Selesai mengunggah ke Kompasiana, tulisan laporan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di NTT, saya sempat melirik arloji, wah … sudah masuk Senin, 28 Desember 2015, jam 02.00 pagi. Mas Isjet juga masih belum tidur, sibuk menulis hal yang sama. Sebelum berangkat tidur, saya menemukan secarik kertas yang terselip dari bawah pintu kamar Hotel Sotis, Kupang, tempat kami menginap.
Saya baca tulisan pada kertas itu. Intinya memberitahukan, agar besok jam 08.00 pagi seluruh wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA peliput kunker Presiden Joko Widodo sudah harus check out dan stand by di lobby hotel. Apabila ada barang-barang yang akan ditempatkan di bagasi pesawat, letakkan saja di depan pintu kamar hotel, karena pada jam 07.00 akan diambil petugas dan langsung dibawa ke bandara.
Pesan itu juga berbunyi, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo akan meninggalkan Hotel Sotis menuju Bandar Udara El Tari, Kupang, pada jam 08.15 wita.
Ya, agenda kunker hari terakhir ini adalah menuju Kabupaten Belu, sekitar 279 kilometer dari Kupang, menuju ke pos perbatasan dengan Timor Leste. Menggunakan dua unit pesawat CN-295 milik TNI AU, perjalanan menuju Bandar Udara A.A. Bere Tallo di Belu, ditempuh hanya dalam tempo kurang dari satu jam.
Turun dari pesawat, rombongan disambut hujan. Dan ketika semua rombongan kepresidenan sudah memasuki kendaraan masing-masing, segeralah iring-iringan kendaraan mengarah ke Desa Fetuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, lokasi dimana groundbreaking pembangunan Bendungan Rotiklot segera diresmikan Presiden Joko Widodo.
Usai meresmikan groundbreaking Bendungan Rotiklot, rombongan kepresidenan bergerak lagi menuju wilayah perbatasan RI dengan Timor Leste. Tepatnya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Desa Motaain, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten/Kota Belu. Tiba di lokasi, Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo langsung menyimak pemaparan rencana pembangunan tujuh PLBN Terpadu di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di Entikong, Nanga Badau, Aruk, Motaain, Matamasin, Wini, dan Skouw.
PLBN Terpadu merupakan pos pemeriksaan lintas batas orang dan barang keluar masuk batas wilayah negara. PLBN merupakan bangunan yang menyelenggarakan fungsi keimigrasian, kepabeanan, karantina, keamanan, dan fungsi-fungsi lain yang diperlukan.
“Pembangunan gedung kantor perbatasan dilakukan karena kantor yang ada saat ini sudah tidak layak. Padahal semestinya, kantor perbatasan menjadi gerbang terluar Indonesia yang harus nampak bagus dari negara tetangga. Sudah terlalu lama wilayah perbatasan menjadi wilayah terluar dan sering dikesampingkan pengembangannya. Malah, terkadang kantor yang berada di wilayah perbatasan tak ubahnya seperti kantor kelurahan,” tutur Presiden Joko Widodo.
Selain meninjau proyek pembangunan PLBN Terpadu Motaain yang berdiri di atas lahan seluas 8,03 hektar dan luas bangunan 8.554,12 m2, Presiden Joko Widodo juga melihat secara langsung garis batas perbatasan. PLBN Terpadu Motaain dikerjakan PT Waskita Karya dengan nilai kontrak lebih dari Rp 82 miliar, dan diharapkan rampung pengerjaannya pada 26 Oktober 2016. Di sini, nampak sejumlah prajurit militer dari kedua negara saling menjaga wilayah territorial masing-masing. Selain, ada aktivitas ekonomi yang berdenyut dalam bentuk terminal angkutan umum, pasar dan sebagainya.