Kebun-kebun warga banyak ditanami tanaman tua seperti kulit manis, kopi, dan juga tanaman muda seperti jahe, cabe dan lain-lain. Kebun-kebun ini terletak di daerah perbukitan jadi tanahnya bukan daerah rawa. Seperti jalan menuju Goa Kasah, kebun warga dipenuhi kulit manis.
Seperti kita ketahui, Kerinci adalah sentra penghasil kulit manis terbesar di Indonesia. Hanya yang agak miris adalah, saat ini harga tanaman muda seperti kentang, cabe, tomat naik turun.
Seperti lahan cabe yang penulis lewati, mereka tidak memanen cabe-cabe tersebut karena harganya anjlok. Kalau harga anjlok, mahalan upah panen dari harga cabenya.
Saat ini di Pasar Sungai Penuh harga cabe Rp. 15.000/kilo. Itu harga pasar, kalau petani menjualnya paling di hargai Rp. 7.500/kilo. Tidak sesuai dengan biaya penanaman, perawatan ataupun pupuk.
Yang menjadi ikon Desa Renah Kasah adalah keberadaan Goa Kasah. Setelah mencapai Desa Renah Kasah kita harus berjalan kaki lagi menuju Goa Kasah. Melalui Kebun-kebun milik warga.
Penulis sempat kesasar beberapa kali karena Goa Kasah terletak di sebelah kiri, sedangkan penulis menyisir daerah bagian kanan. Untunglah sebelum ke Goa Kasah, penulis berhenti dan parkir motor di kebun milik sebuah keluarga Desa Renah Kasah. Mereka sedang menanam tanaman jahe.
Penulis cukup lama melepas lelah disini, mencicipi jeruk yang ukurannya mini dan manis. Dan ketika kesasar inilah salah seorang dari mereka menyusul penulis ke Goa Kasah, karena mereka kuatir kesasar.
Pak Manda akhirnya sebagai pemandu ke Goa Kasah. Jalan menuju Goa Kasah berbukit-bukit dan dipenuhi batu vulkanik. Mesti hati-hati agar tidak tergelincir. Jalan menuju goa ini dipenuhi oleh tanaman kulit manis milik warga.Â