Pak doyong dengan berjalan perlahan dan badan yang tegap sudah ada di podium acara, ratusan peserta menyambutnya dengan tepuk tangan dan senyum lebar-lebar, Pak doyong mengeluarkan jargon-jargon dan slogan-slogan fenomenal seorang training seperti biasanya, “Harus Bisa!”, “Harus Semangat!”, “Tidak Boleh menyerah!”, dan sejenisnya. Jargon- jargon itu selama 4 jam ia mengisi acara selalu menghiasi dan tidak jarang dilakukan pengulangan.
Gih melihat bagaimana seorang pak doyong membius peserta dengan retorika dan slogan yang kerap ia ulang-ulang, gih nyeletuk, “tidak bosan kah mereka dengan slogan tersebut?” kenapa tidak diganti dengan “Bubur ayam sunda enak!”, “garam rasanya asin!”, atau “gula rasanya manis”, hal itu adalah fenomena-fenomena yang lebih realistis karena berdasarkan dari pencerapan pancaindera ketimbang ucapan pak doyong, begitu ia berkelakar.
Acara itu berlangsung dilantai 20 gedung pencakar langit dekat bundaran HI, sementara di waktu yang hampir bersamaan, di basement gedung tersebut, seorang pemuda yang biasa dipanggil Panjoel, bertugas menagih harga parkir bagi kendaraan yang keluar-masuk gedung tersebut, hari-hari ia melakukan triknya, ia memindahkan fakta ke dalam penginderaan secara keliru, bila tertera tagihan 2 ribu dalam layar lcd-nya, ia bilang kepengendara bermotor 3 ribu, hampir setiap pengendara yang secara gesture tidak begitu perduli dengan permainannya ini, ia lancarkan sejurus tersebut.
buat nambah – nambah uang rokok!, kalo Cuman ngandelin gajih, mana cukup buat rokok sama jajan!
begitu ia bicara ke teman-teman satu pekerjaannya, yang secara tak sadar sedang ia pengaruhi untuk dapat mencapai sebuah elaborasi yang sama dan menawan dalam melakukan sebuah kecurangan, partner kejahatan.
Lebih dari dua ratus meter dari gedung tersebut, terdapat sebuah pusat perbelanjaan, Sasha datang bersama teman-temannya se-angkatan kelas 4 SDN 06 Pagi Cirendeu, ia datang bertiga, sasha diberi mandat untuk jadi ketua kelompok tersebut, ia kesana bukan untuk berbelanja bersama teman-temannya, tapi siang itu ada band favoritnya dan teman-temannya bakalan tampil, co’boi junior, nama bandnya, Sasha dan ketiga temannya sangat amat begitu menyukai Co’boi Junior, ia bisa dibilang sebagai fans garis keras co’boi junior, layaknya ultras Curva Sud dan Curva nord untuk para fans fanatik sepakbola di Italia yang berada di tribun utara dan selatan, dimanapun band itu tampil, sasha dan teman-temannya selalu berupaya menguntil,untuk dapat menyaksikannya.
Fans co’boy Junior Garis Keras!
Gih berucap, melihat fenomena anak SD yang keranjingan artis idolanya.
Dari beberapa kejadian tadi, Orang-orang tersebut dinilai aneh menurut perspektifnya gih, tapi tidak bagi perspektif orang yang bersangkutan, buktinya di alam yang lebih Real dari sebuah mimpi semalam gih, fenomena – fenomena tersebut bisa kita jumpai.
***