Mohon tunggu...
M Alfarizzi Nur
M Alfarizzi Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Paralegal Posbakumadin Lampung

Paralegal yang senang bertutur melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pasca Kehidupan

4 Desember 2024   18:56 Diperbarui: 4 Desember 2024   19:01 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekumpulan orang sedang menatap langit (Sumber: cinema reborn)

Sejauh mata memandang hanya pasir putih yang membentang. Aku memutuskan menuruni bukit, menyisir pinggiran pantai, dan membiarkan alunan ombak menyentuh jari-jemari kakiku. Aku merindukan ini, aku merasa kematianku demi negara amat setimpal dengan cakrawala alam ini, daripada sekedar tanda jasa yang dianugerahkan kepada prajurit yang telah mati dalam berperang.

Semelir angin yang datang dari laut tidak pernah berhenti. Kehangatan dan kesejukan bukan hanya terasa pada ragawi saja, tetapi pada kebebasan diri yang aku nanti selama ini. Aku terus berjalan mencari pintu keluar, tidak sengaja melihat batang pohon yang cukup besar, tergeletak di pinggiran pantai. Awalnya tidak ada yang aneh hingga aku melihat seorang pria yang tengah duduk melamun di atas batang pohon besar itu dengan menghadap arah laut.

Aku mempasatkan mata dan penglihatanku sama sekali tidak berbohong. "Ada orang selain aku disini.." pikirku. Aku hendak sekonyong-konyong memanggil pria itu, tetapi aku rasa itu akan menjadi kesan yang tidak sopan. Aku memutuskan untuk mendekati pria itu.

Pria itu menoleh, "Hei, dirimu juga sudah disini rupanya.."

Aku diam tertegun, pria ini bukanlah orang asing bagiku. "Sensei Akira !", aku tercengang kaget. Ini bukan penampakan, jelas ini adalah guruku pedangku selama mengambil studi di Jepang 7 (tujuh) tahun yang lalu.

Sensei Akira melayangkan tangan, "Yo, duduk disini nak" tawarnya.

Aku tanpa segan duduk bersampingan dengan salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku. "Jadi sejak kapan ?" aku bertanya.

"Entahlah nak, aku juga telah lupa. Jelas kalau aku ada disini berarti aku memang telah tiada.."

"Kau benar, dirimu pernah berkata 'Jangan pernah bertanya bagaimana dan kapan mereka mati, tetapi tanyakan bagaimana cara mereka hidup'. Sial aku jadi lupa soal kata-kata mutiara itu dari mulutmu Sensei"

"Huh, jadi kau tidak mengajak mereka (istri dan anakmu) untuk berlibur ?"

"Tidak sensei, mungkin nanti tidak sekarang. Sejenak aku ingin berlibur sendiri dulu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun