Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Samgong

6 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 6 Mei 2020   13:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lha kok jam segini sudah pulang?"

"Ndak Pak, lagi pening"

"Wes maem urung?"

"Nanti saja Pak"

Bapak tidak pernah menanyakan dan menyinggung masalah bujang yang tidak kunjung menikah ini. Pada dasarnya Bapak memang orang yang cukup nyentrik sehingga tidak begitu peduli dengan urusan anak-anaknya. Masalah adikku ingin menikah lebih dulu pun Bapak sudah mengizinkan dari jauh hari tanpa perlu menoleh sedikitpun ke arahku, lebih tepatnya terserah saja. Orang-orang di kantor pasti sudah ramai membicarakanku dengan segala kebodohan yang kubawa kencang menggunakan motor. Motor yang kuperoleh beberapa tahun lalu dari gaji besar yang mendadak diberikan pemerintah.

Benar saja tidak sampai besok pagi berita tentang orang-orang yang muntah-muntah di desa dekat pemakaman baru itu sudah sampai ditelinga tetangga-tetanggaku. Katanya mereka keracunan, banyak orang berasumsi keracunan setelah minum air sungai yang mungkin terlalu dekat dengan kuburan baru dan belatung jasad penuh kuman merambat ke sumber air.

Seketika perkampungan menjadi sepi, dan pedagang-pedagang malam di alun-alun kota mendadak menutup kedai dan membawa pulang gerobaknya. Patroli Polisi membawa pengeras suara melarang orang-orang keluar rumah malam ini. Suara sirine ambulan bolak-balik saling siul dari satu distrik ke distrik yang lain. Sialan, dalam benak ku padahal malam ini aku ingin sekali cari angin segar, sekadar keliling kota atau mengepulkan asap rokok di alun-alun kota seperinya cukup membuang penat.

Sudah kacau ditambah beredar berita beginian mau jadi apa aku besok di kantor. Kepala bagian sedang galak-galaknya dan wali kota sedang gemar bermain-main. Dimbel pun tidak kelihatan batang hidungnya malam ini, mungin ia sedang berdoa sampai menangis takut mati membawa dosa. Atau malah sedang lemas mendengar omelan bini nya karena hobi judi dan jajan nya bikin hidup nyaman jadi runyam.

---

Sepertinya aku melewati masa-masa yang sulit saat ini. Tahun lalu Amerika pergi ke bulan tapi disini beredar berita tentang simpang siur pembantaian di Purwodadi. Di saat Amerika dan Uni Soviet sibuk perang cepat antariksa, kami disini masih saling bacok karena hasutan dan isapan jempol. Berita baik dan buruk datang dalam kabar harian yang tak berujung. Kali ini orang-orang tidak lagi datang sendirian, melainkan dengan beberapa mahasiswa dan orang-orang yang membawa pengeras dan perekam suara. Gerbang kantor balai kota ditutup rapat-rapat, beberapa anggota ABRI berhadang untuk aksi yang lebih brutal. Sepertinya akan terjadi kekacauan. Aku memantau dari teras kantor dan orang-orang mulai berkerumun, mengibarkan beberapa spanduk dan meneriakan kata-kata kasar.

Semenjak sepekan lalu orang-orang mulai menunjukan keberaniannya menentang sesuatu yang belum pasti. Ya, memang belum pasti, namun kabar simpang siur tentang bobroknya pemerintah dan kasak-kusuk korupsi pejabat setiap hari lewat wara-wiri dari telinga dan surat kabar yang sebentar-sebentar diberedel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun