Mohon tunggu...
Farhan Nugraha
Farhan Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalis

Manajer Komunikasi Publik Netfid Indonesia | Reporter Investortrust | Fungsionaris PB PMII

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kinerja Gibran 'Si Anak Ingusan'

20 Juli 2023   15:00 Diperbarui: 20 Juli 2023   16:14 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo. Sumber: surakarta.go.id

Siapa tidak kenal Gibran Rakabuming Raka atau yang akrab disapa Gibran. Ia adalah Wali Kota Solo yang dilantik sejak 26 Februari 2021 lalu.

Dalam perjalanan karir politiknya, Gibran memikul beban di mata publik sebagai seorang putera Presiden Jokowi. Masih hangat, Gibran disebut sebagai 'anak ingusan' oleh politisi senior PDI-P Panda Nababan.

Sorotan publik sudah tertuju pada Gibran bahkan sejak sebelum ia memulai kerja sebagai seorang Wali Kota.

Ketika dilantik sebagai Wali Kota Solo, Gibran baru menginjak usia 33 tahun saat itu. Di tengah sorotan publik, nyatanya Gibran yang disebut sebagai 'anak ingusan' mampu membuat sejumlah terobosan signifikan dalam memimpin Kota Solo.

Terlepas dari status Gibran sebagai putera Presiden Jokowi, publik seharusnya mampu melihat secara obyektif bagaimana kinerja Gibran dalam kerja-kerja dan capaian kepemimpinan.

Dan kemudian, apakah Gibran layak disebut 'anak ingusan'?

Indeks Kepuasaan Masyarakat yang Tinggi

Universitas Slamet Riyadi (Unisri) belum lama ini merilis hasil survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terkait dua tahun kinerja Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa dalam memimpin Kota Solo.

Dilansir dari detikJateng, rilis survey yang dilakukan oleh Unisri menyebut bahwa tingkat kepuasaan publik terhadap kepemimpinan Gibran mencapai angka 96 persen dengan jumlah skor 1.709 serta 3,057 dengan kategori memuaskan.

Bahkan masih menurut hasil survey yang dilakukan, Unisri menyebut bahwa kinerja Gibran lebih baik dibanding FX Hadi Rudiyatmo, yang merupakan Wali Kota sebelumnya.

Masih dilansir detikJateng, survey tersebut diambil dari 560 responden di 56 titik di Kota Solo. Melalui survey tersebut sebanyak 76,8 persen memilih Gibran sedangkan 12,3 persen menyebut FX Rudy masih lebih baik.

Melalui survey yang dirilis Unisri pada Februari 2023 lalu ini, dapat menjadi salah satu rujukan akademis terkait capaian signifikan kinerja Gibran dalam memimpin Kota Solo.

Gibran dan Pembangunan 17 Titik Prioritas Solo

Gibran menandai masa kepemimpinannya sebagai Wali Kota dengan menjalankan proyek pembangunan di 17 titik prioritas Kota Solo. Di tengah keterbatasan sumber daya yang dimiliki Kota Solo, Gibran dipaksa 'memutar otak' untuk mencapai sejumlah target pembangunan.

Dengan gaya kepemimpinan yang khas, Gibran memberikan penyegaran terhadap kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) dan mengedepankan hasil kerja. Dan hanya dalam hitungan dua tahun kerja, sebagian pembangunan prioritas di 17 titik kota Solo sudah dapat diakses oleh publik.

"Sebagian pembangunan prioritas di 17 titik Kota Solo sudah dapat dinikmati masyarakat luas, seperti Koridor Gatsu, Masjid Sheikh Zayed, Solo Safari, Taman Pracima Tuin, revitalisasi Solo Technopark, hingga eks kawasan kumuh Semanggi," cuit Gibran melalui akun twitternya pada 22 Mei 2023 lalu.

Visi Gibran sebagai representasi pemimpin muda juga terlihat dalam pembangunan yang ia lakukan. Cita-citanya untuk mewujudkan Kota Solo sebagai kota masa depan berbasis teknologi juga bukan sekadar 'isapan jempol'.

Gibran melakukan revitalisasi terhadap Solo Technopark (STP) sebagai pusat kawasan sains dan teknologi di Kota Solo. Tujuannya adalah menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan produk-produk inovatif di Kota Solo.

