Sanikem atau dikenal dengan sebutan Nyai Ontosoroh adalah ibu dari Annelies yang diambil menjadi gundik oleh Herman Mellema, seorang pimpinan perusahaan tebu.
Menurutnya, praktik pergundikan telah merampas hak pribadi seorang manusia.
Selain itu, konflik yang terjadi pada hubungan Minke dengan Annelies juga menyuarakan dengan keras tuntutan hak sipil dan keadilan. Perlawanan Minke dan Nyai Ontosoroh terhadap pengadilan kulit putih yang akan memisahkan Annelies dari mereka digambarkan sebagai perlawanan pribumi terhadap ketidakadilan kolonial eropa.
Dalam buku kedua, infiltrasi gagasan dalam narasi buku terasa lebih kuat. Konflik roman yang sarat pada buku pertama digantikan dengan konflik pemikiran Minke yang terus menerus.
Tokoh-tokoh dimunculkan sebagai penguat gagasan. Dalam buku kedua ini ditemukan banyak istilah "liberal" dan "modal" yang tidak dijumpai dalam buku pertama kecuali sedikit sekali. Tokoh pemberontak seperti Khouw Ah Soe dan seorang petani bernama Trunodongso dimunculkan sebagai protagonis.
Khouw Ah Soe adalah seorang China yang tergabung dalam Angkatan Muda China. Angkatan Muda itu sendiri menghendaki bubarnya kekaisaran dan berdirinya sebuah negara republik. Tidak sulit untuk mengetahui ideologi apa yang dibawa oleh Angkatan Muda tersbeut.
Sebelum lanjut pada penjabaran sekuel berikutnya, sepertinya sampai sini kita sudah dapat memunculkan pertanyaan kritis itu. Benarkah Tetralogi Pulau Buru menyebarkan paham komunisme?
Pada tahun 1981, buku ini pernah dilarang oleh Jaksa Agung dengan alasan menyebarkan paham komunisme. Lalu apakah benar demikian? Pertanyaan ini jelas tidak dapat dijawab dengan pandangan simplistik iya atau tidak. Jawaban objektif memerlukan penjelasan komprehensif, sekalipun objektivitas tentu akan selalu berbenturan dengan opini pribadi penulis.
Dalam tulisan ini, saya akan berusaha menjelaskan dengan lengkap jawaban tersebut. Tulisan ini mungkin akan sedikit ngelantur pada topik lain untuk melengkapi penjelasan. Saya lebih suka demikian daripada tulisan yang simpel namun hanya dipahami secara parsial.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama kita harus memahami apa yang dimaksud dengan komunisme dan bagaimana ideologi tersebut bisa bertentangan dengan apa yang disebut kapitalisme. Pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut harus terlebih dulu dijawab sebelum kita menghakimi apa yang dutulis oleh Pram.
Pada dasarnya, komunisme adalah ideologi sosial-politik yang lahir dari pemikiran Karl Marx dalam Das Kapital. Das Kapital itu sendiri merupakan sebuah gagasan tentang koreksi atas sistem permodalan atau kapitalisme yang dalam kurun waktu yang lama telah membawa penderitaan bagi orang-orang kecil (kaum buruh).