai tujuan ini.
Selain itu, peran aktif masyarakat dan stakeholder, inovasi teknologi ramah lingkungan, serta kerjasama internasional merupakan faktor penting yang dapat memperkuat strategi ini. Implementasi yang efektif dari strategi ketahanan iklim akan menjadikan Kalimantan Baru sebagai model pembangunan hijau yang berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim.
Dengan pendekatan yang integratif dan partisipatif, Kalimantan Baru dapat berkembang menjadi pusat ekonomi hijau yang tidak hanya berdaya saing tinggi tetapi juga ramah lingkungan, mendukung kesejahteraan masyarakat, dan berkontribusi positif dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
- RekomendasiÂ
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk mendukung strategi ketahanan iklim dalam pembangunan Kalimantan Baru melalui hilirisasi sumber daya alam guna mendukung transisi ekonomi hijau:
Pengembangan Kapasitas dan Pendidikan: Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat lokal mengenai pentingnya ketahanan iklim dan praktik-praktik ekonomi hijau melalui program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
Inovasi dan Riset Teknologi: Mendorong penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan yang relevan dengan kondisi geografis dan sumber daya di Kalimantan Baru. Pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk mengembangkan inovasi yang dapat diimplementasikan secara praktis.
Peningkatan Kerjasama Antar Pihak: Membangun kerjasama yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki peran dan kontribusi yang signifikan dalam proses pembangunan.
Perlindungan Ekosistem: Mengintegrasikan strategi konservasi lingkungan dalam semua aspek pembangunan. Melindungi hutan, sungai, dan ekosistem lainnya dari eksploitasi yang berlebihan dan memastikan bahwa pembangunan dilakukan secara berkelanjutan.
Insentif Ekonomi untuk Praktik Hijau: Memberikan insentif ekonomi kepada perusahaan dan individu yang menerapkan praktik ramah lingkungan. Ini bisa berupa pengurangan pajak, subsidi untuk teknologi hijau, atau penghargaan bagi proyek-proyek inovatif yang mendukung keberlanjutan.
Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan: Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan untuk menilai efektivitas kebijakan dan program yang telah diimplementasikan. Penilaian berkala akan membantu mengidentifikasi kelemahan dan peluang untuk perbaikan.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Brojonegoro, B, P, S. & Rudiyanto, A. 2019. Perubahan Iklim Dan SDGS. Urgensi, Politik dan Tata Kelola Perubahan Iklim. Trilogo Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Gupta, J., & Van Asselt, H. (2019). Climate Change Policy in the European Union: Confronting the Dilemmas of Mitigation and Adaptation?. Cambridge University Press.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2020). Laporan Kinerja Kementerian ESDM 2020. Kementerian ESDM.
Markard, J., Raven, R., & Truffer, B. (2012). Sustainability transitions: An emerging field of research and its prospects. Research Policy, 41(6), 955-967.
Prayudha, H, N. & Naim, M, A. 2019. Menuju Perubahan Dan Melampauinya: Sebuah Renungan Dan Perjuangan Kaum Muda Dalam Menghadapi Kenyataan Yang Menggelisahkan. Krisis Sosial-Ekologis dan Keadilan Iklim. Trilogo Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Susandi, A. Satria, A. Adhuri, D & Muthohharoh, N, H. 2019. Laut, Pulau-Pulau Kecil Dan Perubahan Iklim. Krisis Sosial-Ekologis dan Keadilan Iklim. Trilogo Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
World Bank. (2019). Indonesia Economic Quarterly: Oceans of Opportunity. World Bank Group.
- Â
Winarto, Y, T. Walker, S. Ariefiansyah, R. Prihardiani, A, F. Taqiuddin, M. & Nugroho, Z, C. 2019. Melembagakan 'Warung Ilmiah Lapangan' (Science Field Shops): Mengembangkan Pertanian Yang Tanggap Pada Perubahan Iklim. Krisis Sosial-Ekologis dan Keadilan Iklim. Trilogo Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
- Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H