Dalam sektor kebudayaan, Gibran juga melakukan terobosan seperti merevitalisasi Pura Mangkunegaran, Keraton Kasunaan Surakarta, dan Taman Balekambang. Gibran berkeinginan agar Kota Solo dapat hadir sebagai pusat pengembangan kebudayaan Jawa.

Dalam sektor industri Gibran merevitalisasi sentra usaha kecil menengah (UKM) Meubeul Gilingan untuk meningkatan kualitas meubeul sekaligus menjadikannya sebagai pusat meubeul di Kota Solo.

Tidak ketinggalan, Gibran juga menyentuh aspek keagamaan dan pendidikan dalam prioritas pembangunannya. Gibran menginisiasi pembangunan Islamic Centre sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam.

Dan masih dalam kompleks yang sama, Gibran bahkan telah menyelesaikan pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, sebagai destinasi wisata religi baru di Kota Solo. Dilansir dari surakarta.go.id, Masjid ini merupakan hadiah dari pemerintah Uni Emirat Arab sebagai simbol persahabatan.

Meski tidak memiliki pusat perekonomian strategis seperti pertambangan atau sumber daya alam lain, Gibran tidak kehabisan akal dalam menggenjot pendapatan daerah.

Gibran melakukan terobosan dalam sektor pariwisata. Beberapa kebijakan yakni pembangunan Museum of Culture & Technology dan merevitalisasi sejumlah destinasi seperti Kebun Binatang Jurug (Solo Safari Zoo, Ngarsopuro dan Koridor Gatot Subroto.

Sebagai pemimpin muda, fasilitas dan ruang terbuka publik juga tidak luput dari perhatian Gibran. Orientasi Solo sebagai kota ramah fasilitas publik pun perlahan diwujudkan Gibran.

Beberapa kebijakan terkait ruang terbuka publik seperti merevitalisasi gedung olah raga (GOR) Indoor Manahan, merevitalisasi Lokananta sebagai sentra kreativitas dan niaga para musisi dan seniman, hingga membangun Shelter Manahan sebagai ruang publik yang tertata serta modern.

Gibran juga berhasil menjawab permasalahan dalam menangani tumpukan sampah di Kota Solo yang mencapai 94.9 juta ton setiap tahunnya dengan membangun PLTSa Putri Cempo.

Dan beberapa program pembangunan lain seperti merevitalisasi Pasar Jongke, melakukan penataan kawasan kumuh Semanggi-Mojo, juga pembangunan Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo, sebagai proyek rel layang terpanjang di Indonesia.

Kesemua program prioritas pembangunan tersebut tengah dan sudah dikerjakan oleh Gibran bersama jajaran Pemkot Solo. Menjadi warisan konkret Gibran sebagai pemimpin di Kota Solo.

Gibran dan Karakter Pemimpin Muda

Selain kinerja dalam proyek strategis, Gibran juga kerap disorot terkait gaya kepemimpinannya. Gibran hampir tidak pernah melakukan prosesi seremonial seperti sambutan atau gimmick mengguntingg pita, layaknya pejabat publik pada umumnya.

Seperti dilansir Liputan6 Gibran bahkan meminta kepada organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Solo untuk mengurangi acara seremoni seperti pengguntingan pita peresmian. Bagi Gibran, kegiatan seremonial tersebut sama sekali tidak memiliki manfaat terhadap warga.

"Kurangi seremonial, kurangi acara yang pidatonya sampai lima kali hingga enam kali. Itu sudah tidak ada pengaruhnya ke warga. Kita fokus pelayanan, fokus kurangi angka kemiskinan, fokus mengurangi angka pengangguran terbuka," ujar Gibran dalam arahannya di Balai Kota Solo (26/04/2023) dikutip dari Liputan6.com.

Terbaru, bahkan Gibran tidak segan menyentil pejabat dinas di Kota Solo yang membuat acara dengan monoton.

"Banyak event di Solo oleh dinas acara monoton, (seharusnya) kerjasama dengan orang yang kreatif, jadi event itu nggak mbosseni (membosankan). Event pariwisata tapi isinya pejabat-pejabat pidato," kritik Gibran di Pura Mangkunegaran (22/06/2023) dikutp dari detikJateng.

