Oleh: Hayyul Faridah *
Riwayat Kenangan
Waktu membungkus kenangan
Aku tinggalkan di tikungan menuju rumahmu
Rindang pohon jati tidak menahan langkahku lagi
Sementara semak belukar di kaki, mengingatkan aku pada petang malam yang menumpas sunyi
Lorong kecil menuju rumahmu
Bibir jurang menganga
Sementara pikiranku mulai nakal di tengah gelap memeluk kita
Bagaimana jika kita dihadang lalu dibegal?
Atau kuntilanak menculikku dari belakangmu
Sedangkan kau sibuk mengemudi sepeda pun terus berbicara menghalau sepi
Tubuhku gemetar di balik punggungmu
Begitu dekat dengan rusukmu
Rusukmu, tepat di hapan hatiku
Tidakkah kau bertanya bagaimana takut yang memburu
Di antara kesibukanku menyapu wajah dengan rambut kasarmu
Dari belakang daun telingamu aku berbisikÂ
Pada bulan yang tenggelam di matamu
15 CM di depan wajahku
"esok atau lusa, masihkah lelakiku ini semanis kemarin atau malam ini?"
Waktu membungkus kenangan
 Aku tinggalkan di tikungan menuju rumahmu
Sumenep-Surabaya, 13 Juli 2015
Hujan
Selamat pagi hujan
Rupanya kau turun mendahului terik
Sebelum usai kuhitung tasbih dalam subuh yang pekat
Sehabis selimut aku lipat
IniÂ_pagi hakiki
Di tubuhku kau himpun segala rupa sunyi
Surabaya, Desember 2015.
Kenangan dalam Hujan
Sebab ingatanku diguyur hujan
Separuh kenangan kubiarkan menjadi sungai
Mengalir ke hilir
Melupakan hulu yang penuh harapan
Kuala Pembuang, 20 Pebruari 2016
*Mahasiswi UINSA Surabaya, jurusan Filsafat Agama, Smester VI.
Aktifis FAMI Cabang Surabaya, dan Kompasianer, merupakan alumni dari Pondok Pesantren Annuqayah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H