` Â Â Â Â Â "Wes lah, Man, Aku wes males..."
      "Tapi ini informasi yang bener, Mas"
      "Kalo sudah habis badhegnya, segera pulang saja, sudah mendung"
      "Mas!!"
      Seketika itu juga petir menyambar degan arogan dan hujan tidak sekali dua mengintip tanpa gusar mengguyur seisi kecamatan. Tidak sia-sia ternyata ritual menari dan berasap yang diadakan rutin di balai kota meskipun cukup merepotkan karena menghalangi akses masuk dan membawa masa lebih banyak untuk berdemo. Mas Kardi pun terlihat sumringah melihat hujan yang seketika menghantam tanah menjadi becek.
      "Man, tak kandani kowe, kamu itu sudah 30 punjul durung mbojo, Samgong!, wes urusen urusanmu sendiri!. Mbok desa ini arep diobong, arep diracun, mau digusur, dibikin jalan besar, Bodoa!"
      "Maksudmu apa, Mas...??"
      "Mbok aku wis ngomong ora urusan sama sekali!"
      "Tapi, Mas..??"
      "Mending aku sing mundur, Man"
      "Mundur kemana??"