Fakta di lapangan menunjukkan ayam petelur cenderung menghasilkan lebih sedikit telur saat terpapar suhu lingkungan yang tinggi. Cuaca panas dapat mengganggu siklus reproduksi ayam, mengurangi ovulasi dan mengganggu produksi telur.
Selain itu suhu yang tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas telur seperti ukuran, kekerasan, cangkang dan kualitas kuning telur.
Hal ini bisa diterangkan, ketika cuaca panas ayam akan meningkatkan pernapasan terlihat ayam bernapas lebih cepat atau painting atau megap-megap.
Pada kondisi ini ayam akan mengeluarkan sebagian kalsium yang ada dalam tubuhnya bersama proses painting tadi.
Akibatnya, unsur kalsium yang sanagat diperlukan untuk pembentukan kerabang telur jadi terganggu, sehingga tidak heran pada musim kemarau banyak telur yang dihaslikan, kerabangnya lunak.
Kedua, kelembaban tinggi.
Cuaca dengan kelembaban udara yang tinggi dapat berdampak negatif pada produksi telur ayam. Kelembaban yang tinggi meningkatkan risiko penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, yang dapat mengganggu kesehatan ayam. Ayam yang sakit atau tidak sehat cenderung mengalami penurunan produksi telur.
Ketiga, badai dan bencana alam.
Cuaca ekstrem seperti badai, banjir, atau bencana alam lainnya dapat menyebabkan stres fisik dan emosional pada ayam. Ayam yang mengalami stres yang berlebihan dapat menghentikan produksi telur sementara waktu.
Selain itu, bencana alam juga dapat merusak infrastruktur kandang ayam, menyebabkan kerusakan pada sarana produksi dan menyebabkan penurunan produksi telur secara langsung
Keempat, ketersediaan makanan.