Mohon tunggu...
Ayoung F. Athar
Ayoung F. Athar Mohon Tunggu... -

jika dengan membaca engkau tidak akan buta, maka dengan menulis engkau akan tetap hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaca Kenangan (Kompas: Secabik Puisi)

30 Agustus 2016   11:10 Diperbarui: 30 Agustus 2016   11:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menyulang Pengharapan

Pada malam yang buncit aku terjaga

Melempar pandang ke langit kamar

Mataku nyalang

Menunggu angka, tanggal dari kalender

Detik dan menit membelah jam

Hari, minggu dan bulan menggulung tahun

Lalu waktu menyulam usiamu, santun

Enam tahun yang lalu

Senyummu tumpah di pelataran tanah

Kemudian menjalar di sekujur rumah

Lalu,

Airmatamu membasuh tangis Ibu

Menyeka peluh Ayah

Malam ini jarum jam menampar angka, 00:00

Sepasang tangan menengadah

Diantara dada dan batang dagu

Dalam pekat malam dan ketenangan do’aku pada Tuhan

Sementara namamu, senantiasa aku repal dalam dzikir sepanjang ingatan

Lalu, dari kelopak bibirku aku menyulang pengharapan

Agar sepanjang usia, Tuhan berkahkan

Tuhan lapangkan segala upaya menuju kejayaan

Segala kebaikan senatiasa merangkul dalam darah perjuangan

Dan gemilang buah pencapaian

Maka diantara jantung dan hatiku tiadak akan susut aku aminkan

Di sela khidmat do’aku aku tuturkan

Selamatulangtahunadindatersayang

Yang di tubuhmu aku dapati segala getar

Surabaya, 01 Agustus 2016

Membaca Kenangan

Jantungku berdentum, liar
 Mataku membaca wajahmu di langit kamar

Kilas merah beranjak dari hatimu, terkunci di dadaku

Mataku, sayang

Membaca berkeping-keping kenangan mengutuk ingatan

Wonocolo, 28 Agustus 2016

Kopi dan Tuan

Kopi

Dalam perkumpulan

Orang-orang menyulangmu kedalam gelas kaca

Menyajikan di atas meja

Lalu hangat mengikat percakapan yang nikmat

Diantara gula yang tuntas larut

Juga kau yang kehabisan sari

Di atas meja bundar

Kau mengepul percakapan

Pisah yang menuntaskan jumpa di tubuhmu

Lalu peluk tumpah di geligir meja

Rindu meleleh di sepasang tubuh manusia

Tuan

“Tuan, sungguh tuntas sepasang cankir kopi meracik percumpaan kita semalam. Bahkan rasa gula pun beranjak dari lidahku”

Apa yang menalar di tidurmu siang ini, Tuan

Adakah percakan kita di sana

Atau mimpi kuyup oleh leler liurmu

Aku melihat dari balik jendela kamarmu

Matamu tarkatup rekat

Betis dan pahamu terlipat hingga dada

Seketika tubuhmu mengecil di kelopak mata

 23 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun