Pendekatan Indonesia: beranda depan versus bagian belakang
Pernyataan Presiden Jokowi terhadap pembangunan perbatasan tidak jauh berbeda dengan pejabat-pejabat sebelumnya dari tingkat pusat sampai daerah. Inti pernyataan adalah bagaimana PPLB/PLBN “nampak bagus dari negara tetangga”. Beda dengan presiden sebelumnya, Presiden Jokowi akan segera mewujudkannya (Di sini).
Konsep pembangunan yang menjadikan daerah perbatasan sebagai beranda depan secara mendasar tidak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Daerah perbatasan yang sebelumnya bagian belakang, sekarang menjadi bagian depan. Beranda depan secara konkrit hanya mencakup sebagian kecil daerah perbatasan. Ini karena perbatasan Kalbar dengan Malaysia yang relatif panjang (sekitar 966 Km) yang sebagian di antaranya berada di pedalaman yang sulit dicapai.
Beranda depan ada yang hanya mencakup PPLB dan sekitarnya. Ini dapat dilihat di PPLB Aruk dan sekitarnya yang terlihat megah (lihat berbagai foto PPLB Aruk di atas) namun tidak didukung oleh jalan yang memadai. Jalan dari Kota Sambas menuju PPLB Aruk (Kecamatan Sajingan) sepanjang 9.998 km rusak berat dan berlumpur terutama ketika musim hujan (Di sini). Ini berbeda dengan jalan yang menuju PPLB Biawak, dari arah Malaysia, yang berdampingan dengan PPLB Aruk.
[caption caption="Jalan berlumpur antara Kota Sambas dan PPLB Aruk "]
[caption caption="Jalan di Sarawak yang menuju PPLB Biawak (Sarawak) -PPLB Aruk (Kalbar)"]
[caption caption="PPLB Biawak (Sarawak) yang berhadapan dengan PPLB Aruk (KalBar)"]
Daerah perbatasan yang berada di pedalaman sebagian besar akan masih belum tersentuh dan akan tetap menjadi bagian belakang. Penduduk yang sebelumnya pergi ke Malaysia melalui jalan tikus karena lokasi tempat tinggal yang jauh dari PPLB -walau bertempat tinggal di daerah/kecamatan perbatasan-, sebagian masih akan menggunakan jalan tikus yang sama karena pembangunan perbatasan belum menjangkau daerah mereka (Puring Kencana Kabupaten Kapuas Hulu, Siding, Sintang).
Para petani harus menempuh jalan yang cukup jauh dan sulit untuk membawa produk pertanian yang akan dijual ke Malaysia (Di sini). Tidak ada pilihan yang lebih baik karena jalan menuju pasar di Indonesia lebih sulit lagi selain jumlah pembeli yang terbatas.
[caption caption="Surat terbuka untuk Presiden dari Kartiyus tentang kondisi jalan yang buruk di daerah perbatasan Sintang "]