Gibran juga dikenal interaktif dan responsif kepada publik di akun sosial media miliknya. Seringkali Gibran melakukan kebijakan berdasarkan keluhan dan kritik yang diutarakan lewat sosial media.

Gaya kepemimpinan Gibran yang demikian tentu suka atau tidak suka berhasil menjangkau aspirasi masyarakat muda. Dan bukan tidak mungkin trend ini akan diikuti oleh figur lain seiring dengan massifnya penggunaan sosial media.

Pemimpin Muda di Panggung Dunia 

Berbicara trend pemimpin muda, sebenarnya bukan hal baru di dunia internasional. Di beberapa negara maju bahkan memberikan kepercayaan kepada pemimpin muda untuk menjalankan peran sebagai kepala pemerintahan.

Dalam sebuah artikel yang diunggah oleh CNBC Indonesia pada 10 Januari 2023 lalu, menyebut sebuah pernyataan menarik bahwa trend kehadiran pemimpin muda justru didukung oleh penggunaan arus media sosial dan televisi yang massif. Dan berbanding terbalik dengan peran partai politik.

Di Perancis, Emmanuel Macron dilantik sebagai Presiden pada 14 Mei 2017 saat usianya belum genap 40 tahun. Meski terpilih dalam usia muda, Presiden Macron berhasil menorehkan berbagai prestasi, termasuk saat ia menangani krisis akibat pandemi Covid-19. Keberhasilan Presiden Macron mengantarkannya kembali menang dalam pemilu Perancis putaran kedua yang diselenggarakan pada 24 April 2022 lalu.

Sebelum fenomena Macron di Prancis, Kanada telah terlebih dahulu berhasil melahirkan pemimpin muda. Adalah Justin Trudeau,  Perdana Menteri (PM) ke-23 Kanada yang terpilih pada Oktober 2015. Trudeau dilantik sebagai PM Kanada saat menginjak usia ke- 43 tahun.

Sementara di Inggris, politisi Partai Konservatif, Rishi Sunak berhasil menjadi PM termuda dalam sejarah negeri Ratu Elizabeth selama 200 tahun, yakni pada usia 42 tahun. Sunak diangkat sebagai PM Inggris pada Oktober 2022 lalu.

Selain nama-nama diatas, dunia internasional juga mencatat nama-nama pemimpin negara di usia 30-40 tahun seperti Juri Ratas PM Estonia, Leo Varadkar PM Irlandia, dan Sebastian Kurz Kanselir Austria yang pernah menggenggam status kepala pemerintahan termuda di dunia. Kurz diangkat sebagai Kanselir Austria saat menginjak usia 31 tahun pada 2017 lalu.

Kembali ke Gibran yang pernah disebut 'anak ingusan' dan konteksnya sebagai pemimpin muda, seperti yang telah dilakukan oleh pemimpin muda dunia lainnya, usia sepatutnya tidak menjadi persoalan. Apalagi menjadikan usia sebagai alasan mendeskreditkan kinerja seorang Gibran.

Layaknya seorang pemimpin muda lain, Gibran tentu masih memiliki kekurangan. Seperti dilansir Solopos.com Gibran sempat menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan dua proyek dari 17 prioritas pembangunan, yakni revitalisasi Lokanata dan Viaduk Gilingan. Dan kekurangan lain selama dua tahun lebih kepemimpinannya dalam memimpin Kota Solo.

Namun demi keberlangsungan iklim demokrasi nasional yang sehat, diskursus kritik terhadap pejabat-pejabat publik seharusnya berfokus terhadap kinerja dan apa yang telah dikerjakan. Bukan lagi soal berapa usianya dan siapa keluarganya.

Jika merujuk pada capaian kinerja dan perspektif pembangunan, Gibran bukan lagi 'anak ingusan'. Terbaru, Lembaga Survey Indonesia (LSI) memberikan catatan menarik terhadap capaian kinerja Gibran.

Bahkan berdasar hasil survey LSI yang rilis pada 11 Juli 2023 lalu, nama Gibran memperoleh elektabilitas sebesar 7,6 persen Wakil Presiden. Mengungguli politisi senior seperti Airlangga Hartarto, Puan Maharani, hingga Zulkifli Hasan.

Dan lebih jauh, Gibran adalah replika pemimpin muda masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun