Sampai di Goa Kasah, kita akan disuguhi oleh pintu goa berteralis. Pintu goa berukuran kecil, hanya muat satu orang. Jika ingin masuk harus bergantian. Menurut penuturan Pak Manda, pintu goa memang berukuran kecil tapi di dalam goa cukup luas.Â
Sayangnya penulis tidak membawa peralatan seperti senter dan tali. Tanpa peralatan beresiko untuk turun ke goa. Penulis pernah mengunjungi Goa Tiangko di Merangin, di sini tidak diperlukan peralatan senter dan tali karena mulut goa cukup luas dan cahaya bisa masuk ke goa. Kalau goa kasah benar-benar gelap.
Goa Kasah ditemukan pada tahun 1960 dan diperkirakan berukuran panjang 150 m dan lebar 20 meter. Diduga goa ini pernah menjadi berdiam manusia purba. Dinding goa merupakan batu alam terdapat motif pyramid dan beberapa obsidian.
Terdapat tempat duduk dan tempat tidur yang terbuat dari batu. Goa Kasah belum dilakukan penelitian lebih lanjut dan masih menyimpan misteri.Â
Menurut penuturan Pak Manda, didalam goa terdapat burung wallet dan sarang burung wallet. Tapi warga tidak berani mengambilnya, karena di yakini jika diambil akan membawa malapetaka. Penulis sudah berjanji dengan Pak Manda untuk turun ke Goa Kasah di waktu yang akan datang dengan membawa peralatan.
Perjalanan pulang dari Desa Renah Kasah ini kita harus melewati jalan yang sama, karena desa ini jalannya buntu. Â Dan penulis harus bersabar menerima goncangan ketika berkenderaan motor dengan kondisi yang penulis ceritakan diatas. Sepertinya dalam hidup ini memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi.
Pelosok negeri kita sangat elok untuk kita jelajahi dan penulis tidak pernah bosan untuk terus eksplorasi negeri yang elok ini. Ada beberapa target tujuan wisata alam yang belum penulis kunjungi karena dibutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra.