"Remaja itu akan baik-baik saja, ia akan menjalani kehidupannya seperti semula meskipun tanpa mata." Ucap Kodrat kepada kepala wanita dengan jeroan terurai terbang. Halimun mengepul menutup bingkai, Kodrat bergegas pulang.
*
...
Surilang njot-njotan
Burung dara burung merpati
Burung dara burung merpati
Terbang melayang tinggi di awan
Hei sayang di sayang
...
"Awas ada Surilah, kalo dicubit pipimu berdarah!!"
Warga sekitar alun-alun Ajibarang menyingkirkan anak-anak mereka dari cubitan Surilah yang mematikan. Ia diabaikan, Surilah selalu duduk-duduk saja setiap jam dua belas siang sampai adzan ashar berkumandang. Tempat duduknya tidak pernah berubah, selalu di atas batas toko yang disemen di sebelah wadah rotan penyimpanan arang yang baunya khas. Tempat itu tepat di ujung gang kecil di mana anak-anak sering berlarian sehabis pulang sekolah, mungkin Surilah hanya ingin melihat anak-anak pulang sekolah dan mencubit pipi gemas mereka.
Anak-anak ini berlarian menghindari Surilah yang hanya duduk terdiam dan seakan malas mengejar anak-anak yang kepalang takut ini, semua berhamburan dengan rasa was-was namun masih sempat meledek "Surilah njot-enjotan wlee wlee wleeee...". Surilah mengabaikan mereka. Kodrat tepat berdiri di depan Surilah yang sedang duduk lesu, Kodrat tidak mencoba untuk berlari ataupun menghindar seperti teman-temannya.
"Drat! Gi ngapa kowe, awas diciwit Surilahh!" Begitu teriakan teman-temannya dengan khawatir melihat Kodrat.
Tanpa rasa takut dan bergeming sedikitpun Kodrat begitu dekat dengan Surilah, anak-anak yang lain memandang Kodrat seakan mendekati kematian.