Pada saat hampir bersamaan, Reni menangis, minta dibelikan baju seragam dan sepatu baru,karena sudah masuk tahun ajaran baru, ia melihat teman-teman sepermainannya dibelikan sepatu dan baju baru oleh orang tuanya, reni merengek, tangisan itu tak jarang menghasilkan jeritan, reni sianak ke-3 itu bersikeras dan mendesak bapaknya yudi, yudi berusaha menghibur anaknya, dengan tetap menjanjikan sepatu dan baju baru...
“Nak, jangan lagi menangis, bapak akan belikan baju dan sepatunya, tapi tidak sekarang yah nak,karena punya kamu yang sekarang masih bagus dan bisa dipakai, tapi secepatnya bapak janji...”
Gih dipertontonkan pandangan yang sedikit dramatis, tentang dinamika, lika-liku, kesulitan seorang kepala keluarga yang berlokasi di negeri tempat yang sekarang di tempati Gih,negeri yang konon katanya kaya raya, namun rakyatnya hidup sengsara, ia menikmati pemandangan tersebut, dalam mimpi deskripsi itu tervisualkan nyaris sempurna, awal saat dipecat di kantor hingga rengekan reni ia bisa saksikan, dalam mimpi kali itu ia dapat mengunjungi dua tempat di lokasi yang berbeda tanpa perduli dan harus tergesa-gesa dengan rentetan waktu.
***
Igo adalah seorang aktivis mahasiswa tadinya, se-dekade yang lalu, ia dicari-cari rezim,pernah di culik dan jadi tahanan politik, bersama teman-temannya, sifat yang terlalu kritis menghantarkan dirinya pernah menjadi musuh dari Rezim berkuasa.
Tapi kini, posisinya berbeda, keadaan tak lagi sama, ia kini tidak lagi di cari-cari penguasa, apalagi diculik, igo terlihat duduk manis menghadiri rapat-rapat kerja di dewan perwakilan rakyat, dengan setelan hari-hari kemeja dan jas yang match, ia kini masuk lingkaran sistem, ia hadir sebagai representasi yang sangat amat transenden buat rakyat,“Saya dipilih oleh rakyat, dan bertugas mewakili rakyat!” begitu klaimnya,
Masuk periode keduanya di gedung milik rakyat dan hampir habis, ia mengemban misi untuk bisa selamat mengamankan posisinya lagi duduk di gedung tersebut, berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan elektabilitasnya kembali, banyak jalan menuju Roma,banyak cara melanggengkan takhta, termasuk jalannya adalah membuat buku, ia membuat buku tentang hal-hal yang heroik berkaitan dengan Revolusi dan dirinya,perubahan mendasar menuju negara sejahtera yang di cita-citakan. Dan ia merasa pandai untuk menjelaskan karena pernah menjadi agensi perubahan, Tapi hal ini bagi sebagian orang bak lelucon garing yang sedang dipertontonkan komedian sadis dengan melukai lawan mainnya dengan palu dan golok di tengah-tengah pemirsanya, mengingat apa yang pernah ia suarakan dan pernah ia lakukan,kemudian dibandingkan dengan apa yang sudah dan baru saja ia lakukan selama dua dekade bercokol di kursinya, bagaimana seorang Igo sebenarnya tidak lagi tahu menahu dan tidak ingin ada sangkut pautnya tentang Revolusi , karena Revolusi/perubahan mendasar berarti banyak hal dan salah satunya dapat mengancam keberadaannya.
Gih meludah jauh dibelantara hutan beton di alam mimpinya, melihat sang politisi, ia jijik dengan jualan dan kampanye sang politisi yang dibalut hal-hal heroik tentang romantisme sejarah perjuangan. Tak tahan melihat tampang dan wajah sang politisi, gih terbang, pergi menjauh untuk mengunjungi orang berbeda
***
Ipul sudah siap memasuki pintu masuk tempat ia memompa semangatnya agar terus dan terus bekerja dengan giat, dengan tinggi harapan dapat menghasilkan uang yang banyak, “Investasi masa depan!” ia berucap. sebelumnya, ia sudah membeli tiket masuk acara yang ia tuju, yakni Training Motivasi pak Doyong seharga belasan juta, uang itu ia sengaja kumpulkan selama 1 tahun bekerja di toko Material pasir bagian accounting.