Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surilah

3 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Remaja itu akan baik-baik saja, ia akan menjalani kehidupannya seperti semula meskipun tanpa mata." Ucap Kodrat kepada kepala wanita dengan jeroan terurai terbang. Halimun mengepul menutup bingkai, Kodrat bergegas pulang.

*

...

Surilang njot-njotan

Burung dara burung merpati
Burung dara burung merpati
Terbang melayang tinggi di awan
Hei sayang di sayang

...

"Awas ada Surilah, kalo dicubit pipimu berdarah!!"

Warga sekitar alun-alun Ajibarang menyingkirkan anak-anak mereka dari cubitan Surilah yang mematikan. Ia diabaikan, Surilah selalu duduk-duduk saja setiap jam dua belas siang sampai adzan ashar berkumandang. Tempat duduknya tidak pernah berubah, selalu di atas batas toko yang disemen di sebelah wadah rotan penyimpanan arang yang baunya khas. Tempat itu tepat di ujung gang kecil di mana anak-anak sering berlarian sehabis pulang sekolah, mungkin Surilah hanya ingin melihat anak-anak pulang sekolah dan mencubit pipi gemas mereka.

Anak-anak ini berlarian menghindari Surilah yang hanya duduk terdiam dan seakan malas mengejar anak-anak yang kepalang takut ini, semua berhamburan dengan rasa was-was namun masih sempat meledek "Surilah njot-enjotan wlee wlee wleeee...". Surilah mengabaikan mereka. Kodrat tepat berdiri di depan Surilah yang sedang duduk lesu, Kodrat tidak mencoba untuk berlari ataupun menghindar seperti teman-temannya.

"Drat! Gi ngapa kowe, awas diciwit Surilahh!" Begitu teriakan teman-temannya dengan khawatir melihat Kodrat.

Tanpa rasa takut dan bergeming sedikitpun Kodrat begitu dekat dengan Surilah, anak-anak yang lain memandang Kodrat seakan mendekati kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun