Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Eksplorasi Desa Renah Kasah

28 Agustus 2020   15:41 Diperbarui: 29 Agustus 2020   04:10 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Kerinci dari Renah Kasah/Foto Fatmi Sunarya

Desa Renah Kasah terletak di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Desa Renah Kasah merupakan pemekaran dari Desa Sungai Sampun, pemekaran ini di tahun 2011.

Dari Desa Sungai Sampun menuju Desa Renah Kasah akses jalan sangat buruk. Karena daerah rawa, jalan pengerasan digenangi air, berlumpur. Genangan air berisi batu-batu dan kadang kayu, bahkan genangan setengah dari badan motor.

Mendekati desa Renah Kasah ada bagian jalan yang diberi landasan papan. Dan ini satu-satunya yang ada di Kerinci, jalan yang ada landasan papan.

Perjalanan ini sangat melelahkan menurut penulis, kita harus berkenderaan motor di jalan pengerasan yang sudah turun karena daerah rawa. Kalaupun jalan kaki harus siap memijaki tanah rawa yang lembek dan kaki terbenam karenanya. Karena akses jalannya yang buruk, ada satu jam perjalanan dari Desa Sungai Sampun menuju Desa Renah Kasah. 

Jalan menuju Desa Renah Kasah/Foto Fatmi Sunarya
Jalan menuju Desa Renah Kasah/Foto Fatmi Sunarya

Jalan landasan papan menuju Renah Kasah/Foto Fatmi Sunarya
Jalan landasan papan menuju Renah Kasah/Foto Fatmi Sunarya

Pemandangan kiri kanan jalan adalah sawah warga, kebun warga, dan daerah rawa. Daerah rawa tempat kerbau berpadang. Persawahan ada yang bisa diolah ada yang tidak karena kondisi lahan rawa. 

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Kebun-kebun warga banyak ditanami tanaman tua seperti kulit manis, kopi, dan juga tanaman muda seperti jahe, cabe dan lain-lain. Kebun-kebun ini terletak di daerah perbukitan jadi tanahnya bukan daerah rawa. Seperti jalan menuju Goa Kasah, kebun warga dipenuhi kulit manis.

Seperti kita ketahui, Kerinci adalah sentra penghasil kulit manis terbesar di Indonesia. Hanya yang agak miris adalah, saat ini harga tanaman muda seperti kentang, cabe, tomat naik turun.

Seperti lahan cabe yang penulis lewati, mereka tidak memanen cabe-cabe tersebut karena harganya anjlok. Kalau harga anjlok, mahalan upah panen dari harga cabenya.

Saat ini di Pasar Sungai Penuh harga cabe Rp. 15.000/kilo. Itu harga pasar, kalau petani menjualnya paling di hargai Rp. 7.500/kilo. Tidak sesuai dengan biaya penanaman, perawatan ataupun pupuk.

lahan cabe yang tidak dipanen/Foto Fatmi Sunarya
lahan cabe yang tidak dipanen/Foto Fatmi Sunarya

Jahe yang akan ditanam/Foto Fatmi Sunarya
Jahe yang akan ditanam/Foto Fatmi Sunarya

Foto Fatmi Sunarya
Foto Fatmi Sunarya

Yang menjadi ikon Desa Renah Kasah adalah keberadaan Goa Kasah. Setelah mencapai Desa Renah Kasah kita harus berjalan kaki lagi menuju Goa Kasah. Melalui Kebun-kebun milik warga.

Penulis sempat kesasar beberapa kali karena Goa Kasah terletak di sebelah kiri, sedangkan penulis menyisir daerah bagian kanan. Untunglah sebelum ke Goa Kasah, penulis berhenti dan parkir motor di kebun milik sebuah keluarga Desa Renah Kasah. Mereka sedang menanam tanaman jahe.

Penulis cukup lama melepas lelah disini, mencicipi jeruk yang ukurannya mini dan manis. Dan ketika kesasar inilah salah seorang dari mereka menyusul penulis ke Goa Kasah, karena mereka kuatir kesasar.

Pak Manda akhirnya sebagai pemandu ke Goa Kasah. Jalan menuju Goa Kasah berbukit-bukit dan dipenuhi batu vulkanik. Mesti hati-hati agar tidak tergelincir. Jalan menuju goa ini dipenuhi oleh tanaman kulit manis milik warga. 

Papan nama Goa Kasah yang sudah rusak/Foto Fatmi Sunarya
Papan nama Goa Kasah yang sudah rusak/Foto Fatmi Sunarya

Jalan menuju Goa Kasah/dokpri
Jalan menuju Goa Kasah/dokpri

Sampai di Goa Kasah, kita akan disuguhi oleh pintu goa berteralis. Pintu goa berukuran kecil, hanya muat satu orang. Jika ingin masuk harus bergantian. Menurut penuturan Pak Manda, pintu goa memang berukuran kecil tapi di dalam goa cukup luas. 


Sayangnya penulis tidak membawa peralatan seperti senter dan tali. Tanpa peralatan beresiko untuk turun ke goa. Penulis pernah mengunjungi Goa Tiangko di Merangin, di sini tidak diperlukan peralatan senter dan tali karena mulut goa cukup luas dan cahaya bisa masuk ke goa. Kalau goa kasah benar-benar gelap.

Pintu masuk Goa Kasah/Foto Fatmi Sunarya
Pintu masuk Goa Kasah/Foto Fatmi Sunarya
Goa Kasah ditemukan pada tahun 1960 dan diperkirakan berukuran panjang 150 m dan lebar 20 meter. Diduga goa ini pernah menjadi berdiam manusia purba. Dinding goa merupakan batu alam terdapat motif pyramid dan beberapa obsidian.

Terdapat tempat duduk dan tempat tidur yang terbuat dari batu. Goa Kasah belum dilakukan penelitian lebih lanjut dan masih menyimpan misteri. 

Sumber foto https://www.tempatwisata.pro/wisata/Goa-Kasah
Sumber foto https://www.tempatwisata.pro/wisata/Goa-Kasah

Menurut penuturan Pak Manda, didalam goa terdapat burung wallet dan sarang burung wallet. Tapi warga tidak berani mengambilnya, karena di yakini jika diambil akan membawa malapetaka. Penulis sudah berjanji dengan Pak Manda untuk turun ke Goa Kasah di waktu yang akan datang dengan membawa peralatan.

Perjalanan pulang dari Desa Renah Kasah ini kita harus melewati jalan yang sama, karena desa ini jalannya buntu.  Dan penulis harus bersabar menerima goncangan ketika berkenderaan motor dengan kondisi yang penulis ceritakan diatas. Sepertinya dalam hidup ini memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi.

Rumah ladang/dokpri
Rumah ladang/dokpri

Pelosok negeri kita sangat elok untuk kita jelajahi dan penulis tidak pernah bosan untuk terus eksplorasi negeri yang elok ini. Ada beberapa target tujuan wisata alam yang belum penulis kunjungi karena dibutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra.

Lokasi wisata alam di Kabupaten Kerinci ada yang diperlukan jalan kaki yang cukup jauh, kadang memakan waktu berjam-jam. Medan cukup sulit dan harus memikirkan cukup tidak estimasi waktu satu hari perjalanan bolak balik.

Btw, wisata alam memang selalu mengasyikan, walau lelah tapi berdekapan dengan alam selalu membawa damai pikiran dan hati. Apalagi jika kita mendapatkan hasil memotret alam yang bagus.

Perjalanan ke suatu lokasi wisata alam kadang jarang kita lakukan beberapa kali. Seperti hidup ini, tidak pernah ada kata "dua kali", kesempatan hidup di dunia ini hanya sekali. So, nikmati hidupmu dan nikmati perjalananmu, semoga bahagia memelukmu dengan erat. Terima kasih, salam lestari.

Anak-anak Desa Sungai Sampun/Foto Fatmi Sunarya
Anak-anak Desa Sungai Sampun/Foto Fatmi Sunarya

Fatmi Sunarya, 28 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun