6. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri.
7. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria,
daripada mengatakan dompet atau burung.
8. Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalaupembicaraan seks adalah pribadi.
9. Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orangtua untuk setiap pertanyaan tentang seks.
10. Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks dengan memberikan pemahaman kepada anaktentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.Saat anak sudah bisa nalar terhadap struktur tersebut orang tua bisa mengkaitkannya dengan pelajaran fiqh.
11.Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam kehidupan seharihari dan juga saat melaksanakan salat akan mempermudah anak memahami dan menghormati anggota tubuhnya.
       Sebagaimana telah disebutkan, teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan menyesuaikan terhadap kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian dan bahasa amat perlu dipertimbangkan.
       Clara Kriswanto Secara lebih luas, penelitian Katharine Davies memperkuat sisi penting pendidikan seks ini. Hasil penelitian Katherine menunjukkan bahwa perempuan yang telah menerima pendidikan seks pada usia dini, 57% menikah dengan bahagia.10 Pendidikan seks berperan positif dalam membangun mahligai kehidupan keluarga yang lebih baik karena dalam prosesnya ada desain pembelajaran yang mempertimbangkan tentang kebaikan anak.. (Roqib. 2008. "Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini". Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, (Online), Vol.13. (http://ebookily.org/pdf/7-pendidikan-seks-pada-anak-usia-dini-m-roqib-28790900.html, diunduh 2 Juni 2014 )
       Pendapat dari Kriswanto (2006) seksualitas dapat diajarkan sedini mungkin yaitu sejak anak dilahirkan. Ketika anak masih bayi orang tua khususnya ibu dapat memberikan rasa nyaman ditubuh anak dengan cara memberi sentuhan-sentuhan yang dilandasi kasih sayang, misalnya saat memandikan, selalu menjaga kebersihan bayi. Jadi keadaan si bayi, ruangan dan tempat tidurnya harus selalu dijaga kebersihannya. Hal itu akan berdampak pada penerimaan dirinya, anak merasa bahwa dirinya berharga, dicintai, disayangi, diperhatikan dan dirawat dengan baik. Saat anak mulai bisa diajak berbicara, orang tua bisa mengajak anak untuk mengenali bagian-bagian tubuhnya, misalnya mengenalkan organ-organ tubuh beserta fungsinya, seperti kepala, tangan, kaki, panca indera dengan bahasa yang sesederhana mungkin. Hal ini dapat membantu anak untuk mengenali, menerima dan menghargai anggota tubuhnya.
       Peranan orang tua terutama ibu dalam memberikan informasi seksualitas kepada anaksangat besar, karena secara emosional ibulah yang mempunyai kedekatan dengan anak. Ibulah yang melahirkan anak, merawat anak sejak bayi, memberinya kasih sayang dan perhatian. Sikap ibu dalam memperlakukan anak sejak bayi membawa pengaruh pada anak untuk memperlakukan dirinya seperti halnya ibu memperlakukan dirinya. Jika ibu selalu menjaga kebersihan dan kesehatan pada anggota tubuh anak maka kelak anak juga akan lebihmenghargai dirinya sendiri.