Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surilah

3 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu adzan subuh warga dikejutkan dengan teriakan Bu Rusmini. Bu Rus yang sedang menuju langgar Pak Sukri untuk segera melaksanakan shalat subuh berjamaah menemukan tubuh Surilah terkapar penuh darah di depan gang. Orang-orang berkerumun, mereka yang terbiasa bangun di siang hari seperti Lik Sito dan teman-teman seperjudiannya akhirnya mendadak melek untuk menyaksikan tubuh wanita tua yang tergeletak itu.

Sampai Surilah dikuburkan tidak ada orang yang tahu apakah ia mati dibunuh atau membentur-benturkan kepalanya sendiri pada sudut tembok yang lancip hingga mati. Namun orang-orang desa tidak memusingkan atas meninggalnya orang gila.

*

Pulang sekolah Kodrat berpisah dengan teman-temannya, ia tidak langsung pulang, ia menuju pemakaman dimana Surilah dikuburkan. Tangannya masih mengepal dendam, dalam hatinya marah dan sedih kenapa bukan ia yang membunuh orang gila itu. Dengan tatapan kosongnya Kodrat dikejutkan dengan kehadiran Lik Sito.

"Dratt, lagi ngapa kowe, ayuh bali?"

"Lik Sito mbengi karo Bapak ya?" sambil berjalan pulang Kodrat polos mencoba berbincang dengan pamannya.

"Lha iya, Nyong karo ramamu butul jam telu neng pos"

"Tapi Bapak nembe kondur pas Kodrat mangkat sekolah, Lik"

"Ya Lilik ora ngerti, Surilah wis mati kowe aja wedi diciwit maning"

Di rumah bapaknya sedang makan siang dengan lauk sambal dan tongkol goreng. Kodrat tidak buru-buru mengambil piring untuk ikut makan bersama bapaknya, sambil melihat ibunya yang sedang sibuk menyetrika baju Kodrat yang belum berganti pakaian duduk di seberang bapaknya yang sedang lahap menyantap makan siangnya.

"Ganti klambi disit nganah, malah plala plolo neng kono" Teriak bapaknya yang nafsu makannya terganggu karena Kodrat memandanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun